Different

22.6K 1.3K 30
                                    

HAPPY READING ALL

Seorang wanita cantik tengah asyik merias dirinya di depan meja dandan, ditemani dengan alunan musik reggaeton favoritnya, sesekali badannya meliuk berjoget ringan mengikuti alunan musik dari lagu boyband favoritnya. Meski umurnya sudah memasuki kepala tiga, namun selera musiknya bak seorang abg puber.

Bahkan beberapa bulan yang lalu wanita itu sengaja terbang ke Puerto Rico bersama teman-teman arisannya demi menyaksikan konser boy band favorite mereka.

Ceklek...

Suara handel pintu mengalihkan fokus Kinan yang sedang mempertebal alisnya dengan sebuah pensil khusus. Wanita itu menatap sosok yang muncul dari balik pintu secara sekilas.

"Kamu mau kemana?" tanya seorang laki-laki dari balik pintu. Dia adalah Pandji.

"Mau arisan." jawab singkat Kinan pada Pandji, suaminya tanpa repot-repot menatap Pandji yang kini berdiri tak jauh dibelakangnya.

Pandji pun masuk ke dalam kamar mereka, melangkah ke arah sofa dan mendudukan dirinya disana, dipandanginya wanita yang sejak sebulan lalu resmi menjadi istrinya. Siapapun tak akan dapat menolak pesona Kinanthi yang selalu tampil anggun dan modis meski sudah berkepala tiga, fashion style wanita itu tak kalah dengan gadis-gadis muda, bahkan terkadang hal itu membuat Pandji minder.

Tangan Pandji terulur menarik tas kerjanya yang berada diatas sofa di didekatnya dan mengambil amplop coklat.

"Ambilah, ini gajiku bulan ini." ucap Pandji menyerahkan amplop coklat itu pada istrinya yang masih sibuk merias diri.

Kinan pun meletakan kuas blush on-nya diatas meja dan memandang ke arah Pandji dan kearah amplop itu secara bergantian dengan tatapan tak terbaca. Sebelum akhirnya memutar bola matanya malas.

"Aku kan udah bilang sejak awal, nggak usah kasih aku uang bulanan gini." ucap kinan seraya mendorong halus amplop yang diserahkan Pandji, sambil berdecak ringan. Baginya itu hanya recehan.

Pandji hanya memandang Kinan dengan tatapan yang sulit diartikan, kecewa? Marah? Mungkin. Kinan tak tau dan tak mau tau, lelaki itu sulit ditebak.

"Kamu pake aja uang itu untuk dirimu sendiri Ndji, aku sudah cukup dengan apa yang kupunya, aku mampu membeli kebutuhanku sendiri." ucap Kinan santai sambil membereskan alat make up-nya lalu masuk ke arah walk in closet, meninggalkan Pandji yang masih berdiam diri dengan pikiran yang berkecamuk dan menggenggam amplopnya kuat-kuat.

'selalu seperti ini,' batin Pandji

"Apa kamu akan diam saja disitu?" tanya Kinan yang sudah tampil cantik dengan rambut gelombang dan barang-barang branded yang menempel padanya.

Pandji tak bergeming, ia menatap istrinya dari atas kebawah, Pandji tersenyum getir, bagaimana istrinya mau menerima gajinya yang jumlah hanya 5 juta, sangat jauh dengan harga sepatu milik Kinan yang memiliki harga puluhan hingga ratusan juta.

"Kamu apaan sih Ndji?" tanya Kinanthi rishi, ia paling benci ditatap dengan sedemikian intensnya oleh siapapun, tak terkecuali Pandji.

Pandji pun mengalihkan pandangannya dari istri cantiknya, dan mengambil dasi di walk in closet, ia pun harus segera pergi ke kampus.

"Aku berangkat." Pamit Kinan, bahkan tanpa mencium tangam Pandji, jangankan cium tangan, salam pun tidak, wanita itu melenggang begitu saja bak seorang model.

Tak lama, Pandji pu keluar dari kamar, diliriknya jam di dinding

Tak ingin terlambat mengajar, Pandji pun segera bergegas berangkat dengan mobil sederhananya yang ia beli 2 tahun lalu. Tidaklah mewah yang terpenting cukup dan ia membelinya atas jerih oayah sendiri, bukan mengandalkan bisnis orangtuanya yang sejatinya orang yang lebuh dari berkecukupan.

Widow's Husband [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang