Lantunan Al-Qur'an menggema di surau kecil itu.
Suasana di malam itu sangat menenangkan hati. Alunan orang-orang yang merindukan Surga begitu memikat.
Melapangkan dada orang yang beriman.Agungnya Al-Qur'an terpancar dari mata mereka. Cahaya Al-Qur'an mengalir dalam Akhlakul Karimah. Hati manusia yang di kehendaki-Nya merasakan keindahan di dalamnya.
"(yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah hati mereka bergetar..." (QS. Al-Hajj(22): Ayat 35)
Semoga kita salah satunya.
Jadikanlah Al-Qur'an sebagai pedoman hidup, teman karib, penenang jiwa dan pelipur lara. Segala persoalan hidup, semua jawaban yang kita butuhkan telah tercantum di dalamnya. Maka dari itu, dekatilah dan amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Jangan pernah lewatkan satu hari pun tanpa membaca Al-Qur'an. Bacalah Al-Quran karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada para ahlinya.
Ustadz Ali melanjutkan bacaannya.
Kemarin malam, mereka semua telah berunding dan Ustadz Ali akan membahas persoalan yang ingin ia sampaikan. Ba'da Isya. Disebabkan kemarin Ustadz Ali langsung pulang setelah Isya, makanya dijelaskan hari ini.
Hari ini Umar, Wardi, Mukhlis dan Izul masih dalam rutinitas keseharian. Dengan khusyuk, mereka memperhatikan Ustadz Ali membaca Al-Qur'an.
"Izul, kamu lanjutkan ayat berikutnya. Tolong semuanya simak baik-baik. Saat Al-Qur'an dibacakan hendaknya kita diam dan merenungi ayat tersebut, Insya Allah kita akan diberi rahmat" Kata Ustadz Ali.
Izul membaca ta'awwuz, lalu mulai membaca secara tartil. Awalnya berjalan lancar, namun Ustadz Ali menyuruh berhenti dengan kode tangan seperti mengatakan "cukup".
"Itu huruf nun mati bertemu dengan huruf syin. Hukumnya apa, Zul?" tanya Ustadz Ali. Dia ingin menge-tes pelajaran kemarin tentang tajwid dalam Al-Qur'an.
"Eh, eh Iq- Izhar Pak Ustadz" Izul menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia benar-benar lupa pelajaran kemarin.
Ustadz Ali tersenyum.
"Ketika nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf dengan huruf yang 15 yaitu (ت ث ج د ذ س ش ص ض ط ظ ف ق ك ), maka hukumnya ikhfa haqiqi dan dibaca dengan dengung. Jadi nun-nya tidak dijelaskan ya, Zul. Dan berlaku juga bagi kita semua. Mengerti?"
Mereka semua mengangguk.
"Besok Insya Allah Ustadz akan tagih setoran hafalan tajwid kalian dan penerapannya. Izul, lanjutkan dengan benar ayat yang tadi."
Mereka semua membaca secara bergantian sampai masuk waktu Isya. Sholat berjama'ah dimulai.
Mereka semua telah berkumpul di tengah surau. Disana juga ada Kasmin.
Mereka membentuk lingkaran besar menunggu Ustadz Ali berbicara. Kasmin sebagi yang tertua mempersilahkan Ustadz Ali menyampaikan maksudnya."Bismillah.. Langsung saja. Ini bukan berita yang besar, tapi Ustadz rasa ini perlu untuk kita ketahui bersama." Kata Ustadz Ali.
Semua telinga fokus pada perkataan yang keluar dari mulut Ustadz Ali.
"Kabar baiknya, Insya Allah Ustadz akan menikah jika Allah mengizinkan."
Alhamdulillah. Segala Puji bagi Allah. Semua orang di dalam sana bahagia mendengar kabar itu. Tidak terkecuali Kasmin. Ia sudah lama kagum akan Ali.
Dia tampan, masih muda, sederhana, bijaksana, agamanya bagus dan hanya satu yang kurang. Pasangan hidup. Mendengar kabar itu Kasmin sangat bahagia dan berdo'a agar bahtera rumah tangganya di penuhi Berkah dan Rahmat dari Allah.
"Alhamdulillah, bapak sangat bahagia mendengarnya, Nak. Semoga Allah meridhoimu" Kasmin mengusap pundak Ali.
"Terus kita bakalan makan banyak, kan Ustadz? Hehe" Ucap Izul terkekeh. Dia turut bahagi. Pertama, karena Ustadz Ali akan segera menikah. Kedua, dia akan makan banyak di hari pernikahannya.
"Kau ini, Zul. Makan terus pikiranmu!" timpal Mukhlis.
"Calonnya orang mana, Ustadz?" tanya Umar.
"Orang jauh, Mar. Bapak dikenalkan oleh guru bapak di Pesantren."
"Resepsinya tetap disini kan, Ustadz? Wardi juga ikut bertanya.
"Insya Allah, tetap disini." Jawab Ustadz Ali.
"Tapi... " Ustadz Ali menggantungakan kalimatnya.
"Tapi kenapa, Ustadz?" tanya Umar.
"Ini bagian dari kabar kurang baiknya, kemungkinan besar Ustadz akan ikut calon istri bapak ke kota. Insya Allah."
Raut wajah Ali berubah. Ali bukanlah orang asli kampung ini. Bisa dibilang ia adalah pendatang, meskipun begitu, dia tidak siap meninggalkan kampung ini.
Sudah lebih 4 tahun Ali mengajar disini. Setelah yatim piatu, disini Ali diterima baik oleh masyarakat disebabkan akhlaknya bagus. Bahkan, banyak para ibu-ibu yang menjodohkan anak gadisnya dengan Ali.
Kasmin menjadi peran penting dalam keberadaan Ali di kampung ini. Dia yang mengusulkan agar Ali menjadi guru ngaji di surau. Kasmin bersama orangtua lainnya bersedia mengumpulkan uang untuk Ali. Tetapi Ali menolak.
Lalu salah satu orang tua berkata,
"Anggap saja ini upah kamu sebagai pengajar, Nak. Tidak baik menolak pemberian orang lain. Untung-untung kami juga sedekah. Mohon terimalah, Ustadz Muda"Akhirnya Ali menerima uang tersebut. Bukan karena uang, namun karena keikhlasan warga kampung. Ali mengajar dengan ikhlas, dia bahagia bisa menyampaikan ilmu yang ia dapatkan selama di Pesantren.
Semangat mudanya menebarkan kebaikan mengalahkan rasa lelahnya selama ini.
Namun sekarang ia harus berpisah dengan kampung ini. Resepsi pernikahannya akan menjadi gunting yang akan memisahkan semua itu. Antara bahagia dan sedih.
Mereka terdiam.
Bukan hanya Ali yang sedih. Umar, Wardi, Mukhlis dan Izul juga ikut sedih. Guru yang selama ini mengajar dan menjadi inspirasi mereka akan pergi. Kasmin juga ikut sedih, tetapi mungkin itu yang terbaik. Batin Kasmin.
"Ali, setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan. Kau jangan sedih, Nak. Ilmu dan kebaikanmu sudah kau sampaikan di kampung ini. Berbahagialah karena itu. Insya Allah kami akan selalu mengingat kebaikanmu. Kau tidak ditakdirkan selamanya disini, kau akan menjalani kehidupan rumah tangga. Teruslah menebar kebaikan, karena kekuatan kebaikan itu yang akan menolongmu." Kata Kasmin.
Perkataan Kasmin mampu mengembalikan semangat dalam diri Ali. Bukankah Allah akan mempermudahkan Surga bagi orang yang menuntut ilmu?
"Berbuat baik lah dimana saja kamu berada, Ali. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik. Raihlah Ridho Allah dalam setiap langkah kehidupanmu, Nak."
Kasmin tersenyum. Ali, Umar, Mukhlis, Wardi dan Izul mendengarkan dengan baik apa yang disampaikan bapak Umar itu.
"Sekarang kita akan fokus pada pernikahanmu, Ali. Umar, Mukhlis, Wardi, dan Izul kalian siap membantu?" tanya Kasmin.
"Insya Allah, Siap Laksanakaaan!" kata mereka serempak.
Ali tersenyum bahagia.
"Terima kasih atas semuanya, Pak. Insya Allah pesan bapak akan selalu saya ingat." Ali mencium tangan Kasmin yang sudah berjasa dalam hidupnya itu.
Setiap manusia pasti mempunyai sisi gelap. Bagaikan rembulan di malam hari. Maka kenapa kita tidak memilih untuk bersinar di atas sisi gelap itu? Pancarkan sinar rembulan itu dengan cahaya kebaikan-kebaikan.
***
Alhamdulillah.
Petiklah hikmah dalam setiap yang terjadi dalam kehidupan kita, yaa.
Ambil baiknya, buang buruknya.
Mohon di koreksi, jika ada yang keliru.Jazakallahu Khairan.
Salam, AA.