6

933 44 0
                                    


Malam tidak terlalu dingin. Setidaknya tidak ada angin kencang yang membuat keadaan bertambah buruk. Thomas merasa sudah cukup menyendiri dan ia merasa sudah saatnya kembali ke markas. Ia berharap Vina belum tidur karena Thomas ingin mengobrol.

Setelah bangun dari pasir, Thomas merasa angin malam yang pelan membuatnya kedinginan. Ia mendekapkan tangan ke perutnya. Bajunya yang masih basah karena hujan tidak mampu menolongnya mengurangi rasa dingin. Dan ya… bagian belakang baju dan celananya kotor setelah ia tidur-tiduran di atas pasir untuk memikirkan langkah selanjutnya bertahan di pulau terkutuk tanpa penghuni.

Setelah berjalan sekitar 20 menit, Thomas melihat Vina masih belum tidur. Bayangan Vina tampak jelas di bawah sinar bulan yang terang malam ini. Thomas merasa beruntung. Dan ia berharap Vina sedang tidak ketakutan memikirkan hal-hal konyol seperti sebelumnya. Lagipula Thomas sudah menjauh untuk sejenak agar Vina menenangkan diri dengan ketakutannya. Sayangnya, kali ini Thomas salah karena Vina sudah tidak pernah berpikir buruk tentang dirinya.

“Hai Vin, apa kau mau menghabiskan malam ini dengan mengobrol seperti di hari pertama,” jarak Thomas sudah tidak terlalu jauh dari Vina. Kemudian Thomas duduk tepat di samping Vina.”Dan maaf jika tadi aku berkata kasar kepadamu.” Thomas tersenyum penuh kehangatan.

“Mengobrol apa?. Tidak perlu minta maaf, aku sudah biasa mendengar kata-kata semacam itu dari lelaki lain,” Vina menatap Thomas dengan serius.

“Dan kurasa perkataanmu tidak terlalu kasar. Lagipula aku tidak terlalu peduli dengan apa yang kau katakan.” Vina berusaha menyembunyikan hatinya yang senang karena Thomas berada di dekatnya.

“Entahlah…. Bagaimana dengan kehidupan pribadi, seperti kekasih misalnya.”

“Aku tidak punya kekasih. Dan sepertinya aku tidak ingin menceritakan kisah cintaku yang gagal.” Kali ini Vina mengambil nafas yang berat. Kemudian Vina melanjutkan

“Apakah aku cantik menurutmu Thomas?”

Thomas terkejut dengan pertanyaan Vina, ragu-ragu sejenak, tapi kemudian Thomas menjawab dengan jujur

“Ya… kurasa kau cantik. Aku bahkan pasti jatuh cinta kepadamu seandainya kau mengenakan pakaian yang seksi dan berdandan. Apa kau senang sekarang?”

Vina tersenyum. Lalu perlahan Vina pun berbicara

“Kau pernah bilang bahwa kau belum pernah berhubungan seks, begitu pun aku. Dan kau juga pernah mengatakan kau mau melakukannya kalau aku sukarela. Kurasa itu ide bagus…”

Thomas kaget setengah mati dengan jawaban Vina. Dia terdiam dan menatap Vina lekat-lekat. Dan ia menyadari bahwa wajah Vina terlihat mengerikan, cukup jelas terlihat pucat sekali.

“Ayolah Vin, jangan terlalu serius, saat itu aku hanya sedang marah saja dengan ucapanmu. Lagipula aku tidak mau mengambil kesempatan. Apa kata orang jika aku melakukannya denganmu di pulau tak berpenghuni seperti ini, orang-orang akan mengira aku memperkosamu..! kau tahu?”

“Aku hanya merasa takut. Mungkin seks adalah hiburan terakhir yang bisa kita lakukan sebelum aku mati.” Vina tampak ingin menangis, tapi Vina mampu menahan air matanya untuk tidak mengalir.

Kali ini Thomas yakin ada yang tidak beres dengan Vina. Thomas yang curiga dan secara spontan memegang kening Vina ,

“Ya Tuhan…. kau demam. Beristirahatlah saja malam ini. Tidurlah. Dan besok kau akan baik-baik saja. Dan jangan berpikir yang macam-macam”.

“Sepertinya ini bukan demam biasa. Ini racun ular yang mengigitku. Dan hanya Tuhan yang tahu kapan aku akan mati. Mungkin besok pagi, atau besok sore…. entahlah. Kurasa satu-satunya kesenangan yang ada saat ini hanya berhubungan seks denganmu. Dan kumohon, kau bersedia melakukannya.” Vina menatap Thomas dengan wajah ketakutan.

Thomas menyadari kondisi Vina. Tapi ia tidak dapat melakukannya.

“Kau jangan bodoh. Kau sakit. Dan ini demam biasa. Ular yang mengigitmu tidak beracun. Kalau itu beracun kau pasti sudah sekarat,” Thomas berkata dengan penuh keyakinan meskipun dalam hatinya ia juga takut bahwa apa yang dikatakan Vina merupakan sebuah kebenaran.

“Lagipula kau akan menyesal jika membuang keperawananmu dan kau kembali sehat besok pagi. Dan jika hal itu terjadi, kau pasti membunuhku seolah aku yang memanfaatkan keadaan Nona.”

Thomas berusaha bercanda sekaligus mengoda Vina dalam satu waktu.

“Hmm…. Apakah kau yakin tidak mau melakukannya?” Vina ragu-ragu dengan perkataan Thomas barusan.

“Ya. Lagipula rencanaku adalah keluar dari pulau ini, kemudian mengajakmu makan malam, dan jika kemudian kau jatuh cinta denganku, maka aku bisa melakukannya kapanpun yang kuinginkan. Bagaimana menurutmu?” Thomas berkata sambil tersenyum.

Vina tertawa terbahak-bahak dengan jawaban Thomas

“Ha ha ha ha…… Alasan yang buruk Tuan Thomas.”

“Aku serius…. Menurutku itu bukan kemustahilan. Sepertinya aku mulai menyukaimu. Meskipun sebenarnya sikapmu benar-benar menyebalkan.”

“Sudahlah. Berhentilah mengodaku. Dan pergilah tidur. Dan jika aku mati besok pagi karena ini bukan demam biasa, maka arwahku akan mengejarmu karena perkataanmu. Arwahku akan menuntut kau nikahi.” Vina berbaring.

Dan entahlah mengapa ia merasa senang. Lagipula ia pun mulai menyukai Thomas sejak beberapa jam yang lalu. Dan malam ini ia merasa benar-benar beruntung.

Thomas beranjak dari tempat duduknya.

“Aku tidak ingin tidur. Aku mau berjalan-jalan lagi sebentar dan tidak mau menganggu tidurmu. Selamat malam.”

Thomas kembali berjalan lagi. Pikirannya semakin pusing setelah berbincang dengan Vina. Kini ia punya masalah dengan persediaan makanan, memikirkan cara meninggalkan pulau ini jika tim penyelamat tidak kunjung datang, dan tambahan satu lagi, gadis yang demam. Bagian terburuknya adalah jika demam tersebut benar-benar akibat gigitan ular, maka sudah pasti nyawa Vina tidak akan tertolong lagi.

“Ya Tuhan…. Semoga saja hanya demam biasa.”

Dan Thomas menangis terisak-isak untuk pertama kalinya sebagai pria dewasa. Ia bahkan sudah lupa kapan terakhir menangis, mungkin saat ia masih duduk di kelas 3 atau 4 SD Karena ayahnya memukulnya gara-gara kenakalan yang tidak terkendali.

Dan tangisan yang sekarang merupakan bentuk dari rasa malunya sebagai lelaki yang tidak bisa menjaga seorang wanita. Bagaimana pun juga, Thomas merasa bertanggung jawab atas keselamatan gadis yang telah menyeretnya dari pantai saat ia pingsan beberapa hari yang lalu.

(Bersambung…..)

Pulau Cinta ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang