XVI. Abrielle

2.9K 202 3
                                    

Mereka menempati kompartemen yang paling ujung, karena itu akan memudahkan mereka keluar jika ada masalah di tengah jalan. Abrielle bisa merasakan ada yang tidak beres, tetapi Ia tidak mau membuat teman – temannya panic, karena kelihatannya mereka tidak mersakan apa – apa bahkan Annabeth sekalipun.

Leo malah mengutak – ngatik peralatan yang keluar dari sabuk perkakas ajaib miliknya. Percy sibuk bicara dengan Annabeth, Sierra dan Jake membaca buku yang menurut Abrielle aneh karena demigod biasanya menderita disleksia. Mungkin mereka hanya tidak mau mengganggu Percy dan Annabeth yang sedang berduaan.

“Ehm Leo?” panggil Abrielle.

“Ya?”

“Apa yang sedang kau kerjakan?”

“Oh ini.”

Leo memperlihatkan benda buatannya yang terlihat seperti mesin ruwet tetapi saat Leo memutar tuasnya, benda tersebut terbang ke sekeliling kompartemen sebelum meledak menyisakan abu hitam di dinding kompartemen.

“Yah sebenarnya benda itu belum selesai.”

“Itu lumayan…” Abrielle tersenyum.

“Benarkah? Itu sebenarnya bukan apa – apa.” Leo cengar – cengir.

“Benar. Aku bahkan tidak bisa membuat yang seperti itu. Kadang bahkan saat aku membuat pesawat dari kertas yah pesawat itu tidak bisa terbang, langsung jatuh ke tanah.”

“Kau harus menyeimbangkan ketebalan lipatan dan ukuran lebar melintang sayap pesawat agar saat pesawat itu terbang, konsistansi angin yang mendorong seimbang di kedua sayap.”

“Kau pintar sekali.”

“Biasa saja.” Wajah Leo merah sekali sampai – sampai Abrielle ingin tertawa.

Leo kembali merakit sesuatu dari sabuk perkakasnya. GPPH Leo termasuk parah sekali bahkan untuk ukuran demigod sekalipun. Tapi diam – diam, Abrielle kagum sama cowok Hephaestus yang satu itu. Leo bisa membuatnya tertawa tapi dalam humor yang sebenarnya.


Tapi Apollo? Dia hanya bisa membuat Abrielle tersenyum dengan gombalannya. Dan Abrielle pikir, menjadi pacar dari seorang dewa tidaklah menyenangkan, karena seorang dewa akan mencari pasangan lain, dan tadaa jadilah seorang demigod baru.

Abrielle tidak mau yang seperti itu. Abrielle ingin cowok yang akan setia pada nya tidak peduli apa pun yang terjadi. Lagipula Leo lucu, dengan humor, wajah latinnya, dan yang paling penting kepintaran yang Ia punya.

Tiba – tiba pintu kompartemen terbuka. Berdirilah seorang wanita usia 20an. Rambutnya pirang lurus, matanya biru, dan aromanya tidak asing. Abrielle menggenggam pulpen dalam sakunya dengan erat. Sang wanita tersenyum. Senyumnya aneh. Yang lain tidak terusik sama sekali kecuali Abrielle dan Percy.

“Apa yang-“

“Oh anak – anak. Mari kita mengobrol diluar.”

Mereka berdua mengikuti wanita itu keluar dari kompartemen. Sebelum melangkah keluar, Abrielle menoleh ke belakang untuk melihat apa yang lain sudah sadar akan hal itu. Tapi mereka tetap melanjutkan kegiatan masing – masing kecuali Annabeth yang sedang menatap jendela.

“Siapa anda?” tanya Abrielle.

“Sabar nak. Kau tidak perlu terburu – buru.”

“Apa yang terjadi dengan teman – teman ku?” sergah Percy.

“Ah mereka. Aku hanya membuat mereka terpengaruh kabut sebentar. Mereka hanya tahu kau ke toilet dan adik mu melihat pemandangan dari luar. Aku bicara dengan kalian tidak akan lama.”

Battle Of The SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang