Bab 3

16 2 0
                                    


"Jadi tujuan lo kesini apa?" Tanya Ara langsung intinya.

Ara sudah bosen dengan Nandar yang terus membaperi Ara semaunya dan tak kunjung pergi. Emang Ara cewek apaan di gituin mulu.

"Kangen. Mantan juga boleh kangen dong."

Dasar. Batin Ara.

Ara hanya memutar bola matanya.

"Pulang aja deh lo sono."

"Oh jadi sekarang lo perhatian sama gue," Nandar berkata dengan senyuman manisnya.

"Maksud lo?"

"Lo nyuruh pulang gue karena lo gak mau kan gue kenapa-napa pas di jalan karena udah malem. Terus nanti pas udah dirumah pasti lo nyuruh gue tidur cepet biar besok gak kesiangan kan? "

"Apaan sih lo, " heran banget dengan kepedeannya Nandar.

"Oke,  gue pulang!  Besok berangkat sekolah gue jemput!" ucap Nandar sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Apaan sih lo? Gue gak mau! Lagian kita udah sepakat putus ya. Kalau lo lupa."

"Gak ada UUD yang larang mantan jemput mantan!"

"Oke. Gue pulang dulu.  Night Ela," Ucap Nandar sambil mengacak acak lembut kepala Ara.

Ara hanya termangu di sofa. Ela adalah nama panggilan sayangnya waktu mereka masih pacaran.

Ara menatap punggung Nandar yang keluar dari rumahnya.

"Arghhh...  Bisa galmov gue kalau diginiin mulu," Ara terduduk dengan mengacak rambutnya frustasi.

***

"Ara... cepet turun udah dijemput," Teriak Sinta 'mama Ara' yang sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk keluarganya.

Tak selang beberapa menit, Ara turun ke meja makan serta pakaian lengkap ala sekolahannya.

"Ngapain lo kesini?" Ucap Ara dengan menatap tajam orang yang berada di meja makan.

"Ara! Gak boleh gitu sama nak Nandar, kan biasanya juga kesini, lagi berantem ya?" Sinta yang sempat-sempatnya menggoda dua remaja itu.

"Udah putus ma!" Ucap Ara dengan cuek.

Sinta tersentak! "Loh kok bisa? Mama udah cocok sama kalian berdua,"

"Udahlah ma! Mereka emang labil," entah dari mana Vian datang.

Nandar yang sedari tadi diam hanya menatap Ara dengan tersenyum.

Beberapa menit mereka makan bersama.

"Ara berangkat dulu ma," ucap Ara sambil mencium tangan sinta.

"Berangkat dulu tan," Nandar juga berpamitan dengan Sinta.

"Hati-hati kalian berdua," ucap Sinta.

"Hati-hati CLBK," Vian yang dari tadi makan menimbrung dan cekakaan.

***

"Hai beb! Kok kamu bareng dia sih?" Tanya Siska yang memeluk lengan Nandar sambil melirik kearah Ara.

Ara hanya memutar bola mata melihat Nandar tampak risih.

"Kasihan dia butuh tumpangan," jawab Nandar mengusap puncak kepala Siska pelan.

Ara hanya melotot mendengar jawaban Nandar yang tidak sesuai kenyataan. Tak mau berdepat atau apalah itu, Ara meninggalkan keduanya.

Ara itu cewek. Seorang cewek. Hati cewek yang mudah retak bila dipatahkan dan mudah luluh bila ada yang membuat nyaman.

Siapa yang tidak kesal melihat kejadian tadi. Pagi-pagi dipaksa untuk berangkat bareng berasa diberi harapan kembali tapi nyatanya beda dengan ekspetasi.

Ara melangkah menuju kelas dengan kesal. Mood hari ini mungkin akan hancur. Apalagi pelajaran yang membosankan.

Ara duduk dan memasukkan kepalanya ke atas kedua lengannya untuk bertumpu.

"Lo kenapa sih? Pagi-pagi udah badmood aja?" Tanya Salsa teman sebangkunya yang sadar Ara lagi kesal.

"Lagi males!" Jawab Ara seadanya.

"Kenapa? Gara-gara Nandar?" Tebak Salsa seakan tahu apa yang dirasakan Ara. Salsa memang tahu permasalahan rumit antara Ara dan Nandar. Ara yang berniat menghindari Nandar. Tapi Nandar selalu saja mendekati Ara seakan memberi harapan pada Ara.

Ara mengangkat kepalanya. Kemudian menceritakan kejadian tadi yang membuatnya badmood.

"Bukan gue dong yang salah. Gue korbannya," ucap Ara beropini.

"Iya sih. Menurut gue lo harus bicara deh sama dia. Maunya tuh apa? Kalau kayak gini terus kamu yang sakit,"

Ara hanya terdiam. Mungkin ucapan Salsa ada benernya. Gue harus bicara sama Nandar.

Tak berselang beberapa menit kemudian bel masuk berbunyi.

***

Istirahat. Di rooftop sekolah.

"Ngapain ngajak gue kesini?" Tanya Nandar melangkah menuju ke arah Ara yang sedang duduk.

"Duduk aja dulu!" Keduanya kini hanya diam canggung.

Seakan Ara tak mau memulai bicara. Nandar yang tak sabar mulai bertanya.

"Mau ngomong apa?" Ucap Nandar dengan sedikit melembut.

"Jauhin gue!" Ucap Ara dengan datar.

Nandar mengerutkan alisnya. "Kenapa?"

"Lo sadar gak sih, yang lo lakuin ke gue itu salah. Lo perhatian ke gue. Antar jemput gue. Datang ke rumah gue. Memperlakukan gue seperti pacar. Seakan-akan kita ini gak ada masalah. Nan kita ini udah gak ada apa-apa. Lo yang mutusin gue. Lo gak tau seberapa sakitnya gue pas malam itu. Gue udah buat kejutan buat malam anivv yang ke-1 tahun kita. Tapi apa? Gue yang dapet kejutan," Ara tersenyum miring. Matanya mulai berkaca-kaca. "Lo bawa Siska si cabe itu dan tanpa dosanya lo putusin gue. Sebenernya gue salah apa sih sama lo? Ya oke, gue akuin. Gue jarang waktu buat lo karena gue sibuk ngurusin osis. Tapi apa lo gak bisa ngertiin gue. Lo malah cari yang lain."

Gue masih sayang lo. Batin Ara yang menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya karena menangis.

Nandar membawa kepala Ara ke dada bidangnya. Membawa kepelukannya. Nyaman. Rasanya nyaman. Nandar tak tega melihat dia menangis.

"Maaf."

"Maaf dan maaf. Gue yang salah. Gue emang cowok brengsek yang bisanya cuma nyakitin cewek."

Ara mendengar ucapan itu di mulut Nandar begitu tulus.

"Gue masih saaaa... "

Ucapan Nandar terputus karena tiba-tiba ada seseorang yang mendorongnya dan melepaskan pelukan keduanya.

"Kamu ngapain berduaan sama dia?" Ucapnya dengan nada tinggi sangat marah.













***
Ah bodoamat gaje, garing, kata-katanya semrawut bangetttttt

Heuuu.. buruk banget :((

Maap ya gak bisa nge-feel:'))

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NANDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang