#2

50 8 16
                                    


Eliver tampak sedang membereskan alat-alat tulisnya karna ini sudah waktunya pulang. Ia rasa rumah bukanlah tempat yang bagus untuk pulang kali ini. Dilihatnya jam menunjukkan angka 04.56 PM. Ia akan ke Cafe sebentar untuk membaca buku. Bukan buku pelajaran, melainkan komik. Ia butuh sesuatu yang manis kali ini.

Ia pun bergegas keluar dan berjalan santai ke Cafe yang jaraknya tidak jauh, namun cukup membuat keringat keluar. Tampak jalanan yang mulai ramai karna sudah jam waktu pulang. Ia menatap kota Evilan yang semakin bertambah tahun semakin besar dan mengagumkan walau tak segila ibu kota. Ia kini berpikir lagi akan jadi apakah seorang Eliver di masa depan. Polisi kah? Mustahil. Perampok? Pengusaha? Atau pembunuh bayaran? Semuanya benar-benar tidak terlintas di benaknya kemarin-kemarin.

"Greentea crepes cakenya satu sama Hot Greentea Lattenya satu." pesan Eliver setibanya dalam Cafe. Setelah itu ia berjalan ke meja yang selalu menjadi tempatnya duduk, pojokan dekat jendela.

Setelah duduk, ia mengeluarkan komik yang akan ia baca dari tasnya. Eliver tersenyum, ia baru saja membeli komik yang akan ia baca itu. Ia bahkan lupa sudah berapa banyak komik dirumahnya dengan genre yang tak pernah berubah.

Genre thriller komedi.

Mantap.

Ia langsung membuka halaman pertama. Kali ini ia mematikan musik yang sedari tadi ia dengar dan memasukkan ponsel juga handsetnya ke dalam tas. Ia pun mulai membuka halaman pertama. Sebenarnya semua komik yang ia beli itu kebanyakan gak jelas tapi walau begitu, Eliver suka membacanya. Ia kemudian tertawa melihat gambar ilustrasi ketika kepala seseorang tergiling di dalam mesin cuci karna mencuci pakaiannya dengan sangat lama dan banyak, siapapun tentu kesal karena ingin memakai mesin cucinya juga.

"A-A-Astaga.. aku jadi ingin punya mesin cuci." pikirnya dengan gelak tawa yang menghiasi wajahnya. Setelah membaca satu lembar, pesanan miliknya pun datang. Ia kemudian beralih kepada hidangannya. Ia suka sesuatu yang berbau Greentea.

Satu setengah jam sudah ia habis kan di sana, ia akhirnya berkemas untuk pergi ke tempat tidur ternyenyaknya. Setelah keluar dari Cafe, ia berjalan lagi ke arah selatan dari Cafe itu. Sepanjang perjalanan pikirannya kosong, dalam artian ia tak sedang memikirkan apapun. Sebuah suara terdengar di indera pendengaran milik Eliver tiba-tiba.

"Aku rasa tidak menghidupkan musik." pikirnya. Ia berjalan memundur. Sepertinya suaranya dari gang sebelah kanannya yang ia lewati. Ia pun menghela nafasnya. "Pantas. Ada penculikan." lanjutnya dan kembali berjalan. Ia mengacuhkan kejadian itu ya karna untuk apa ia perduli? Eh tapi ia bisa menonton sebentar lah ya. Ia suka penderitaan seseorang. 

"Kau harus ikut!! Diam! Cepat lakban!"

"Bisa diam gak sih?!"

"TOLONG!! Aku mohon siapapun tolong aku!!"

"Issh! Berisik!"

"HMM.. HHMM."

"Nah diam begini kan bagus. Cepat siapakan mobilnya."

Eliver yang sedang bersender di dinding gang tampak menatap sebuah benda yang terpasang di salah satu tiang dekat mereka. "Astaga.. penculik seperti apa yang sudah ku temukan ini? Plat mobilnya terlihat CCTV, wajahnya pun begitu. Mati saja kalian." Lirihnya. Baru ingin beranjak. Tatapannya bertemu dengan mata korban yang mereka culik. Tampak sangat menyiratkan 'Tolong aku'. Ia tersenyum. Teruslah berharap pada Tuhan. Eliver sedang tidak ingin membunuh siapapun saat ini.

Ia kemudian berpikir lagi, ia memiliki ide bagus. Ia mengangguk kepada gadis yang sudah terikat dan terlakban itu. Ia akan mendapat dua keuntungan saat ini. Dengan santai ia berjalan mendekati kedua lelaki yang sedang berbicara serius itu. "Selamat malam tuan-tuan. Apakah anda sedang berbahagia? Sepertinya tidak."
ujarnya.

Insanity Of GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang