Bab 1.1
Meet You
Javas refleks ikut mengernyit ketika gadis yang barusan tak sengaja disenggolnya, mengernyit. Kernyitan jijik. Bahkan, gadis itu mengusap lengannya yang tersenggol Javas, seolah bekas senggolan Javas meninggalkan noda di jaket abu-abu gelapnya.
Seumur-umur, belum pernah Javas diperlakukan seperti itu. Dan ia tidak terima diperlakukan seperti itu.
"Hei!" seru Javas ke arah punggung gadis itu.
Sesaat, gadis itu berhenti. Hanya sedetik. Sebelum ia melanjutkan langkah menuju counter pemesanan kafe. Apa ia mengabaikan Javas?
Tak terima, Javas menyusul gadis itu ke counter pemesanan. Ketika pelayan yang berjaga di counter pemesanan menanyakan pesanan pada gadis itu, Javas mengangkat tangan. Karyawan itu, Nina, tampak bingung.
"Iced chocolate," gadis itu menyebutkan pesanannya, "large."
"Iced chocolate satu, large," ulang Nina.
Javas mendecak kesal. "Kamu mau dipecat?" ancamnya kemudian.
Nina seketika menatap Javas panik. Sementara, gadis yang berdiri di depan counter pemesanan, menoleh ke arahnya. Gadis itu menatap Javas dengan tatapan aneh, hanya sedetik, sebelum ia kembali menatap ke depan.
"Hei, kamu," panggil Javas lagi.
Gadis di sebelahnya itu melirik Javas, tapi tidak menoleh. Jadi, ia benar-benar mengabaikan Javas?
"Hei! Aku ngomong sama kamu!" bentak Javas.
Bukannya mendapat perhatian gadis itu, malah seisi kafe yang kini menoleh pada Javas. Sementara, targetnya malah berbalik dan hendak pergi. Javas kontan menahan lengan gadis itu. Meski detik berikutnya, pegangannya terlepas karena hempasan keras gadis itu. Sama seperti sebelumnya, ia mengusap lengan jaket tempat tangan Javas menyentuhnya tadi.
"Ada apa ini?" Suara itu membuat Javas mengalihkan tatap dari gadis kurang ajar itu.
"Kamu tuh, nggak bisa ya, kalau nggak bikin ribut di sini?" Wildan menghampiri Javas sembari menatapnya kesal .
"Bukan aku, tapi cewek ini!" Javas menuding gadis berjaket abu-abu di depannya. Akhirnya, gadis itu kembali menatapnya. Terkejut, jelas.
"Dia tadi nabrak aku dan mau kabur gitu aja," lanjut Javas.
Gadis itu mengerutkan kening, matanya menyipit menatap Javas penuh kebencian.
"Pembohong." Hanya itu yang gadis itu katakan, sebelum ia melangkah pergi.
"Hei!" Javas berseru, tapi gadis itu mengabaikannya. Lagi-lagi.
Javas sudah hendak mengejar gadis itu ketika pukulan keras Wildan mendarat di punggungnya. Sahabat sekaligus pengelola kafenya itu melotot galak padanya.
"Kalau kamu nggak niat bantu di sini, jangan bikin keributan," desis Wildan galak.
"Udah aku bilang, cewek itu ..."
"Nggak mungkin," potong Wildan, mementahkan tuduhan Javas.
Javas mengerutkan kening. "Kamu kenal dia?"
Wildan tak menjawab. Ia malah kemudian meninggalkan Javas dan pergi ke ruangannya di pojok kafe. Javas mendengus tak percaya. Jangan-jangan, Wildan naksir gadis itu.
Tak rela melepaskan Wildan begitu saja setelah kejadian tadi, Javas menyusul pria yang seumuran dengannya itu.
"Jadi, apa hubunganmu sama cewek itu?" tuntut Javas begitu masuk ke ruang kantor Wildan.
Wildan masih tak menjawab.
"Kamu naksir cewek itu?" Javas melontarkan tuduhannya.
Wildan menghela napas berat. "Jangan ganggu dia, Jav."
"Wow. Kamu beneran naksir dia?" Javas tak dapat menahan gelaknya.
"Aku tahu, bukan dia yang salah. Dan kamu juga tahu. Jadi, jangan pernah gangguin cewek itu kalau kamu ketemu dia lagi," ucap Wildan penuh peringatan.
Javas berpikir sejenak. "Apa itu berarti ... dia sering ke sini?"
Wildan menatap Javas kesal.
"Ah. Kamu naksir dia karena sering lihat dia, atau kalian udah pacaran, jadi dia sering ke sini?" Javas menebak.
"Kalau kamu terus bikin masalah di sini, aku akan laporin ke Tante Nasha," ancam Wildan.
Javas mengangkat tangan. Wildan tahu kelemahannya. Meski begitu, ketika Javas hendak keluar dari ruangan itu, ia membocorkan niatannya,
"Aku jadi makin penasaran sama cewek itu. Dan ini salahmu."
***
Note:
Dear Beloved Readers,
Ini cerita baru slot Jum'at - Sabtu, ya. Tapi, karena ini nulisnya kejar tayang, alias ditulis baru tayang, jadi harap bersabar, ya.. Author juga akan berusaha buat konsisten.. ;)
Anyweh, gimana ceritanya? Meski baru awal, tapi pada siap nggak diajak naik roller coaster sama couple ini? Hehe..
Well, I'll work hard to write and finis this story too, so please keep give me your love and support.. :)
Love,
Ally Jane
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost in Your Eyes (End di Karyakarsa allyjane)
RandomArnette benci keramaian. Hidup sebatang kara, setelah kematian orang tua dan kakaknya, Arnette mulai takut dekat dengan orang lain. Ia takut akan merasakan kehilangan lagi. Javas benci sendirian. Ia selalu hidup dalam kesepian dan kesendirian sejak...