Pagi ini Evan berangkat menuju sekolah bersama Vio. Ia sudah duduk manis di motornya menunggu Vio yang belum juga keluar dari rumah. Ketika sedang menunggu Vio, ada yang menarik perhatian Evan. Sebuah mobil yang tidak asing di mata Evan berhenti tepat di belakang motornya.
Evan turun dari motornya dan menghampiri orang yang masih duduk di kursi pengemudi mobil itu.
"Keluar Lo!" titah Evan.
Orang itu keluar dari mobilnya sesuai perintah Evan.
"Ngapain kesini?" tanya Evan dengan nada yang tidak santai.
"Mau jemput Vio." Jawabnya dengan santai.
"Ga tau diri ya lo. Udah bikin Vio terluka kemarin, sekarang lu balik dengan wajah tanpa dosa dan bilang mau berangkat bareng Vio. Yakin banget Vio mau berangkat bareng lu?"
Siapa lagi yang membuat Vio terluka kemarin kalau bukan Davi. Untungnya Vio sudah keluar sebelum Evan bertindak lebih kepada Davi.
"Please ya kalo mau ribut jangan di depan rumah gue." lerai Vio.
"Urusan kita belum selesai!" Evan menatap tajam Davi dan langsung menarik tangan Vio, memberinya helm kemudian berangkat menuju sekolah.
Davi kembali masuk ke dalam mobilnya untuk berangkat ke sekolah juga.
Evan menghentikan motornya tak jauh dari sekolah.
"Kenapa berhenti?" tanya Vio.
"Sampe sini aja ya, hehe."
"Bolos lagi?"
Bukannya menjawab, ia malah menampilkan cengiran bodohnya.
"Sekalian gue mau bilang, kemaren kepsek manggil gue. Next time mereka akan lapor ke bokap kalo sampe lu masih ga bisa dibilangin."
"Ya udah biarin aja, biar dia tau kelakuan gue. Biar dia ngurusin gue."
"Kalo lu terus kayak gini gue juga ga akan inggal diam Van."
"Iya Kakak ku, nanti gue coba berubah. Tapi kalo gue ga bisa berubah, jangan nge-push gue ya."
"Ya udah jalanin motornya sekarang, masuk sekolah."
"Duh, gue udah ada janji sama anak-anak."
"Ck, yaudah lah." Vio turun dan memberikan helm yang ia pakai pada Evan.
"Hehe, belajar yang bener ya Kakak ku." Evan memutar balikan arah motornya kemudian melajukannya.
Vio berjalan memasuki kawasan sekolahnya setelah Evan hilang dari pandangannya.
Vio yang semula sedang berjalan santai di koridor dikejutkan oleh Zara dari belakang.
"Maaf Mba nya, kalo saya jantungan gimana ya?"
"Bawa ke rumah sakit lah."
"Kalo ga ketolong gimana?"
"Ya tinggal kubur, nanti saya bantu proses penguburannya deh."
"Sialan!"
"Hehehe...."
"Tumben Vi."
"Tumben apa?"
"Biasanya udah di kelas."
"Iya, tadi bareng sama si trouble maker soalnya." Zara mengangguk paham.
"Vio!"
Vio dan Zara menoleh ke belakang secara bersamaan. Terlihatlah Davi yang sedang berlari menghampiri mereka.