Serpihan 4

13 1 1
                                    

Aku sedang di sibukan dengan berkas berkas laporan keuangan dan proyek yang harus di selesaikan. Mengecek satu persatu.  Tapi semua ini membuat ku jenuh dan bosan.  Ku lihat jam menujukan jam makan siang.  Jadi aku putuskan untuk beristirahat sejenak  menghilangkan kepenatan ku dengan tumpukan berkas berkas ini. Tapi aku enggan pergi makan sendiri baiknya aku menelfon Gio untuk memani ku. 

Aku dan gio putuskan untuk bertemu di sebuah restoran ternama di ibu kota ini.  Aku sudah sampai 10 menit yang lalu dan Gio belum juga menampakan batang hidung nya. 

"sorry bro...  Macet jd saya terlambat''jelas gio

" kamu ini. Selalu begitu" balas ku
Kami pun menikmati makan siang dan duduk mengobrol tentang kerjaan dan juga tentang rencana pernikahan nya. 

" eh Bro...  Kemarin saya dan shanty bertemu Meira" ucap Gio membuat  Saya  kaget hingga tersedak minuman ku..

"santai bro..  Segitu nya dengar nama Mantan''ucap gio "ku pikir kamu sudah move on" lanjut gio

"setan lu bro.meledek aja"balas ku singkat

"benaran bro.  Meira 3 tahun yang lalu dengan yang sekarang berubah, bahkam sangat berubah.  Saya sudah dua kali ketemu dia bro...  Dia makin cantik dan seksi.  Dan spertinya semakin bahagia. Soalnya badannya sudah hot bro.  Gak  kurus kering seperti waktu masih menikah dengan mu." ujar Gio

"sialan... Emang kamu pikir saya gak ngasih makan dia waktu itu'' ucap ku

" bukan begitu bro.  Maksudnya mungkin dia sudah lebih bahagia sekarang secara penampilan dia sekarang makin oke.  Tapi emang nya bro janda itu menggoda" ucap gio meledek

"ya syukurlah kalau dia bahagia sekarang.  Setidaknya dia tidak tertekan lagi seperti dulu." sambungku

"apa kamu tidak ada rencana bertemu denganya'' tanya Gio

"entahlah...  Tapi pasti nya kami akan bertemu pasti bertemu.  Karna aldira" jawab ku dingin

"umur panjang brooooo....!! " ucap Gio

"ada apa? " tanya ku penasaran

"Lihat tu di pojok sana siapa brooo. " ucap Gio sambil menunjuk

Ku arahkan pandangan ku kerah yang di sebut kan oleh Gio.  Disana aku melihat dua orang  perempuan dan seorang anak kecil.  Ku lihat dengan baik.  Dan saat itu juga seluruh badan ku menjadi dingin

"Amiera" ucap ku

Ya itu Amiera.  Dia, dia Ameira Fadella Ulin.  Aku kaget entah apa yang aku harus lakukan.

Dan saat itu pula Teriakan gadis kecil yang bersama amiera meneriaki ku. 

"Daddy !!" teriak adira. 
Jantungku berhenti saat mata itu. Mata beralih menatap ku. 
Ameira melihat ku dia menatap ku. 

Aku memandang dengan kekuan. Dira putri kecil ku berlari ke arah ku. 

"broo are you oke? " tanya gio

"ya...  Sudah di depan mata. Ya saya hadapi" jawab ku

" daddy... Daddy" ucap aldira

"ya sayang ku''jawab ku memberi senyum

" dira dari tadi memanggil daddy tau daddy tidak menjawab" ucapnya kesal

"maaf kan daddy sayang" ucap ku sambil tatapan ku terus terarah pada meira.  Yang kaku di meja nya.  Dan terus menatap ke arah ku dan sesekali menunduk. 

" daddy, ada mommy disana ayo kita kesana.  Kalau dira tau daddy juga mau kesini pasti dira bilang mommy untuk pergi bersama" ucap aldira

"hmm dira, daddy harus balik kantor. Masih banyak pekerjaan yang harus daddu kerjakan bersama om gio" ucap ku menolak. 

" udah bro samperin.  Toh tak apakan.  Kalian kan tidak musuhan.  Sampai kapan kalian mau saling menghidar.  Kasihan aldira" ucap Gio. 

Akhirnya aku menuruti kemauan aldira dan Gio untuk pergi menemui ameira dan tiara yang sedang duduk menunggu

"hai...ameira " ucap ku kaku...

"hai.. Mas " balas nya dengan kaku

"hai gibran...  Lama tak bertemu" ucap tiara mencairkan kekauan di antara aku dan Meira.

"duduk mas" tawar meira aku pun duduk di sebelah tiara dan berhadapan langsung dengan meira

"lama ya kita tidak bertemu,  kamu apa kabar. Meira''ucap ku

"alhamdulillah aku semakin baik mas" balasnya

"syukurlah. Itu yang aku harap kan kamu selalu baik baik saja" ujar ku. 

Benar kata gio meira semakin banyak berubah.  Dia semakin cantik dan semakin berisi.  Dia pun semakin terawat.  Sepertinya dia bahagia.  Tidak ada yang perlu ku risaukan.  Tapi mengapa ada yang terasa sakit.  Ya mengapa hati ku terasa sakit melihat meira.
Entah sakit mengetahui bahwa dia semakin bahagia tanpa aku ataukah karena aku masih belum bisa memaafkan kesalahan ku. 

Aku pun pamit untuk pergi
"ameira,tiara aku permisi deluan gio sudah menunggu ku.  aku harus balik kantor jam istirahat  sedah selesai '' ucap ku pamit

" iya mas..  Silahkan.  Hati hati," balas meraka

"daddy kenapa pulang deluan.  Kami masih makan. Kenapa kita tidak pulang kerumah mommy sama sama" ucap dira merengek

"aldira.. Jangan begitu ! " ucap ku amiera tegas

"mommy dira mau pulang sama daddy''rengek dira

"aldira dengar mommy, dira nggak boleh begitu daddy nya dira kan mau kerja.  Nggak boleh bawa anak kecil di kantor daddy.  Dira anak pintar kan.  Nurut mommy ya.  Dira sama mommy aja ya" bujuk ameira. 

"iya mommy''ucap dira dengan air mata " daddy... Hiks..  Hiks..  Hiks dira nggak jadi ikut.  Mommy larang ikut daddy" ucapnya denga sendu

Aku yang tak tega melihat nya menagis berjalan menuju dira dan memeluknya. 
"dira sayang.  Yang mommy bilang benar.  Daddy mau ke kantor kerja nyari duit untuk dira.  Untuk beli mainan.untuk sekolah dira.  Untuk apapun lah yang buat dira senang.  Jadi sekarang dira sama mommy dulu ya. " ucap ku menenangkannya.

Setelah dira mengerti aku pun lekas pergi dan Gio meninggalkan restoran itu.
***
================================

Hai....  Semua pembaca watty.. 
Mau tanya gimana dengan cerita saya ini apakah alur cerita ini teman teman suka.  Apakah saya lanjut cerita nya apa gimana ya. 

Mohon Saran nya. Terimakasih... 
Tolong tinggalkan komen yg membangun semangat untuk bisa lanjut menulis  kelanjutan cerita nya ya...  😊😊😊

Serpihan JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang