Chapter 3

19 1 0
                                    

Setelah event waktu itu, mendadak, Miftah sering mengajakku ngopi bersama, atau sebaliknya. Tentu saja, Miftah tidak lupa membawa Arkan turut serta seperti ekornya. Dan harihari kami bertiga menjadi cukup dekat.

Hingga suatu ketika, aku mendapat undangan dari kelompok aktivis Lingkungan Hidup -menyapu bersih sampah di Gunung Prau, Dieng, Jawa Tengah. Event yang sangat kunanti-nanti selama ini. Selain berkegiatan uang bermanfaat, event ini juga melibatkan gunung. Bisa sekaligus aku menyalurkan hobiku yang lama tidak tersentuh ini. Lagi pula, selama bulan Agustus ini, tidak ada jadwal atau agenda besar di EOku. Bisalah aku mengikuti event ini yang hanya berlangsung tiga hari.

Lalu, kuputuskan mengajak Miftah. Karena aku tahu, dia juga suka mendaki gunung. Dan dia pun mengiyakan ajakanku. Entah alasan apa, tiba-tiba saja aku mengajak Arkan juga. Rasanya was-was kalaukalau ajakanku ditolak olehnya.

"Kapan, La, acaranya?" Tanyanya.

"Akhir minggu ini, Miftah juga ikut kok, Ar." Sahutku.

"Loh, dia sudah bilang iya?"

"Tentu saja!"

"Bukankah tanggal itu dia sedang berulang tahun?"

"Iya, aku tahu, Ar. Aku juga tahu, kau berulang tahun bersamaan sengan Miftah, bukan?" Ucapku gemas.

"Iya, tahu darimana kau, La?"

Dalam hatiku, dia cowok yang aktif banget bertanya. Iya kalau dengan dosen seperti itu juga, lebih baik adanya.

"Ya jelas Miftah yang memberi tahuku, Ar. Siapa lagi?"

"Baiklah, baik. Kalau Miftah ikut, aku juga ikut kalau begitu. Tapi aku tidak punya alatnya sama sekali, La."

"Nanti bisa pinjam dipenyewaan outdoor. Banyak kok!"

"Eh, tapi jaket dan sepatu, masa disewain juga? Geli sekali kalau harus memakai sepatu atau jaket bekas orang banyak!" Ujarnya.

Aku tertawa keras mendapati kalimat seperti itu keluar dari seorang Arkan yang sangat terlihat sederhana itu. Rupanya ia juga sama sepertiku, tidak pernah tanah jika harua memakai barang yang terkena keringat banyak orang.

"Lalu, kau mau bagaimana? Aku ada jaket dua sebenarnya, tetapi kutinggal di rumah. Tidak kubawa ke kos." Ujarku.

"Kalau beli berapaan, La?"

"Kalau brand biasa sih, lima ratus ribuan bisa dapet sepatu sama jaket. Tapi nggak taju juga bagaimana keawetannya." Jawabku singkat.

"Kalau aku biasanya beli produk Consins, Ar. Brandnya udah jelas bagus dan terpercaya, yaa walaupun produk lokal. Yang penting harganya pas dikantong."

"Boleh juga, La. Yasudah, nanti malam temani aku ke Consins, ya!"

"Kau serius mau membeli?" Tanyaku meyakinkan, Arkan mengangguk mengiyakan. "Ya sudah, boleh. Aku juga sekalian mau membeli jaket baru lagi."

"Oke, kalau begitu, nanti malam kau kujemput, La!"

*****

Malam setelah isyak, suara motor KLX menderum-derum di depan kosku. Rupanya Arkan tiba tepat waktu. Aku suka sifatnya yang selalu tepat waktu itu. Segera aku bergegas berlari keluar dari kos, meninggalkan Sita yang bergelut dengan musik Ed Sharen di kamar kami berdua.

Dandananku cukup sederhana seperti biasa, t-shirt hitam polos yang kupadukan dengan rok bunga-bunga selutut, sehingga terlihat membentuk dress, lalu kubalut dengan cardigan supaya tubuhku tidak kedinginan saat di bonceng dengan motor nanti, dan tentu saja sepatu running putih gavoritku. Siapa yang sangka, penampilan gadis sefeminin ini mempunyai hobi yang perkasa, mendaki gunung?

"Rambutmu seharusnya di kuncir aja, La. Lebih cantik!" Seru Arkan ketika melihatku berjalan mendekat ke arahnya nangkring di atas motor.

"Hei bisa saja kau ini. Kan mau memakai helm, jadi tidak perlu dikuncir segala. Nanti kepalaku pusing."

"Baiklah, baik. Tapi sungguh, kau itu jika rambutmu dikuncir, terus poni dan rambut sisi depan ini dibiarkan tergerai acak, kau itu sangat mirip artis korea peran Desendans of The Sun itu, La!" Pujinya berlebihan.

"Kau itu, mana mungkin orang seperto aku disamakan dengan artis secantik itu!" Sanggahku melawan pipi yang terasa mulai hangat bersemu.

Dia tertawa mendengar ucapku. "Loh, benar kok. Kau itu cantik sekali. Malah lebih cantik lagi karena sesuai kearifan lokal, La!" Candanya.

Aku juga tertawa mendengar celotehnya. Ada-ada saja khayalan dia. "Ya sudah, ayo kita berangkat saja!"

"Siap. Silakan tuan puteri!" Tangan Arkam menepuk-nepuk jok belakangnya mempersilakan aku naik.

Sesampai di Consins dekat kampusnya, hampir satu jam kita memilih-milih barang. Maksudnya memilih yang warna, style dan juga harga yang cocok dengan selera kita. Dan itu cukup sulit. Jika warna, ukuran dan harganya cocok, modelnya yang kurang menarik. Jika model, ukuran, dan warna sudah klik, tapi harganya tidak memadai isi dompet kami.

Terlebih, Arkan selalu mengomentari jaket yang akan kupilih. Susah sekali. Kupikir, berbelanja dengan cowok tidak akan seribet ini, tetapi ternyata, dia lebih ribet dari Sita. Tidak seperti yang kubayangkan sebelumnya.

"Jangan pilih ini, kau terlihat gendutan jika memakai ini."

"Kalau ini, warnanya tidak cocok dengan warma kulitmu. Tampak pucat jadinya.

"Yang ini apalagi, La, sangat tidak sesuai dengan gaya dan penampilanmu yang ceria itu!"

Dan masih banyak lagi komentar-komentar Arkan yang lain. Sampai jam delapan lebih, akhirnya kami hanya mendapatkan sepasang sepatu untuk Arkan. Sedangkan kami sama-sama tidak mendapatkan jaket yang kami inginkan.

Lalu, kami pindah ke toko Consins yamg berada tidak jauh dari sekretariat kantor  EO ku. Toko outdoor yang ini lebih besar dan lebih banyak pilihannya. Jadi lah setelah memutar seluruh stok jaket yang tersedia, kami membeli sepasang jaket. Biru warna kesukaanku, dan merah jaket pilihannya. Modelnya jelas tidak kembar. Karena aku maupin dia sepakat untuk tidak membeli sama. Supaya nanti, ketika di gunung bisa foto dengan berbagai macam warna.

Halah, dasar! Memang otaknya fotografer kacangan. Aku tertawa mendengar usulnya yang konyol itu. Tetapi ada benarnya juga, jadi kita bisa saling bertukar jaket untuk berfoto nantinya. Ide yang bagus, Ar! Aku setuju.

*****

To be continue....

Hai, buddy.... Thanks buat yang udah mau baca tulisan pertamaku di sini. Semoga kalian enggak bosen ya ngikutin cerita Bella.
Semoga tulisanku ini bermanfaat juga buat para pembaca yang setia hatinya.
Insyaallah akan ada pesan moral yang juga bisa kita pelajari bersama.

Jangan lupa, tinggalin comen dan vote kalian ya!

Happy reading, guys.... 😊

Salam Literasi, Salam Prestasi!
Ayunda Nurudin

Jangan lupa follow akunku ya...
IG: @ayunda_een
Twitter: @ayunda_een

Kunjungi juga bloggerku,
ayundanurudin.blogspot.com

Bella: Catatan Hati Teruntuk ArkanWhere stories live. Discover now