16: Air Mata Akira

232 25 0
                                    

"Bagaimana kau bisa tahu? Dengan membaca pikiranku?" nada suara itu sangat menunjukan rasa tak suka dan penuh intimidasi.

Langit yang telah gelap dan di hiasi dengan gemerlap bintang-bintang kecil yang bersinar indah, terpancar di bola mata gadis yang tengah berdiri di sampingnya tanpa menunjukan emosi apapun.

"Hei! Aku berbicara denganmu!"

Namun lelaki itu tak mendapat respon lagi hingga dia menghela nafasnya dengan kasar sambil mengacak rambutnya frustasi.

"Percuma saja bicara denganmu!" Darren melipat kedua tangannya di atas pembatas gedung lantai atas dan melihat pemandangan di bawah, dimana kendaraan-kendaraan berlalu lalang.

Raut lelaki itu menjadi sendu saat melihat seorang anak laki-laki seumuran dengannya yang tengah berjalan bersama ayahnya sambil bergandengan tangan, kedua orang itu bercanda ria dan tertawa bersama seolah kebahagiaan selalu memeluk keduanya. Melihat itu menumbuhkan sekeping perasaan yang selalu dia hindari. Rasa iri.

Darren menyandarkan dagunya di atas lipatan tangannya. Setiap hari, setiap menit bahkan setiap detiknya, Darren selalu berusaha menghibur diri dengan selalu berfikir kalau kehidupannya bersama ayahnya saat ini adalah hal yang paling membahagiakan di dalam hidupnya. Walau dia selalu mendapat cambukan dari ayahnya, Darren akan selalu berfikir bahwa sebenarnya pria itu menyayangi Darren.

"Kakak sepupuku."

Darren mengangkat kepalanya, lalu menatap Akira dengan kening mengernyit tak paham,"Hah?"

"Kakak sepupuku yang memberitahu."

Darren terdiam,"Kakak sepupu?"

Akira mengangguk pelan.

"Bagaimana bisa kakak sepupumu tahu tentang hal itu?"

"Tunangannya adalah seorang gadis dhampire yang dulunya bekerja di rumahmu."

Darren tak merespon dan hanya kembali mengalihkan pandangannya pada jalanan di bawah yang di penuhi dengan kendaraan-kendaraan.

"Aku minta kau berjanji satu hal,"

Akira menoleh.

"Jangan beritahu hal itu pada siapapun, tolong ya?"

Akira kembali tak merespon, dia sedikit tak setuju dengan permintaan Darren karena Akira berfikir kalau ayah dari lelaki itu sudah sangat kelewat batas. Tak ada orangtua di dunia ini yang tega melakukan hal itu pada anaknya sendiri jika memang mereka menyayanginya. Salah satu contohnya adalah... Papanya. Akira selalu berfikir kalau Papanya terlalu baik padahal dia selalu bersikap buruk sebagai seorang anak.

"Siapa nama kakak sepupumu?"

"Kak Ryu,"

"Hmm, jadi dia bertunangan? Bukan mengikuti apa yang bulan pilih?"

"Ya,"

"Memangnya boleh, ya?" Darren menatap Akira dengan tatapan penuh tanya.

"Itu yang di namakan melawan takdir. Sebenarnya, Kak Ryu telah di pilih oleh bulan untuk berpasangan dengan seorang gadis Vampire murni. Tapi karena Kak Ryu terlanjur jatuh cinta pada Kak Aiko, akhirnya dia melawan jalan takdir yang telah di tentukan."

Awalnya Darren terperangah dengan kalimat panjang yang di ucapkan oleh Akira, sangat jarang dia mendengar gadis itu berkata melebihi dua puluh kata. Tapi raut wajah Akira masih tetap seperti biasanya. Ada satu hal yang selalu membuat Darren penasaran dari sosok Akira, yaitu bagaimana senyumannya.

"Tapi bagaimana cara dia melawan takdir?"

Akira terdiam sambil menunduk seakan ragu untuk menjawab pertanyaan yang di lontarkan padanya.

Blue RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang