4

6 1 0
                                    

Kekhawatiran Keisha ternyata salah. Ajeng memang melihat mereka berpelukan, tapi Ajeng tidak mendengar percakapan mereka sama sekali sebab sepasang earphone tergantung di telinganya.

"Hufft." hela Keisha dan Risa bersamaan.
"Pada kenapa deh?" tanya Ajeng heran.
"Gak papa." jawab Risa.
"Gak papa tapi kenapa pada pelukan?" tanyanya lagi.

"Gue minta maaf banget ya jadi ngerepotin kalian." kata Keisha lalu menunduk menyembunyikan wajahnya.
"Apaan lo." gumam Ajeng.
"Lula mana?" tanya Risa mengalihkan pembicaraan.

"Lagi telpon diluar." jawabnya yang kini sibuk dengan ponselnya.
"Okay, makasih ya." kata Keisha.
"Sekali lagi lo bilang makasih gue timpuk lo pakai kresek." gumam Ajeng.

Tak terasa malam telah tiba Lula, Ajeng, dan Risa sudah pulang sedari tadi
Karena Keisha menyuruhnya. Keisha tidak ingin membuat teman-temanya repot untuk kesekian kali karena dirinya.

Sesekali Keisha melirik jam dinding dengan gelisah. Ia mencemaskan Raihan yang belum juga kembali hingga sekarang, dan ponselnya yang tidak aktif semakin membuat Keisha merasa cemas.

Keisha menyalakan televisi dengan tujuan agar tidak terus-terusan mencemaskan Raihan. Namun alih-alih menyaksikan salah satu acara televisi Keisha malah menggonta ganti chanel tanpa berniat menyaksikanya.

"Raihan kemana Sih." gumamnya yang mulai lelah mengganti chanel.
Ia menyandar di kepala ranjang dengan sebuah bantal yang menjadi sanggahan, dengan jeruk yang ia pegang tanpa ia kupas apalagi dimakanya.

Menit demi menit berlalu, Keisha pun tak ingin menghubungi Raihan karena Keisha takut Raihan merasa terganggu. Namun rasa kantuk mulai menyerangnya tanpa terasa ia mulai masuk ke alam mimpi dan lupa akan dirinya yang menunggu Raihan.

-

Dalam perjalanan Raihan terus melirik kearah jam yang hampir menunju pukul 11 malam. Ia terus memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi karena ia mencemaskan Keisha yang berada di rumah sakit.

Berkali-kali ia mencoba untuk menelfon Keisha namun ia urungkan karena tak ingin mengganggu Keisha yang bisa saja sudah tidur sejak tadi.

Tak beberapa lama Raihan sampai di area rumah sakit dan langsung memarkirkan mobilnya. Dengan sedikit berlari ia menuju ke ruang rawat Keisha.
Sebuah jeruk menggelinding kearahnya yang baru saja membuka pintu ruang rawat Keisha.

Setelah memastikan Keisha berada di ranjangnya sedang tertidur pulas perasaan khawatir kini telah tergantikan. Sedikit membungkuk ia mengambil jeruk yang menyambut kedatangannya kemudian berjalan menghampiri Keisha tanpa lupa menutup pintu.

"Kei." sapanya lembut sambil memperhatikan Keisha yang tertidur pulas.

"Kenapa gue jadi begini?" tanya Raihan dalam hatinya ketika jari jemarinya hampir saja menyentuh rambut hitam Kaisha. Ia mengurungkan niatnya. Menyimpan jeruk diatas meja lalu membersihkan tubuhnya yang terasa gerah.

Dengan seketika tubuh Raihan dibasahi oleh air dingin yang berasal dari shower yang berada tepat diatas kepalanya. Ia begitu menikmati rasanya air dingin yang menembus ke pori-porinya hingga tak mendengar Keisha yang menjerit ketakutan.

"Aaaaaa" teriak Keisha saat menyadari seseorang dengan pakaian serba hitam berdiri dengan sangat menyeramkan di depan pintu ruang rawatnya.

"Pergi!! Pergi!!!" teriak Keisha saat sosok itu semakin mendekatinya. Berkali-kali ia berusaha menekan tombol emergency untuk memanggil beberapa perawat namun selalu saja tidak berhasil karena ia terlalu panik.

"Raihan!!!!" Teriak Keisha semakin takut saat sosok itu benar-benar berasa di sisi kanan ranjangnya. Keisha beberapa kali mencoba memukul sosok itu dengan tangannya namun sosok itu terus saja mengelak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

keishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang