Prolog

62 11 1
                                    

Bandung, November 2018

Matahari nyaris tenggelam, awan yang tadinya tebal kini menipis dan menyelimuti matahari membuat langit menampakkan warna jingga yang menakjubkan. Motor Ninja hitam milik Deenan melaju memecah jalanan sekitar Gedung Sate, tempat bersejarah di Kota Lautan Api ini. Kini, Motornya memasuki sebuah komplek yang padat penduduk, kemudian Deenan memarkirkan motornya di sebuah pekarangan rumah yang luas.

Suasana kurang mengenakkan sudah terasa saat Ia masuk ke dalam rumah ini dan menampakkan Pria bertubuh gagah berdiri didekat tangga.

"Dari mana saja kamu jam segini baru pulang? Bukannya kamu baru beberapa hari sembuh?" Tanya Nial, Ayah Deenan.

Deenan tak menghiraukan pertanyaan Ayahnya, Dia langsung naik ke tangga begitu saja. Sampai di penghujung tangga, Deenan berbicara kepada Ayahnya yang masih memperhatikannya di bawah tangga.

"Deenan capek Pah mau istirahat, makasih udah perhatiin Deenan." Setelah mengucapkan itu, Deenan masuk ke kamarnya. Di bawah, Nial masih di posisinya. Dia tersenyum simpul "Dia mulai dewasa" Ucapnya. Kemudian melangkah ke Dapur untuk menghampiri istrinya. Di balik itu, ada seorang gadis remaja yang memperhatikan interaksi antara Anak dan Ayah itu.

Sesampainya di Dapur, Nial berniat membantu Miranda Istrinya menyiapkan makan malam. "Ini sambal?" Tanya Nial. "Iya ini sambal, kamu belum pernah makan sambal terasi ini bukan? Nanti dicoba ya, jangan Cuma tau sambal tomat aja"ucap Mira sambil terkekeh, Nial hanya mengangguk sambil tersenyum. "Ada yang bisa kubantu?" ucap Nial sambil menghampiri istrinya yang sedang mengaduk sambal di wajan. Miranda tersenyum simpul "Kamu siapin piring sama ambil buah-buahan aja di kulkas terus beresin di meja makan. Bisa kan?" Tanya Miranda. Setelah mendapat anggukan tanda mengerti dari Suaminya, Ia pun kembali mengaduk masakannya. Melihat Istrinya kembali fokus memasak, Nial langsung mengambil piring di rak kemudian menyusunnya di meja makan lengkap dengan sendok dan gelasnya. Setelah selesai, Nial langsung mengambil buah-buahan di kulkas dan meletakannya di keranjang buah untuk dijadikan pencuci mulut.

"Mira, ini sudah selesai. Ada lagi?" ucap Nial.

"Kamu panggil anak-anak aja, ini udah selesai tinggal siapin nasi sama lauk pauknya aja" ucap Miranda kemudian menyiapkan Nasi dan lauk pauknya di meja makan. Nial menganguk dan langsung memangil anaknya.

"Tea!! Deenan!! Turun kebawah cepat, makanan sudah siap!!" teriak Nial sambil menghampiri meja makan. Tak lama, Tea dan Deenan berjalan beriringan, sambil sesekali bergurau.

"Bun, masak apa hari ini? Enak banget baunya" tanya Tea. Adik perempuan Deenan.

"Masak daging mantan dengan sayur Kol" ucap Deenan sambil terkekeh.

"Gue nanya Bunda ya bukan lo! Abang resek!" Maki Tea sambil mencubit perut Kakaknya sampai Deenan menjerit karena cubitan Adiknya sangan keras.

"Lo apa-apaan sih, perut gue tuh belum diisi makanan apapun!. Coba kalo sobek nanti gimana?! Kalo udah diisi makanan kan perut gue tebel, jadi silahkan cubit gue!" Maki Deenan sambil mengelus perutnya. Nial, Miranda dan Tea saling bertatapan. Mereka hanya berpikir satu hal sejak kapan kulit perut bisa menebal hanya karena diisi makanan? Tea langsung memukul lengan Kakaknya "Heh! Makanan gak bikin perut lo tebel, bego." Deenan yang merasa tak salah langsung berbicara "Lo yang bego. Liat aja nanti, abis makan pasti perut lo jadi buncit. Kenapa coba? Itu karena makanannya bikin perut lo tebel!" Teriak Deenan, kemudian tertawa keras. Nial dan Miranda hanya menggelengkan kepalanya. Tea langsung terbengong "ini sebenernya yang bego gue atau abang gue? Teori bodoh macam apa itu?" batin Tea.
"Heh!kalo perut lo membesar, itu berarti lo kena busung lapar!" kali ini Tea yang terbahak keras. Deenan mendengus keras "Durhaka lo. Menghina abang yang tampan dan masih suci ini" ucap Deenan sambil memasang tampang memelas.
Setelah itu, Deenan langsung mengambil nasi dan lauk pauknya. Yang lain masih menatap Deenan. Merasa diperhatikan, Deenan langsung terkekeh "lucu nggak lucu nggak?lucu dong, buktinya kalian sampe cengo gitu" ucap Deenan diikuti tawanya yang nyaring.

"Deenan!!" teriak mereka semua.

Deenan terkekeh "Iya maaf, bercanda kok. Masa Deenan mantan Juara nasional olimpiade IPA gatau masalah kayak gini". Tea langsung mendengus keras "SOMBONG!" maki Tea. Kemudian mereka melanjutkan makan malam sambil sesekali melemparkan candaan.

Setelah selesai makan, Nial bertanya kepada Deenan. "Bagaimana sekolahmu beberapa bulan ini?" Deenan menghela napas pelan "Baik, Pah." Jawab Deenan seadanya. Nial menghela napas panjang, bukan jawaban itu yang diharapkannya. Dia berharap, Deenan menceritakan padanya tentang teman-temannya ataupun tentang gurunya. Ia ingin tau, sebaik apa anaknya bersosialisasi dengan temannya. Karena sampai saat ini, Ia bahkan tidak tau sifat asli anaknya ini seperti apa. Deenan sulit diprediksi, sebentar diam, sebentar tertawa lepas, selalu begitu.

"Bang, harusnya manggil Ayah bukan Papah. Bunda itu pasangannya sama Ayah, kalo Papah pasangannya sama Mamah kan udah sepaket, biar serasi" ucap Tea sambil memakan buah angurnya.

"Anak Ayah pintar" ucap Nial sambil mengelus puncak kepala Tea.

"Berarti Bunda sama Papah bukan pasangan serasi, gitu? "

Jleb!

"B-bukan gitu, maksudnya t-" Ucapan Tea terhenti karena terdengar decakan dari mulut Deenan. Deenan muak, ia meneguk air mineralnya sampai habis, kemudian berjalan ke kamarnya. Di atas tangga, Deenan berujar kepada mereka "Maaf Deenan nggak sopan tadi, Selamat malam semua" setelah itu Deenan masuk ke kamarnya.

"Tea juga ngantuk, selamat malam" setelah Kedua anaknya pergi ke kamar, Mira mendekati suaminya "Deenan emang dari dulu susah ditebak, kamu tau sendiri kan?" Nial mengangguk kemudian mengelus puncak kepala istrinya.

___

Senin adalah hal paling membosankan bagi sebagian siswa SMAN 32 Bandung. Senin adalah hari dimana mereka harus berangkat lebih awal, melakukan upacara pengibaran bendera, harus mengenakan atribut lengkap dan masih banyak lagi. Sudah 10 menit upacara berlangsung, biasanya upacara selesai sekitar 30 menit. Tapi, seorang murid siswi pindahan baru sampai di gerbang sekolah saat Kepala sekolah sedang menyampaikan amanatnya, suaranya bahkan terdengar sampai ke gerbang sekolah karena memakai pengeras suara. Gadis itu melongok melalui celah gerbang, namun nihil. Ia tidak melihat siapapun disana, mungkin upacara disini dilakukan dengan khidmat, berbeda dengan sekolah lamanya. SMA Bina Bangsa Jakarta. Gadis itu berpikir bagaimana ia bisa masuk kalau gerbang sudah ditutup 15 menit yan lalu.

"Terlambat dateng aja kayak ketinggalan kereta, dasar cewek" Gadis itu memutar tubuhnya dan mendongak. Di hadapannya kini ada seorang laki-laki yang memakai seragam SMA dan logo yang sama SMAN 32 Bandung. Kesan pertama yang gadis itu tau, cowok ini terlihat tengil dan sok tahu. Karenanya, Gadis itu kembali berbalik dan mengintip celah gerbang.

"Songong banget nih cewek" batin laki-laki itu. "Murid baru ya?" Tanya laki-laki itu.

Gadis itu menjawab tanpa berbalik "Iya" laki-laki itu mengangguk "Pantes" ucapnya.

Melihat gadis itu tampak gelisah, laki-laki itupun menghampirinya "Masih mau masuk?" Tanyanya. Gadis itupun mendongak kemudian berujar "Emang masih bisa?" laki-laki itu mengangguk "ikut gue" setelah mengatakan itu, laki-laki itu membawa Gadis tadi ke belakang sekolah.

Sesampainya dipintu gerbang, laki-laki itu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sebuah kunci. Dengan hati-hati, Dia membuka pintu itu. Dan benar saja, pintunya terbuka.

"Masuk aja, dari sini lo lurus terus kalo udah mentok tinggal belok kiri. Lo cari aja ruang tata usaha disitu." gadis itu mengangguk kemudian berjalan masuk sambil melihat taman belakang sekolah di  sekelilingnya. "Lo nggak masuk?"  tiba-tiba saja pintu kembali tertutup. Refleks, gadis itu pun berbalik badan, dan ternyata laki-laki itu sudah pergi. Alhasil, Gadis itupun berteriak "Siapapun lo, makasih udah nolongin gue!!" semoga saja dia mendengar ucapan terimakasihnya. Di sisi lain, Deenan tersenyum mendengar suara perempuan yang mengucapkan terimakasih padanya.

----

Vomment; )

Bella zahra,

Pacar satu-satunya Kim Hanbin.

DEENAN NEPTUNUS (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang