PROLOG

36.4K 1.8K 18
                                    

Ini first story aku😂..
Selamat membaca cerita gaje ku yang terinspirasi dari mimpi tidur siangku tadi😂😂
.
.
.

Cerita ini sudah ada di dreame, masih in going loh..

disini akan aku sisakan 5 chapter saja, sisanya... YUK MERAPAT KE DREAME.. OKAYY

Happy reading

Pandji, dosen muda berusia duapuluh lima tahun itu menatap wanita paruh baya di depannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Wanita itu adalah wanita yang sama dengan wanita yang sepuluh tahun lalu suka rela menyerahkan satu ginjalnya pada Pandji. Wanita itu adalah penyelamat hidupnya, bahkan kini mereka berdua hidup dengan ginjal yang sama.

"Ibu mohon mas, hanya sampai Kinanthi hamil, setelah itu mas bebas melakukan apapun, termasuk bercerai." Bujuk Widuri.

"Tapi bu, pernikahan itu bukan hal main-main. Lagipula Pandji punya kekasih Bu." Jawab Pandji, meminta setitik pengertian Widuri yang seolah menuntut balas budi atas kebaikannya dulu.

"Cuma sampai Kinanthi hamil. Ibu mohon mas." Ujar Widuri dengan tangisannya sambil berlutut di hadapan Pandji, dan langsung dicegah oleh Pandji.

"Biarkan saya bicara dengan mbak Kinan dulu bu, boleh kan?"

Widuri mengangguk, menyanggupi permintaan Pandji.

Dan disinilah Pandji sekarang, jam makan siangnya ia pergunakan untuk menemui wanita yang notabene adalah bakal calon istrinya, setelah seminggu yang lalu Widuri datang dan memohon padanya.

"Jadi kamu?" Tanya Kinanthi yang memang telah mengenal Pandji secara sekilas sepuluh tahun silam saat tiba-tiba saja ibunya mengambil keputusan untuk mendonorkan satu ginjalnya pada bocah SMP yang kala itu sekarat.

Pandji mengangguk "Mbak sendiri bagaimana? Apa mbak setuju dengan permintaan Ibu Widuri?" tanya Pandji mentap Kinanthi serius.

"Apa pekerjaan kamu?" Tanya Kinanthi balik, yang jelas melenceng dari oertaanyyan Pandji.

"Saya sekarang dosen mbak." Jawab Pandji mantab menatap Kinanthi yang sibuk bermain ponsel pintarnya seolah mengabaikan keberadaan Pandji.

"Kamu tau kan saya ini bukan orang sembarangan?" Tanya Kinanthi lagi, wanita yang nampak glamor dengan balutan mini dress bertuliskan merek terkenal berharga belasan bahkan puluhan juta, serta tas, sepatu dan perhiasan mahal yang seolah menjadi condiment yang begitu pas dan padu itu menatap remeh Pandji.

Pandji mengangguk yakin. "Kinanthi Bratawijaya, tigapuluh dua tahun, janda, Aquarius, CEO Aphro's Corp dan Bratta's holding." Jelas Pandji meluncur begitu saja.

Kinanthi tak dapat menahan bibirnya yang berkedut ingin tersenyum "Mengesankan." Ujar Kinanthi singkat, dan Pandji anggap itu sebagai pujian.

"Saya setuju karena saya tidak ingin membuat ibu saya kecewa, dan tentu saya butuh seorang anak. Selama kita menikah saya mau kamu urusi urusan kamu sendiri dan jangan ikut campur atas hidup saya. Hanya itu." Ujar Kinanthi, wanita itu lalu meninggalkan Pandji bahkan tanpa menyentuh Espresso yang tadi ia pesan.

"Datang ke rumah ibu saya seminggu lagi." Pesan Kinanthi sebelum benar-benar berlalu dari hadapan Pandji.

Pandji mendesah frustasi sambil menyugar rambutnya. Sejurus kemudian ia mengambil ponsel pintarnya dan membuka layar terkunci itu dengan sidik jarinya.

Foto seorang gadis dalam balutan kebaya dan toga, membawa seikat bunga lily sambil tersenyum itu seketika membuat perasaan Pandji semakin tak karuan, gadis yang tampak cantik dan anngun dalam balutan kerudung itu benar-benar telah memilik hati Pandji, lalu sekarang bagaimana? Ia dihadapkan dengan sebuah tuntutan balas budi, yang tentu ini akan sangat sulit untuknya.

Haruskah dengan cara ini Pandji membalas kebaikan wanita paruh baya itu?

Lamunan Pandji buyar kala notifikasi melihat nama 'My Renata's calling' tertera di sana.

"Assalamualaikum Re."

Pandji tak dapat berkata jujur pada Renata sama sekali mengenai masalah ini, biarlah ia menikmati waktunya bersama Renata sebelum nantinya Pandji menjadi milik orang lain, karena jujur dari dalam hati Pandji yang terdalam bahwa pernikahan hanyalah sekali dalam seumur hidup.

Seminggu kemudian

Tak dapat Pandji sangka, bahwa undangan Kinanthi seminggu lalu saat di caffe adalah undangan untuk menghadiri pernikahannya sendiri ,halaman belakang rumah mewah milik Widuri itu telah disulap dengan begitu megah dan indahnya dengan nuansa putih dan peach.

Dan kini Pandji duduk berdampingan dengan Kinanthi di depan penghulu.

Wanita yang seminggu lalu tampil dalam balutan dress ketat yang mengundang syahwat kini tampil dalam balutan kebaya sederhana namun elegan dengan rambut ikal yang disanggul rapih dan perhiasan emas putih, membuatnya nampak berbeda.

Ditengah tamu undangan yang hanya keluarga dan sahabat terdekat Kinanthi itu seorang wanita paruh baya yang duduk disamping ibunda Kinanthi menatap putranya dengan padangan tak terbaca, mengapa putranya tiba-tiba menikah tanpa kabar apapun, ditambah lagi wanita yang dinikahi anaknya bukanlah gadis yang selama ini ia kenal sebagai pacar putranya.

Ada apa ini?

Mengapa ia merasa ada yang tak beres?

Mengapa ia tak bahagia melihat anaknya duduk di pelaminan bersama wanita cantik itu?

"Nggak nyangka ya Bu Ratna, kita jadi besan juga." Ujar Widuri menatap besannya. Ratna mengangguk ragu pada wanita yang pernah menjadi penyelamat putranya itu.

"Semoga pernikahan mereka langgeng dan dikaruniai banyak anak." Imbuh Widuri, dan diamini Ratna meski ragu.

Acara pernikahan itu berjalan dengan lancar, Pandji pun telah menutup akses komunikasinya bersama Renata, mungkin ini sult baginya, namun bagi Pandji saat ini Kinanthi lah yang berhak atas dirinya dan perhatiannya, bukan Renata ataupun gadis lain. Biarlah Pandji berjuang demi rumah tangga mereka yang baru saja dimulai.

"Kita langsung pulang kerumahku saja, tadi aku sudah kirim orang untuk ambil barang-barangmu di apartemen mu." Titah Kinanthi menyerahkan kunci mobil sport miliknya pada Pandji.

Lelaki itu menurut tanpa membantah.

"Kita temui bundaku dulu ya?" ajak Pandji namun ditolak mentah-mentah oleh Kinanthi.

"Aku tunggu kamu di mobil." Ujar Kinanthi mengambil kembali kunci mobilnya, masih dalam balutan kebaya, Kinanthi meninggalkan Pandji yang hendak menemui bundanya yang masih menobrol dengan ibunda Kinanthi.

Tak ada adegan seperti di novel-novel kala kedua pengantin sudah berada di dalam kamar mereka, yang ada kini keduanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Dan berakhir dengan tidur saling memunggungi.

Meski sudah memejamkan matanya, Kinanthi belum sepenuhnya tertidur,jujur ia masih merasa asing kala merasakan pergerakan lain di kasur yang selama bertahun-tahun ini ia tempati sendirian, selama menjanda.

Namun ia coba mengenyahkan pikirannya, dan mensugesti dirinya bahwa pernikahan ini hanya sementara. Sementara hingga ia mengandung nantinya.

Mereka hanyalah dua orang asing yang terpaksa disatukan dalam ikatan pernikahan karena sebuah bakti, balas budi, dan keharusan.

cuttt

Kalian juga bisa kalian baca di INNOVEL ya.

caranya sama, tinggal download app Dream or INNOVEL  atau bisa buka lewat web

lalu serch pen name ku {QUEEN ARMA} 

Dan disana kalian bisa baca ceritaku

TERIMAKASIH.. LUV

Widow's Husband [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang