serpihan 6

23 1 1
                                    

Aku tersadar dari lamunanku yang panjang. Dengan air mata yang memenuhi wajahku. Dada ku begitu sesak mengingat segala yang terjadi.
Aku tak bisa membohongi diri ku sendiri bahwa kenyataannya aku masih belum baik baik saja, dengan semua kenangan masa lalu ku yang kelam. Aku bangun dari tempat tidur ku, aku berjalan menuju meja rias ku. Aku pandangi wajahku yang begitu menyedihkan.

" Hentikan semua ini Ameira, kamu harus kuat, kamu harus hadapi kenyataan pahit ini. Bagaimana bisa kamu masih besikap menyedihkan seperti ini sedangkan kamu memiliki aldira yang mesti kamu rawat dan besarkan. Kamu harus bedamai dengan masa lalu meira, harus bisa" ucap ku sendiri menguatkan diri ku.

Ku hapus air mata ku. Dan pergi ke kamar mandi membasuh muka ku, yang begitu kacau karena air mata.

***
Hari menjelang sore, aku keluar dari kamar ku menuruni anak tangga satu demi satu,  ku lihat anak gadis ku yang begitu ceria sedang bermain di ruang tengah dengan pengasuh nya ajeng , tak lain adalah anak dari bi Asih.

Aldira melihat ku, dan lansung lari menuju ke arah ku dan memeluk ku.
"Mommy," ucap nya sambil memeluk ku
aku hanya tersenyum dan mecium kening aldira

"Mommy sakit ya, kok tidur siangnya lama banget, tadi dira mau ke kamar momi tapi kata mbah asih nggak boleh. Karena mommy lagi istrahat sakit" ucap dira dengan wajah cemas khas anak anak

"Hmm. Maaf ya sayang, mommy tidurnya kelamaan, tadi mommy lagi sedikit lelah, tapi melihat dira senyum bahagia mommy jadi sehat lagi deh" ucapku menengkan dira

"Alhamdulillah, mommy jangan sakit ya, dira cedih kalo mommy sakit, dira sayang sekali sama mommy. Dira janji nggak akan nakal dan membatah mommy lagi, dira minta maaf ya mommy tadi dira nakal, karna mau iku daddy" ucap dira memelas pada ku.  Aku tersenyum lalu menggendong dira yang mulai cukup berat dan berjalan menduduki kursi yang ada di ruang tengah.

"Anak mommy sangat manis sekali, tadi mommy tidak marah kok. Mommy juga sayang sama dira, dira adalah Dunia mommy, tadi mommy bukan ngelarang dira pergi bersama daddy hanya saja waktu nya yang kurang tepat sayang, tadi kan daddy pergi tuk bekerja dan kantor daddy tidak seperti butik mommy yang boleh dira datangi kapan saja." Ucap ku memberikan penjelasan pada anak ku

"Iya mommy dira mengerti" ucapnya dan mengecup pipi ku

" kalau begitu, sekarang dira mandi gih sama bi Ajeng, kayaknya ada yang bau asem nihh...siapa ya??!" Ucap ku bercanda

Aldira pun tertawa dan turun dari pangkuan ku " iya mommy, dira mandi dulu" ucap dira dan langsung berlarian menuju kamarnya
*
Di dapur bi Asih  sedang menyiapkan makan malam untuk ku dan dira.

'' bi, masak apa untuk malam ini" tanya ku

" ini non, bibi masak sop ikan kakap buat non siapa tau makan yang segar segar dan hangat bisa muat badan non enakan" ucap bi asih,

"Emang bi asih paling top, dan paling mengerti deh, bikin tambah sayang" ucap ku pada bi asih.

"Iya non, ini juga bibi mau goreng kan Ayam buat non kecil katanya tadi pengen makan ayam goreng" ucap bi asih.

"Oh iya sudah bi, makasih ya. Meira mau ke ruang kerja dulu nanti kalau sudah siap semua. Bibi panggil meira ya, telepon aja bi.  Biar bibi nggak capek naik turun tangga" ucap ku pada bi asih, aku kasihan bibi sudah terlalu rapuh dan tua untuk naik turun tangga untuk ke lantai dua.
Di rumah ini anak anak nya semua bekerja dengan ku.
Dan ada juga yang aku kerjakan di butik ku.

Karna bagi aku keluarga sekarang mereka. Aku masih memiliki ayah dan ibu tiri dan juga saudara tiri. Tapi mereka malah seperti orang lain bagiku.
***


Serpihan JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang