"Makasih Ka, udah diantar sampai ke rumah," Vio turun dari mobil Davi, diikuti Davi yang juga turun.
"Santai aja kali. Di rumah ada bokap nyokap ga?"
"Kayaknya sih ada Ka."
"Kakak boleh mampir?"
"Mampir?"
"Iya. Kenapa? Ga boleh?"
"Bukan ga boleh Ka, ini kan udah malem mending Kakak langsung pulang aja. Nanti kalo Kakak mampir dulu kemaleman pulangnya."
"Ga apa-apa. Kan kamu udah nemenin aku sampai malam gini, berarti aku juga harus memastikan kamu selamat sampai di dalam rumah kemudian istirahat."
"Tapi Ka,-"
"Udah ayo, sekalian aku mau minta maaf karena udah nahan putri mereka sampai malam di sekolah." Davi menarik tangan Vio memasuki gerbang besar rumah Vio.
Sesampainya di dalam Vio lebih dulu melepaskan genggaman tangan Davi. Kehadiran mereka langsung disadari oleh kedua orang tua Vio.
"Malam Om, Tante!" sapa Davi dengan senyum di bibirnya.
"Malam. Kamu siapa?" tanya Keynal to the point.
"Perkenalkan Om, nama saya Davian, teman dari putri Om dan Tante."
"Lalu kenapa anak saya bisa sama kamu?"
"Sebelumnya saya mau minta maaf Om, kemarin saya memohon pada Vio untuk menemani saya latihan basket, tapi karena Vio baru bisa menemani saya hari ini jadi Vio pulang terlambat. Itu alasannya kenapa Vio bisa sama saya Om."
"Baiklah kalau begitu, sekarang sudah cukup malam, sebaiknya kamu pulang sebelum orang tuamu cemas."
"Om jangan marahin Vio ya karena pulang terlambat."
"Memangnya wajah saya terlihat kalau saya sering memarahi anak ya?"
"Ga gitu Om, maksud saya-"
"Hahahaha, iya saya mengerti. Sudah sana kamu pulang."
"Ya udah, saya pamit pulang Om, Tante."
"Bye Vi."
"Bye Ka."
Baru beberapa langkah Davi berjalan, ia berhenti dan membalikkan tubuhnya. "Om mohon izin, saya ingin mengajak Vio berangkat sekolah bareng besok. Boleh ga?"
"Datanglah sepagi mungkin, karena jika tidak kamu akan kalah cepat dengan supir yang setiap hari mengantar Vio."
Matanya berbinar seketika. "Serius nih Om? Makasih Om."
"Iya. Udah sana pulang, katanya mau berangkat bareng Vio besok."
"Iya Om." Davi keluar dari kediaman keluarga Vio dengan perasaan gembira. Ketiga penghuni rumah itu hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan Davi.
"Anak Papa ternyata udah besar ya?" Keynal melirik Vio dengan senyum jahilnya.
Vio yang merasa seolah diledek oleh Keynal pun hanya bisa menunduk menyembunyikan rona merah di pipinya. "Apaan sih Papa?"
"Pa udah ah. Vio langsung ke kamar ya, bersih-bersih terus istirahat. Kalau memang ada tugas kerjakan dulu, tapi jangan sampai larut."
"Iya Ma. Vio ke kamar duluan ya. Good night," ucap Vio diakhiri dengan kecupan di pipi Veranda dan langsung melangkah menaiki tangga.
"Papa ga dicium juga nih?"
"Ga mau. Papa rese, Vio sebel," jawab Vio yang terus melanjutkan langkahnya menuju kamar.