1. Awal dari ketidak sengajaan

135 21 3
                                    

Hari ini mungkin masih sama seperti hari-hari kemarin, matahari bersinar di tempatnya, embun masih menetes di pagi hari dan burung masih senantiasa menyapa.

Nadin merapikan tasnya bergegas ke sekolah.

Sebagai kelas 10 Nadin tidak ingin ada catatan merah keterlambatan.

"Buku Fisika, pensil baru, oke lengkap."

Bagi sebagian orang Nadin memang terlihat amat sangat jutek. Sebagian yang lain bilang kalau Nadin itu Galak.
Sisanya bilang,

"Nadin itu serem, galak kaya nenek lampir."

Untungnya Nadin menanggapi ini dengan sangat bijak.

"kalau Gua nenek lampir terus lo apa??kurcaci?!"

Nadin bersekolah di SMA GARUDA, salah satu SMA favorit di Jakarta.

Banyak orang yang bilang kalau masuk kesini harus orang-orang pinter, kalau nggak pinter minimal dia punya orang tua kaya.

Di sini ada 3 kantin, pertama koperasi dengan pelanggan setia guru-guru.

Yang ke dua kantin bawah, kantin ini berisi orang-orang normal yang sedang lapar dan kehausan.

Kantin terakhir adalah kantin bilkhusus untuk orang-orang yang hobi nongkrong, orang-orang yang juga hobi 'minggat' di jam pelajaran.
Kantin ini berada di belakang sekolah, tempat strategis tanpa perlu ketahuan satpam, sebab jalan menuju kantin ini haruslah melalui gerbang reyok belakang sekolah yang terkenal angker.

"Nad kantin yukk..." rengek Dilla.

"Nggak ah, kalian aja berdua." Tolak
Nadin.

"Mau nitip apa??minum?" tawar Raya. Nadin menggeleng.

"Yaudah duluan yaa.." Nadin mengacungkan jempolnya.

Alasan Nadin tidak ikut ke kantin sebenarnya karena dia merasa kepalanya pusing, dia sengaja tidak memberi tahu kedua temanya karena takut mereka akan khawatir, terlebih Dilla yang suka 'rame' justru bisa membuatnya tambah pusing.

Nadin berjalan gontai menuju UKS.

"wah nenek lampir?" sapa Mada.

"mulut lo!!" jawab Nadin sambil melotot,

"Yaelah biasa aja, sini Gua bantu." Mada membukakan pintu UKS.

"Hari ini jadwal Gua jaga UKS tapi sori banget Gua ada urusan jadi silahkan cari obat sendiri Gua harus cabut, baik-baik ya nenek lampir jangan di brantakin loh."

Tanpa menunggu Nadin menjawab, Mada sudah melesat pergi.

Nadin mencari obat tapi nihil, tidak ada obat penahan nyeri tidak ada juga minyak telon, alhasil dia harus menahan rasa sakit sampai jam pulang sekolah, Nadin memilih untuk merebahkan badanya di kasur UKS paling pojok.

Lima menit berselang.

Pintu UKS di buka.

"Lo Nad?"

"Iya Mel, kenapa?" Mela ikut duduk di tepian kasur.

"Nih." Kata Mela seraya memberikan bungkusan plastik.

"Apaan?"

"Obat, Mada tadi beliin, Cuma dia lagi di panggil Pak Rudi jadi nitip deh." Jelas Mela

"Ohh, Makasih ya."

Mela terkekeh.

"Jangan ke Gua ngomongnya, tapi ke Mada. Btw duluan ya mau ke kantin nih, laper."

Nadin mengangguk, Mela beranjak meninggalkan ruang UKS.

Nadin segera meminum obat dan kembali merebahkan tubuhnya, sebelum memejamkan mata dia membuka hp nya dan mengetik pesan singkat kepada Dilla untuk mengizinkannya karena dia sedang tidak enak badan, terakhir dia memode pesawatkan hp nya agar tidak ada pesan mengganggu.

StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang