PROLOGUE

520 72 11
                                    

Hai, namaku Yookhae, Choi Yookhae. Mereka bilang aku tampan, mata besar, hidung mancung, tubuh tinggi, kulit kecokelatan, mereka bilang aku luar biasa. Tapi aku tak berpikir begitu, dibalik apa yang mereka katakan ada sesuatu yang menggangguku, mereka selalu membicarakan aku yang seorang anak angkat keluarga Park.

Tunggu, aku anak angkat keluarga Park? Ya, mereka menemukan bayi kecil beserta ibunya yang tak bertanggung jawab, ibu itu menitipkan bayi itu dan mengatakan bahwa marganya adalah Choi lalu ibu itu pergi dibawah derasnya hujan. Dramatis bukan? Yookhae adalah nama yang keluarga Park berikan padaku dan Choi adalah marga dari keluarga asliku.

Hari ini aku akan pergi mencari jati diriku, tas ransel besar sudah aku gantungkan di bahuku, menghirup udara terakhir dari kota kecil ini sembari menunggu datangnya Doyeon, temanku.

Saat mobil jeep-nya datang aku tersenyum lebar menyapanya, melangkah mendekati mobilnya dan terhenti sejenak oleh lemparan di kepalaku. Aku berbalik dan lemparan itu kembali mengenai kepalaku, tepatnya mulutku. Aku mengunyah benda bulat yang masuk ke mulutku lalu menyadari itu adalah anggur, aku kembali berbalik dan melanjutkan langkahku, mengabaikan anggur-anggur yang terus menghantam belakang kepalaku.

"Hai Yookhae, apa kau... Di belakangmu..."

"Abaikan saja, perhatikan saja aku." Aku meletakan lenganku pada jendela mobilnya, tersenyum menawan berharap dia menganggapnya demikian.

Namun dia memasang wajah datar lalu memukul hidungku dengan kepalan tangannya. Aw, serius itu sakit, aku merasa hidungku patah.

"Yookhae!"

Aku menahan diri agar tidak menoleh ke belakang, memperbaiki hidungku yang mungkin patah sembari menunggu Doyeon mempersilahkan aku masuk jeep-nya. Sialnya Doyeon tak kunjung menyuruhku masuk.

"Yookhae!"

Akhirnya aku menyerah, mendengarnya menjerit seperti itu membuat tenggorokanku sakit. Aku membalikan tubuhku dan hendak tersenyum namun seluruh anggur mendarat di wajahku dan jatuh di depan kakiku, mataku menatap nanar anggur itu sebelum memberanikan diri melihat gadis kecil pemarah itu.

Somi, sebenarnya jika dilihat dari fisik gadis itu tidak kecil. Keluarga Park adalah keluarga dengan hampir seluruh anggota keluarganya bertubuh raksasa, menjulang tinggi dan berwajah tak sesuai dengan usia mereka.

"Jadi kenapa kau ada di sini-"

"Diam bodoh!"

Aku segera menutup mulutku lalu berhenti melihat padanya. Dia adik Chanyeol, dia sangat sangat dan sangat galak dan pemarah namun aku menyayanginya seperti adikku sendiri.

"Kau mau kemana?" Dia bertanya, matanya yang besar itu semakin besar karena memelototiku.

Aku menunjuk mobil Doyeon lalu menunjuk jalananan dengan bibir terkatup tak berani bersuara.

"Bodoh."

Aku mendengar Doyeon mencibirku, aku mengabaikan cibirannya dan hendak membuka pintu mobil.

"Tidak ada yang menyuruhmu pergi!" Somi menjerit, wajah cantiknya memerah antara marah dan menahan tangis.

Lagi aku menunjuk jalanan lalu membuat kedua jariku berjalan di udara menunjukan padanya bahwa aku harus pergi mencari apa yang aku cari, namun dia menangis dan membuatku panik. Aku akan memeluknya namun dia menghentikanku.

"Aku tidak menangisimu, aku menangis karena kau bodoh! Jangan peluk aku!"

Aku mengusap tengkukku, Somi tak pernah mau mengaku bahwa dia menyayangi dan peduli padaku, dia anak yang pemalu menunjukan perasaannya.

YOOKHAE [LUWOO/CASWOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang