serpihan 3

12 1 0
                                    

Gibran sedang duduk santai di taman rumahnya sambil menyeruput segelas kopi hangat.  Sambil lihat Aldira putri sematawayang nya bermain berlari kejar kejaran dengan bi inah dan pak ujang.  Gibran tersenyum  melihat tingkah polos aldira.  Gadis ini benar benar copyan ku.  Mata,dan wajah nya.  Tetapi senyum itu ....tawa itu... Selalu mengingatkan aku denganya... Ya Ameira, wanita yang aku lukai hati nya wanita itu yang selalu membuat ku kacau hati dan pikiran ku.  Bagaimana dia sekarang.  Bahagia kah  dia sekarang?  Tiba-tiba aku di kejutkan oleh suara tangis aldira yg begitu keras.  Aku sadar dari lamunan ku dan segara berdiri dari tempat aku duduk dan melihat aldira sudah di gendong oleh pak ujang. Sambil berlari ke arah ku. 

"kanapa aldira pak ujang? " ucap ku nada tinggi

"Maaf den Gibran... Non dira terjatuh saat berlarian.  Maaf den saya lalai. " penjelasan pak ujang menyesali.

Gibran dengan cepat mengambil dira dalam gendongan nya dari pak ujang. 

"iya pak ujang tak masalah. Tolong bilang bi inah siapkan oba-obatan untuk membersikah luka dira" sambung Gibran

"baik den" ucap pak ujang

"sudah jangan nangis lagi..  Gadis kecil daddy, tak apa dira lukanya kecil  nanti kita obati ya. Bi inah nanti bantu membersihkan dan mengobati luka dira" ucap gibran

"hiks tapi sakit daddy.  Lutut dira sakit" ucap gadis kecil itu merengek manja pada sang ayah. 

"iya daddy tau.  Sudah nangisnya. Itu bi inah sudah datang mau bersihkan luka dira" ucap gibran.

Bi inah dengan cekatan membersikan dan mengobati luka dira.  Gibran duduk di sebelah dira menemani nya. 

Tak lama kemudian terdengar suara shanty dari luar
"Assalamualaikum, ibu...!  Shanty pulang " seru shanty yang berjalan menuju ruang tengah di mana Gibran dan Dira sedang duduk.
Shanty tak sendiri dia bersmaa Gio tunangannya. 

" loh ponakan Aunty yg cantik ini kenapa...?  Habis nangis ya...? Dira kenapa? " ucap shanty

"aku jatuh aunty. Lihat lutut dira luka"balas dira sambil menunjukan balutan plaster pada lutut nya

"kacian ponakan Aunty.  Makanya kalo dira main harus lebih hati" ujar shanty sambil mengambil posisi duduk di samping gibran.

"eh duduk gi..  Sampe lupa ada kamu"
Ucap shanty

"santai aja kali" balas Gio "eh...  Hai bro..  Gimana hari ini.  Apa sudah cukup istirahatnya.  Soalnya pekerjaan di kantor  numpuk " sambung Gio pada gibran

"kalau cukup ya pasti belum cukup lah Bro.  Tapi tugas sudah menunggu, jadi besok kita sudah harus ngantor'' ucap gibran pada dengan posisi sedang memangku dira yang sedang main game di ponsel.

"aunty..... "ucap dira di sela sela percakapan gibran dan Gio.  "iya sayang" balas shanty
"aunty tolongin dira dong. Dira mau telepon mommy" ucap dira.  Sontak gibran berhenti  sekejap dalam obrolannya.  Melihat mimik wajah gibran yang aneh saat itu langsung shanty mengambil dira dari pangkuan Gibran.  Dan berjalan naik ke lantai atas " ayo kita telopon mommy di kamar aunthy aja yuk.  Biar daddy tidak terganggu obrolannya dengan om gio." ucap shanty sambil berjalan"

"Gio,aku tinggal bentar ya.  Mas gibran aku ke atas dulu ya. " ucap shanty dan di jawab anggukan oleh kedua pria itu.

****

Suara dering Handphone ku mengusik fokus ku.  Ku lihat layar handphone ku.  Tertulis nama shanty di layar segera ku angkat Telepon nya karna ku tahu pasti aldira yang meminta menelepon

" Hallo.. Assalamualaikum" ucap ku mengangkat telepon

"hallo mommy... Mommy... " suara di sebrang telepon

"iya sayang.  Ada apa??  Dira udag kangen mommy ya" ucap ku

"iya mommy...  Dira kangen mommy dira mau mommy. Dira tadi jatuh waktu main kejar-kejaran dengan mbah ina dan mbah ujang.  Terus dira nangis. Terus daddy gendong dan mbah inah obati lutut dira, mommy lutut dira sakit " ucap dira dengan polos dan manja

"kasihan anak mommy.  Iya mommy juga kangen sama dira tapi kan dira masih harus ada 2 hari lagi di rumah Eyang.  Kalo dira mau pulang ke mommy nanti Eyang sedih.  Nah kan ada daddy juga disana. Apalagi dira baru ketemu.  Dira di rumah Eyang dulu ja ya.. " ucap ku membujuk karena tidak mungkin aku mengambil dira sebelum seminggu dia di sana. 

"iya mommy. Oh iya mommy daddy dira ternyata lebih ganteng dari aslinya, dira senang mommy sudah ada daddy disini.  Besok sekolah dira mau diantar daddy" ucapnya gembira. 

"oh iya sayang.  Dira jangan nakal ya di rumah Eyang.  Jangan jahil dengan aunthy shanty.  Ya udah mommy lanjut kerja lagi ya sayang.  Salam untuk Eyang uti dan eyang Kung. Dan aunty juga.  Daaa anak mommy muach." ucap ku

"iya mommy muach" balas dira dari sebrang telepon.

Aku mengakhiri sambungan telepon ku. 

Telepon  dari dira jujur membuat fokus ku terganggu.  Bukan karna aldira tapi tentang ceritanya bahwa daddy nya. Mas gibran sudah di indonesia.  Bagaimana kalau dia menuntut semua hak asuh nya utuh di tanganya.  Bagaimana dengan ku. Aku tak bisa kehilangan aldira hanya dia yang ku punya saat ini.  Memikirkan ini membuat aku sesak.  Mengingat serpihan masalalu tentang kebahagian ku dan juga luka hati yang begitu dalam. 

Aku menghela nafas panjang dan menutup map yg berisi lembaran-lembaran desain ku.  Aku terasa lelah aku putuskan untuk pulang dan beristirahat.
****
Pagi ini aku dan Tiara sibuk dengan menata Hasil karya terbaru kami di butik.  Seperti biasa nya butik selalu rame dengan customer yang akan membeli baju atau gaun pesta dan juga yang datang untuk memesan gaun pengantin.

Aku selalu bersyukur  karena Tuhan selalu memberiku rezeki dan teman seperti Tiara yang selalu ada di samping ku di kondisi apapun. 

Ke sibukan ku berhenti  saat Shanty dan Gio masuk ke dalam butik ku. 

" assalamualaikum mba meira" ucap shaty aku dan tiara sontak bersamaan membalas salam
"walaikumsalam"
" hei...  Sini silahkan duduk" ucapku sambil mempersilahkan mereka untuk duduk sambil kami bersalaman sebelum  mengambil posisi duduk masing - masing.
"gimana-gimana...  Kok bisa sampai nyasar ke butik mbak sih " ucapku membuka pembicaraan.

"oh iya nih mba.  Shanty ada perlu sama mbak Meira.  Makanya shanty dan Gio datang kesini" ucap shanty

"jadi gini mbak meira..  Dan mbak tiara.  Kan shanty sama Gio mau menikah jadi kedatangan shanty itu untuk minta mbak buatin shanty gaun nikahan." jelas shanty

"oh begitu.  Jadi ini ceritanya dari sahabatan dengan kakaknya dapat adek nya gitu ya gio" ujar Tiara ceplas ceplos meledek Gio

"hahaha gitu lah.... " ucap gio

"oh baiklah...  Dengan senang hati mbak akan buatin. Rencananya kapan nikahannya." tanya ku

" hmm rencananya masih tiga bulan lagi mbak keburu gak ya mba" ucap shanty. 

"Insyaallah  keburu.  Iya kan tiara ?" ucapku

"iya Insyaallah keburu" balas tiara

"oke deh mbak. Shanty percayakan semuanya sama mbak. Tapi shanty belum tau nih mau seperti apa gaunnya.  Pokoknya shanty serahin semua ke mbak deh ya..  Biar shanty cuma tahu beres" ucapnya

"oh begitu.  Baiklah nanti coba mbak dan tiara desainkan beberapa contoh nanti shanty yang pilih setelah fix baru
Kita mulai dengan pengukuran. " ucap ku. 

"terimakasih. Banyak ya mbak.  Kalau begitu shanty pamit pulang dulu. "ucap shanty pamit

"iya shanty..  Mbak juga berterimakasih" balas ku.

Mereka pun berjalan menuju pintu keluar. 
****

Serpihan JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang