14

761 127 3
                                    

Min Baejin menatap kotak makan dan selembar kertas yang menempel di bawahnya. Sejak tadi dia sama sekali tidak mengusik kehadarian benda misterius itu dan memilih tetap diam di tempat duduknya.

Bisikan dihatinya mengatakan jika ko tak makanan itu mungkin saja isinya bom dan akan meledak saat ia membuka tutupnya. Sedikit gila, dan Baejin menyetujui bisikan hatinya. Karena takut jika kotak makan itu akan membawa masalah untuknya, akhirnya Baejin memutuskan untuk membuangnya ke tempat sampah. Ia pikir, tempat sampah adalah tempat yang cocok untuk membuang sesuatu yang tidak berguna, dan kotak makan inipun tidak berguna jadi lebih baik dia membuangnya.

Kotak makan berwarna merah itu diambilnya dan siap dibuang ke tempat sampah. Kaki  Baejin sudah menginjak bagian bawah tong sampah membuat tutupnya terbuka, hanya dengan sekali gerakan saja kotak makan itu jatuh dan ikut membaur dengan sampah makanan di dalamnya namun entah kenapa tangan Baejin terasa berat untuk menjatuhkannya.

Dilihatnya lagi kotak makan itu diputar ke kanan dan ke kiri dilihatnya ke atas dan ke bawah. Baejin mengintip lipatan kertas yang ditempel dibagian bawah kotak makan lalu kembali menutupnya. Dia penasaran, memangnya siapa yang menaruh kotak makan merah di atas mejanya? Haruskah dia buka lipatan kertas itu? Pikirnya.

Diliriknya ke sekeliling. Teman sekelasnya yang lain nampak sibuk dengan diri mereka sendiri bersiap pulang karena gedung sekolah akan ditutup.

"Tapi ... jika ku buka kotaknya, kalau bomnya meledak bagaimana?" Ujarnya ragu.

Beberapa saat Baejin berdiri mematung di depan tempat sampah. Kehadirannya cukup memperpadat koridor yang mulai ramai seiring bel kedua berbunyi. Akhirnya ia memilih untuk tak membuang kotak makan itu dan kembali membawanya ke dalam kelas. Dia duduk di bangkunya sambil membuka kotak makan itu yang ternyata isinya cokelat dan beberapa cookies kismis.

Baejin menariknya lembaran kertas yang menempel pada bagian bawah kotak. Ada banyak kalimat tertulis disana. Untuk beberapa saat dia hanya melihatnya tanpa mau membaca sampai tatapannya menemukan satu nama diujung sudut bagian bawah pojok kiri bertuliskan Cho Yena.

Apa ini?!
Dia sedang mencari perhatian padaku dengan mengirimiku makanan?!
Cih! Tidak tahu malu!

Diremasnya kertas itu untuk dilemparkan keluar kelas tapi ia urungkan saat Samuel dan juga Seonho tiba-tiba datang menghampirinya.

"Woahh! Ada cokelat dan juga cookies!" Seru Samuel. Dia duduk sambil mengambil salah satu cokelat berbentuk kepala kelinci. Mengacungkannya pada Baejin meminta ijin untuk memakannya.

"Makanlah! Aku juga tidak tahu milik siapa kotak makan ini." Ujar Baejin.
Gigitan cokelat yang baru masuk ke rongga mulut Samuel itu melumer, namun setelah mendengar perkataan Baejin,  dia langsung mengeluarkannya lagi karena takut jika pemilik aslinya tak mengijinkannya untuk memakan cokelat itu. Seonho berdecih merasa jijik dengan kelakuan sahabatnya. Dia memukul kepala Samuel pelan dan menyuruhnya untuk kembali memasukkan gigitan cokelat itu ke dalam mulutnya. Baejin menahan tawanya dan berusaha rileks. Samuel itu tampan tapi terkadang bersikap bodoh.

"Yak! Kenapa kau tidak bilang padaku dari tadi huh?!" Protesnya. Dia kembali memasukkan sisa gigitan cokelat itu lalu mengemutnya.

"Maaf, aku benar-benar tidak tahu kotak makan ini milik siapa." Dusta Baejin.

"Hoi! Apa kalian akan tetap disini sampai pintu dikunci huh? Ayo pulang!" Guanlin berteriak diambang pintu mengingatkan ketiga temannya untuk segera keluar kelas.

Baejin membereskan barang-barangnya juga memasukkan gulungan kertas itu ke dalam tas ranselnya sementara Samuel dan Seonho berjalan ke luar kelas.

Hi Boy! [Baejin x Yena x Jihoon] Full VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang