Pagi ini Raihan harus menyiapkan telinga dan otaknya untuk mendengar dan menjawab pertanyaan dan omelan dari kedua orangtuanya karena perilakunya kemarin.
"Re sini sarapan dulu." kata Mamanya saat melihat ia menuruni tangga.
"Gak ma aku buru-buru." jawab Raihan.
"Raihan kita ini sudah jarang punya waktu bersama, sekarang kita punya waktu buat sarapan bareng jangan menghindar dong." Papanya angkat bicara.Dengan berat hati Raihan memutar badannya dan memilih untuk sarapan bersama. Melihat itu mamanya langsung mengambil roti dan mengoleskan selai coklat kesukaan Raihan juga menuangkan susu ke gelas Raihan.
"Makasih ma." kata Raihan setelah mamanya meletakan sarapanya.
"Iya sayang." jawab mamanya.
Raihan baru saja hendak melahap roti sarapanya namun pertanyaan papanya membuat ia harus menghentikan itu."Kamu ngapain Herra semalam?" tanya papanya.
"Remenin dia." jawab Raihan singkat.
"Kamu bukan temenin dia, tapi kamu memberi malu dia." kata papanya lagi."Bukan aku, tapi dia sendiri yang memberi malu dirinya." jawab Raihan lalu meneguk susunya.
"kamu gak bisa perlakuin dia seperti itu Re, dia itu tunangan kamu" kata papa lagi."apa tunangan aku? Aku gak pernah ngerasa bertunangan dengan siapapun, aku gak pernah dan gak mau tunangan sama dia" jawab Raihan.
"Raihan buka mata kamu, Herra itu jauh lebih baik dari pacar kamu" kata mamanya bersuara. Mendengar mamanya menyebut pacarnya, itu berarti Keisha dan ia baru teringat tentang Keisha yang sedang terbaring di rumah sakit.
"Apanya yang lebih baik?" tanya Raihan santai karena setelah orangtuanya menjawab pertanyaannya ia akan menjawab dan mengakhiri perdebatan ini.
"Herra lebih baik segala-galanya, Herra jauh lebih kaya dan setara dengan kita. Sementara pacar kamu, siapa dia? Bukan siapa-siapa. Jangan-jangan dia masuk ke satu universitas sama kamu juga karena beasiswa." jelas mamanya.
"Jauh lebih baik seperti apa yang mama maksud? Harta yang melimpah? Anak orang kaya? Iya itu memang jauh lebih baik. Tapi harga diri jauh lebih penting dan berarti." jawab Raihan.
"Mungkin Keisha tidak kaya raya seperti Herra, dan mungkin Keisha seperti apa yang mama papa fikirkan. Tapi harga diri Keisha jauh lebih mahal dibanding Herra yang murahan." sambungnya dengan halus lalu pergi meninggalkan meja makan.
"Raihan jaga mulut kamu!" teriak papanya namun tak di indahkan oleh Raihan sedikitpun.
---
Raihan membuka pintu ruang rawat Keisha dengan kesusahan karena kedua tangannya menenteng bubur ayam untuk Keisha, Risa, Lula, Ajeng dan dirinya sendiri.
Namun tak ada satu orang pun disana, begitu juga tempat tidur Keisha yang sudah rapi.
"Permisi sus, pasien yang dirawat disini kemana ya?" tanya Raihan pada suster yang melewatinya."Pasien diruangan ini baru aja pulang mas, mungkin baru di parkiran" kata suster.
"Makasih sus" kata Raihan dan langsung bergegas keparkiran mencari Keisha.Ternyata benar, dari kejauhan Raihan melihat Keisha dan ketiga temannya yang menggandeng Keisha.
Tanpa basi-basi Raihan menghampirinya, menyerahkan bubur ayam yang ditentengnya kepada Risa lalu menggendong Keisha untuk kembali ke kamarnya."Re turunin" kata Keisha namun Raihan tak menjawab sedikit pun.
"Re gue gak suka disini gak enak baunya" kata Keisha lagi.
"Raihan turunin gue" rengek Keisha."Lo gak boleh kemana-mana, siapa yang ngizinin lo pulang? Dokter gak mungkin ngizinin." kata Raihan.
"Klau gak suka disini makanya cepat sembuhin, istirahat yang banyak, minum obatnya biar bisa cepat pergi dari sini." suara dokter menggema di ruangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
keisha
Teen FictionKeisha gadis tangguh yang terus berjuang mendapatkan hati Raihan, kekasihnya. Kekasih? Lalu untuk apa mendapatkan hatinya? Bukannya mereka sudah menjadi sepasang kekasih? Sepasang kekasih sudah sepantasnya saling mencintai bukan? Ya kekasih, Raihan...