002

3.8K 130 16
                                    

Di ruang BK Pak Toma duduk dengan galaknya. Matanya melotot tajam menatap 2 siswa di depannya yang berhasil membuat onar saat jam pelajaran.

Aleta yang baru pertama kali masuk ke ruang BK itu hanya menundukkan kepala. Sesekali melirik Pak Toma takut dan juga melirik Elvan yang terlihat santai sibuk mengupil dengan kaki duduk layaknya di angkringan.

"Ni cowok sehat gak sih? Di ruang horor kek gini bisa santai gitu?" batin Aleta sambil meringis kecil.

"Jadi apa mau kalian?!" tanya Pak Toma dengan menggebrak meja.

Aleta yang mendengar langsung kaget dan menatap Pak Toma dengan takut. Elvan? Dirinya tetap santai, menyudahi aksi mengupilnya, menurunkan kakinya lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Pak Tomi.

"Bapak tau kenapa tadi ribut?"

Pak Toma hanya menggeleng polos lalu kembali menatap tajam. "Memang kalian kenapa?!"

"Ba-bapak jangan galak-galak dong. Ta-tadi yang salah tuh rombongannya Bela!" kini giliran Aleta yang sok galak padahal berbicara saja dirinya masih terbata-bata.

Elvan terkekeh geli mendengar Aleta berbicara seperti itu dan berhasil mendapatkan pelototan tajam dari cewek itu.

"Apaan ketawa kaya gitu? Jelek tauk!" bentaknya dengan galak tanpa nada terbata. Sedangkan yang dibentak justru menaikkan alis kirinya bingung.

"Sama gue galak banget sih? Kalau sama Pak Toma kaya kelinci."

"Lo emang pantes digalakin! Cowok palyboy yang bisanya cuma jadi hama sekolah!"

"Weh mentang-mentang ketua OSIS, anak kesayangan guru, dan tukang bawa besi kuningan bertulisan gak penting itu setiap bulan terus lo ngatain gue sembarangan gitu?!"

"Heh itu piala! Bodo banget sih, pantes aja gak naik kelas tahun kemarin!"

"Lo!"

Elvan berdiri dengan garang sudah siap mengeluarkan kata-kata yang mungkin tak enak untuk didengar apa lagi oleh Aleta. Namun, sayang seribu sayang. Pak Toma sudah lebih dulu kehabisan kesabaran melihat kedua siswanya itu berdebat.

"KALIAN INI! KELUAR DAN BERSIHKAN SELURUH SEKOLAH SELAMA SATU BULAN!"

Aleta dan Elvan langsung menoleh ke arah Pak Toma lalu melotot dengan tajam.

"Bapak bisa diem gak!" bentak keduanya yang merasa keberatan jika  aksi debat keduanya harus terhenti.

"Oh berani kalian membentak bapak? Oke, saya akan panggilkan orang tua kalian!" ancaman Pak Toma tak terima. Dirinya langsung mengambil telepon sekolah lalu menempelkannya ditelinga dengan tangan mulai mengetik sederet angka.

"Jangan pak!" teriak Aleta kencang. Takut jika ayahnya tahu dirinya masuk ke ruangan terlarang. Bagi ayahnya, dirinya tidak boleh sesentipun menyentuh yang namanya masalah. Dulu saat dirinya masih kecil tepatnya saat SD, dirinya pernah sekali berkelahi dan berhasil mendapatkan surat panggilan orang tua. Aleta yang masih kecil itu berhasil mendapat tamparan dan juga pukulan kasar dari sang ayah, karena dirinya telah dianggap mempermalukan ayahnya di depan kepala sekolahnya itu.

"Saya akan tetap memanggil kedua orang tua kalian!" ucap pak Toma mantap tanpa menghiraukan teriakan sendu dari Aleta.

"Saya mohon pak jangan panggil ayah saya." mohon Aleta dengan suara serak dan juga air mata yang mulai mengalir. Elvan yang melihat kejadian itu bingung, Aleta ketua OSIS itu takut ayahnya dipanggil ke sekolah? Mungkinkah dia teropsesi menjadi kebanggaan kedua orang tuanya? Atau takut namanya tercoreng dari daftar siswa teladan 2019?

ElvanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang