#25

91 18 0
                                    

Baejin sampai di sekolah tepat limabelas menit sebelum bel berbunyi. Tidak seperti biasanya, hampir semua siswa sudah datang. Di lorong banyak siswa siswi yang sedang belajar bersama. Tak mau mengambil resiko karena phobianya, Baejin memilih jalan memutar agar sampai di papan pengumuman yang terpasang di lorong utama sekolah tanpa harus menerobos keurmunan. Sesampainya disana, ia mengeluarkan kartu ujian untuk mencocokkan nomor induknya dan mencari kelas tempatnya ujian.

Kedua matanya menatap satu persatu angka ditiap baris dikertas itu, tidak butuh waktu lama dia menemukan nomornya tertulis dikertas dengan tulisan huruf besar Ruangan 108. Baejin cukup bahagia karena letak ruangannya berada di lantai 1 paling ujung, jadi dia tidak harus capek-capek menaiki anak tangga.

108 Room tulisan itu menggantung tepat dibagian atas pintu. Baejin menatapnya sebentar sebelum masuk ke dalam kelas. Ruangan itu sudah ramai juga dipenuhi oleh peserta ujian. Beberapa wajah ada yang dikenali Baejin selebihnya tidak terlalu. Dan dia menemukan sosok Yena di meja paling belakang, tengah mengobrol dengan teman sekelasnya yang lain. Tak disangka memang, ujian akhir kelas 11nya akan satu kelas dengan kelasnya Yena, semoga saja tidak sebangku.

Baejin membaca nomor disetiap bangku dan dia tidak menemukan nomornya pada bangku-bangku yang telah dilewatinya. Perasaanya mulai tak enak. Dan firasatnya benar, dia sebangku dengan Yena, di bangku belakang bagian tengah. Ini mimpi buruk.

Baejin menaruh tasnya pelan tak mau menimbulkan suara dan menjadi pusat perhatian, hatinya terus berdoa agar dia bisa bertahan selama ujian berlangsung. Belpun berbunyi, pengawas sudah masuk ke kelas dan membagikan lembar soal juga lembar jawaban. Selama mengerjakan soal ujian hati Baejin tak tenang, tentu saja semua itu karena Yena, juga beberapa siswi perempuan yang berada didekatnya. Tidak hanya Baejin, Yenapun merasa begitu. Semenjak kejadian malam itu di rumah Jihoon, perasaan tak enak pada Baejin mulai muncul, ada rasa kesal karena dia ditolak dengan begitu kasar juga rasa malu karena sudah mengungkapkan perasaan yang sebenarnya di depan orang lain.

Erii mengoper lembar absen pada Yena, menyuruhnya untuk memberikan lembar itu pada Baejin, Yena sempat menolak karena tidak mau tapi Erii tak peduli, gadis berkebangsaan Jepang itu kembali fokus pada soalnya dan membiarkan Yena begitu saja. Akhirnya Yena memberanikan diri mencolek Baejin dengan pensilnya, dia langsung membuang muka saat Baejin berhenti menulis, menunggu Yena berbicara.

“Absen!” Yena menyodorkan lembar absen pada Baejin. Pemuda itu langsung mengambil kertas dengan cara ditarik menggunakan pensilnya, tak ingin bersentuhan ataupun bertatapan dengan Yena.

Dua mata pelajaran yang diujikan hari ini berjalan cukup lancar bagi Baejin tapi tidak dengan Yena. Semalam gadis itu begadang untuk mendownload drama dan baru sempat belajar limabelas menit sebelum ujian berlangsung, masih banyak materi yang belum dia mengerti dan itulah alasan kenapa saat ujian tadi dia lebih banyak melamun dibandingkan mengerjakan soal.

“Erii-chan, pulang nanti bagaimana kalau kita belajar bersama?” ajak Yena, Erii mengangguk, diambilnya komik dari dalam tas lalu mengulurkan tangan pada Yena untuk mengajaknya pulang.

Kedua gadis itu berjalan keluar kelas, tanpa Yena sadari Baejin memerhatikannya dari belakang. Perasaan takut yang menyerangnya sejak tadi pagi karena duduk bersebelahan dengan Yena berangsur menghilang. Baejin bernapas lega. Dia membereskan alat tulisnya dan bersiap untuk pulang.

“Min Baejin!”

Jihoon memanggilnya, dia berjalan menghampiri Baejin. Hanya sendiri, tanpa ketiga temannya. Karena kejadian malam itu, semuanya terasa sangat canggung, Baejin bahkan bingung untuk menjawab atau tidak panggilan Jihoon, dia tidak bisa menghindar karena Jihoon benar-benar berdiri di depannya sekarang.

Hi Boy! [Baejin x Yena x Jihoon] Full VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang