Chapter - 1

40 2 0
                                    

Namaku Bella Riananta. Seorang aktivis limgkungan hidup. Mahasiswi semester empat yang sedang meniti karir di dunia Event Organizer, kolaborasi bersama dengan teman-teman kuliahku. Aku percaya, sudah bukan saatnya kita berkompetisi untuk mencapai puncak. Tetapi, dengan berjuang bersama lah kita bisa sukses bersama. Begitulah prinsip yang kupegang teguh. Maka, tidak heran jika aku menerima setiap orang yang mau bergabung bersama EO bentukanku.

Beberapa bulan terakhir, tenagaku terkuras habis karena jadwal acara yang terlampau padat. Tidak hanya kuliahku yang terteter, tetapi kesehatanku pun terganggu. Bagaimana tidak? Aku selalu tidur di atas jam satu dini hari, dan harus sudah bangun sebelum pukul tujuh pagi.

Dan akhir bulan Juli lalu, Event terbesar yang kutangani cukup membuatku kelabakan. Pasalnya, beberapa anggota EO-ku banyak yang izin karena KKN (Kuliah Kerja Nyata). Beberapa lagi ada yang sudah pulang kembali ke kotanya karena sudah lulus kuliah. Hingga hanya tertinggal 5 anggota saja. Aku sebagai leader, Sita sebagai Content Creator acara, Rahman pengeksekusi desain dan art, sisa dua lainnya seorang unit produksi lapangan. Banyak sekali divisi penting yang kosong. Kami berlima pusing tidak karuan. Harus bagaimana mengatasinya?

Tibalah malam di mana aku benar-benar frustasi. Dengan nekat kutinggalkan kesekretariatan yang menjadi markas kami, menuju kedai kopi favoritku. Bukan tempat ngopi yang elit -cukup sederhana- tapi mampu membuat nyaman para pengunjungnya. Ramah tamah karyawannya, dan juga beberapa pengunjung yang kukenali hangat menyapa.

Aku memilih tempat lesehan di ujung pojokan. Tempat yang paling kusukai. Selain terdapat banyak stop kontak yang tersedia, di tempat itu berjendela terbuka. Membebaskan setiap embus angin berkeliaran keluar masuk dengan bebas. Hawa yang menyenangkan, udara malam yang segar tanpa pendingin ruangan.

Aku hanya memesan segelas kopi hitam. Tidak cukup manis, tetapi tidak juga terlalu pahit. Lamat-lamat kusesap kopi hangatku, kunikmati setiap rasa dan aroma yang semerbak wangi khas kopi. Mau bagaimanapun juga, kopi tetaplah kopi. Ia jujur dengan pahitnya kenyataan, meski banyak yang berjuang dengan manisnya gula. Tapi tetap saja ia adalah kopi.

Sembari meredakan pening di kepala, aku berselancar ke lini masa media sosialku. Ah, rasanya sudah lama aku tidak membukanya. Entah kapan terakhir aku aktif bercanda di sana. Kuperhatikan satu persatu cuitan-cuitan yang berterbangan di berandaku. Konten yang kreatif dan geli, cukup membuatku tertawa-tawa sendiri di ujung meja.

"Kau sedang stress, Bell, tertawa sendirian seperti itu?"

Suara seorang lelaki membuyarkan kendaliku. Aku mendongak ke arah sumber suara. Rupanya sosok tersebut adalah kawan sedaerahku.

"Hei, Mif... kau di sini juga?" Tanyaku balik mengalihkan topik.

"Iya, sedang ingin ngopi saja. Kau sendirian saja, Bell?"

"Tadinya begitu, tapi sekarang ada kau." Jawabku singkat.

"Hebat! Tumben sekali seorang Bella bersantai dan ngopi di sini?" Ucapnya menyindirku.

Aku tertawa garing. "Sedang stress, Mif, makanya menghindari waktu."

"Seperti mau dicabut nyawa saja, menghindar dari waktu." Lelaki yang sedang mengebulkan rokok di depanku tergelak, "stres karena apa?"

"Biasalah, Mif, pekerjaan."

"Tidak biasanya kau mengeluh seperti ini. Kenapa memangnya?"

"Kalau orang-orangku genap semua, aku tidak akan seperti ini, Mif. Ada event besar tapi tidak ada anggota. Sudah terlanjur kontrak pula dengan klien itu."

"Oh begitu ceritanya. Event apa memangnya?"

"Ada... projek dari asosiasi para pengacara se-Indonesia. Ya, tentang rapat kerja nasional. Semacam kongres, begitu." Jelasku singkat.

"Tidak mau meminta bantuanku, Bell?" Ujar Miftah sedikit menggoda.

Baru aku mau menjawabnya, seorang pelayan laki-laki datang membawa secangkir kopi hitam dan tempe cocol pesanan temanku ke meja. Ku tutup laptopku setengah menyala. Lalu menyapit sepotong makanan hangat itu dengan suka cita. Kulihat, Miftah asik terlebih dahulu dengan cangkir kopinya.

"Kalau kau mau membantu, tentu saja aku tidak akan menolak, Mif." Lanjutku.

"Not for free, ya, Bell." Candanya. Lagi-lagi ia kebulkan cigaretnya.

"Tentu saja tidak!" Sergahku.

"Oke, lalu apa yang bisa kulakukan untukmu?" Tanya Miftah antusias.

"Kau kan fotografer lepas, bisalah nanti kau memotret acara." Jelasku mendeskripsikan jobnya. "Acaranya tanggal 27 Juli di Hotel Sheraton Yogya. Jam 7 pagi sudah stand by di sana, ya!"

"Semiggu lagi? Oke, diterima." Jawabnya tegas.

Aku mengangguk. Syukurlah ada tambahan orang dalam timku. "Kau sendiri, kenapa ngopi ke sini sendirian. Mana pacarmu?" Tanyaku membelokkan topik.

"Sedang pulang ke daerahnya." Sahutnya singkat, "nanti akan kuajak pula kawan sekampusku, Bell."

"Siapa?" Selidikku penasaran.

"Ada, teman sekelasku yang juga seorang fotografer." Paparnya.

"Baiklah... ditunggu kerjasama ini. Ajak saja. Semakin banyak yang membantu, semakin ringan pula aku."

Suatu kelegaan untuk diriku. Akhirnya, ada tambahan personal dalam acara ini. Paling tidak, aku sudah tidak perlu ribet mencari fotografer acara nanti. Dan lebih bersyukur lagi ketika aku membaca pesan Sita, bahwa ada empat teman sekampusnya mau ikut bergabung membantu kami. Ya Tuhan, terimakasih banyak telah memberiku jalan keluar. Entah sudah kredibel atau belum -tidak kutanyakan- yang pasti kehadiran mereka pasti akan sangat membantu.

Rasa pusingku mendadak hilang. Aku sadar, betapa baiknya Tuhan kepada hamba-Nya yang sedang dipelik kesusahan.

Tinggal esok hari, aku akan mengajak mereka semua bekerja bersama-sama. Semoga tidak mengecewakan klien yang telah memercayai kinerja kami. Seminggu lagi, perang akan dimulai.

*****

To be continue....

Hai, buddy.... Thanks buat yang udah mau baca tulisan pertamaku di sini. Semoga kalian enggak bosen ya ngikutin cerita Bella.
Semoga tulisanku ini bermanfaat juga buat para pembaca yang setia hatinya.
Insyaallah akan ada pesan moral yang juga bisa kita pelajari bersama.

Happy reading, guys.... 😊

Salam Literasi, Salam Prestasi!
Ayunda Nurudin

Jangan lupa follow akunku ya...
IG: @ayunda_een
Twitter: @ayunda_een

Kunjungi juga bloggerku,
ayundanurudin.blogspot.com

Bella: Catatan Hati Teruntuk ArkanWhere stories live. Discover now