Mada baru saja menyerahkan bunga-bunga yang di belinya kepada Bu Yani saat Alfan masuk ke dalam rumah. Kemacetan tadi membuatnya tidak bisa bertemu dengan Nadin. Namun yang terpenting sekarang adalah mengisi baterai ponselnya kemudian menelpon Nadin.
Mada melewati Alfan begitu saja saat mereka berpapasan di depan pintu.
"Da?!" Panggil Alfan.
"Iya?!"
"Ke kamar gua. Sekarang."
Bu Yani memperhatikan keduanya dengan dahi berkerut. Tidak biasanya suasana setegang ini. Alfan menaiki tangga pualam megah di ikuti Mada di belakangnya. Sampai di kamar Alfan merebahkan tubuhnya di kasur.
"Kenapa?"
"Gua ketemu sama Nadin. "
"Kok bisa?"
"Kalo Lo aja tahu rumah dia, gua juga pasti bisa tahu."
"Ooh." Mada ber-Oh pendek.
"Dia nungguin Lo tadi. Emang Lo nggak ngomong kalo nggak bisa Dateng?"
Mada menggeleng. Lalu duduk di tepian kasur. Di lihatnya cookies di toples yang masih penuh. Nggak biasanya Alfan tidak tertarik pada cookies.
Alfan menegakan tubuhnya. Dia meraih jus yang di bawa Bu Jannah tadi.
"Jadi? Kenapa Lo manggil gua ke sini?"
Alfan mengetuk nakas di samping ranjang tidurnya. "Buat Lo."
Mada meraih lembaran itu. Dia kaget. Kenapa Alfan bisa tahu."Jangan pernah sembunyiin apapun dari gua. Udah berhari-hari Lo nggak masuk. Besok sekolah lagi."
"Baru aja seminggu nggak masuk."
"Tapi udah pingin banget ketemu Nadin." Kata Alfan datar. Mada hanya diam, dia memilih untuk tidak memperdulikan topik sensitif itu. Ditambah Ancaman Alfan membuatnya berfikir keras tentang apa yang sebenarnya terjadi. Menurut Alfan, Mada tidak tahu apa yang terjadi selama satu Minggu ini, tapi dia salah Mada bahkan tahu betul semua yang terjadi. Mada juga melihat saat pertama kali Alfan menghampiri kelas Nadin dan membuat pengumuman besar kalau Nadin itu pacarnya. Mada juga tahu kejadian saat Nadin di gendong Alfan menuju UKS, yang terakhir Mada juga tahu kenapa Alfan menarik cewek yang asing itu untuk masuk dalam kehidupan Alfan yang runyam. Mada tahu semuanya, itu sebabnya dia ingin bertemu Nadin. Mada ingin menanyakan perihal hubungan dengan Alfan, setelah itu dia juga akan bilang kalau sebenarnya dia putus sekolah juga dia akan bilang kalau dia dekat sekali dengan Alfan karena mereka satu rumah, itu keputusan besarnya. Mada tidak akan berani mengakui perasaanya karena Mada bahkan tidak pernah berani membayangkan kalau akhirnya mereka menyukai gadis yang sama. Meski saat ini Alfan belum menyukai Nadin tapi kelak Mada akan sangat yakin kalau akhirnya Alfan bisa jatuh cinta lagi.
Mada membaca lembar kertas di tangannya. Disana tertulis kalau semua tagihan sekolahnya sudah lunas.
"Harusnya Lo nggak perlu ngelakuin ini." Kata Mada, dia meletakan kembali kertas itu di nakas.
"Bukan gua. Tapi ibu tiri gua."
"Kok Bu Yani tahu si?"
"Semua guru dekat kali. Mereka pasti membagikan informasi satu sama lain." Mada mengangguk.
"Makasih ya."
"Kenapa?"
"Buat ini. Juga Karena Lo ketemu Nadin."
Alfan manggut-manggut saja.
"Lo pikir gua suka sama Nadin??" Tanya Mada. Alfan hanya acuh.
"Gua mau ketemu Nadin itu mau ngomong kalo dia harus hati-hati sama Lo. Kan Lo singa. Hahahaha."

KAMU SEDANG MEMBACA
Stay
Teen FictionCinta segi tiga memang selalu unik untuk di ceritakan. Bercerita mengenai kisah ini, seperti menemukan rasa tersendiri dianatra jutaan rasa cinta yang kadang terkesan egois, kaku, abstrak, menyakitkan, dan lainya. Bagian terpenting dari cinta adalah...