[1] Who Is He?

222 18 2
                                    

Sinar mentari mulai menyinari dibalik jendela kamar, membuat seorang Vanya Alexandra Leonard terbangun dari tidur indahnya. Tubuhnya menggeliat, lalu matanya mengerjap beberapa kali untuk mengumpulkan nyawanya kembali. Lalu ia duduk dan meraih jam di nakas, pukul 06.00 a.m. Ia langsung bergegas turun dari kasur king size nya menuju ke kamar mandi.
Setelah beberapa menit, ia keluar dan menuju walk in closet untuk memakai seragam sekolahnya.
Kemudian ia duduk di depan meja riasnya dan ia hanya mengolesi cream pelembab wajah, sedikit baby powder dan lip tint. Ia tipikal cewek yg lebih suka tampil natural dibandingkan harus bermake-up menor untuk memikat para most wanted boys.
Ketika ia ingin mengambil tas, kamarnya tiba-tiba diketuk dan terpampanglah muka seorang wanita cantik yang tersenyum tulus padanya, dia adalah Diandra Leonard.

"Pagi Anya sayang" sapa Diandra pada anak nya. Anya adalah panggilan bagi orang yang sudah dekat dengannya.

"Pagi Ma" jawab Vanya riang.

"Yuk turun, mama udah masakin makanan kesukaan Anya" ajak Diandra.

"Mama yang masak?" tanya Vanya dengan mata berbinar.

"Ada Papa juga lho di bawah" jawab Diandra heboh.

"Hah? Bukannya papa baru pulang besok?" tanya Vanya heran.

"Makanya Anya turun dulu" ajak Diandra lagi sambil menarik tangan anak kesayangannya itu.

Setelah sampai di lantai bawah, Vanya langsung berlari untuk memeluk Papanya itu.

"Duh, giliran Papa aja dipeluk, nah Mama tadi malah diajakin debat tadi" sindir Diandra pada anak dan suaminya yang sedang berpelukan itu.

"Mama kan udah sering Anya peluk. Sekarang giliran Papa dong, mumpung Papa lagi di rumah" jawab Vanya cemberut sambil melepas pelukannya pada Papanya.

"Kamu ya, suami sama anak lagi kangen-kangenan, eh malah digangguin" timpal Alex, Sang Papa.

"Yaudah sana, kangen-kangenan lagi aja, yang disini dianggurin aja" jawab Diandra pura-pura ngambek.

"Mama kok jadi dramatis banget sih, udah cocok jadi aktris nih kayaknya Pa" canda Vanya.

"Hahaha" Alex tertawa mendengar candaan anaknya.

"Ih, Anya mah gitu sama Mama. Mama kan pengen dipeluk juga sama Anya, makanya Mama bilang gitu" jawab Diandra cemberut.

"Cup-cup Mamaku juga pengen aku peluk. Sini-sini" kata Vanya sambil memeluk Mamanya.

"Hahaha. Drama Queen" gumam Alex sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kebiasaan anak dan istrinya.

"Udah dong pelukannya. Makannya dingin nih ntar" ajak Alex.
"Ayo makan" kata Vanya riang

✨✨✨

      Setelah selesai sarapan dengan keluarga kecilnya, Vanya berangkat ke sekolah dengan mobil sportnya. Dari perumahan elitnya menuju ke Allernd Highshool hanya membutuhkan 20 menit jika tidak macet. Dan Vanya tidak pernah kena macet karena ia selalu pergi lebih awal. Vanya memarkirkan mobilnya diparkiran khusus untuk murid. Ia tidak pernah memanfaatkan posisinya sebagai anak dari salah satu pemilik sekolah itu. Ia selalu ramah dan tidak sok berkuasa, walaupun semua murid tau bahwa dia adalah anak dari salah satu pemilik sekolah itu.
Vanya berjalan santai menuju kelasnya sambil sesekali tersenyum pada orang-orang yang menyapanya. Ia terus berjalan hingga sampai dikelasnya. Sesampainya di kelas, ia disambut oleh suara Raisa, sahabatnya sejak SMP.

"Anyaaaa" panggil Raisa dengan suara toanya.

"Iya Raisa, nggak usah teriak-teriak juga kali" jawab Vanya sambil berjalan ke tempat duduknya yaitu disebelah Raisa.

Allernd HighshoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang