1 Introduce

9 0 0
                                    

Kini cahaya matahari yang terbit di sebelah timur telah membuat Auri menarik selimutnya kembali untuk menutupi wajahnya yang terkena sinar matahari.

"Enghhhh... Bunda tutup lagi jendelanya. Adek masih ngantuk." Racau Auri ketika mengintip sedikit Bunda nya yang tengah membuka gorden milik jendela yang berada di kamar Auri.

"Anak gadis gak baik loh dek bangun siang. Ayok turun Ayah udah nunggu buat sarapan tuh." Ajak Bunda Ana seraya mencoba menarik selimut yang dicengkram Auri.

"Ayah udah pulang Bun?" Tanya Auri excited.

"Udah dong semalem. Mau jalan ke mall sama Bunda. Emang adek ga akan ikut hmmm?" Goda Ana pada anaknya seraya meninggalkan kamar Auri.

"Bundaa Au ikuttt. Tunggu Bunda jangan ditinggal kalau ditinggal Au ngamuk 24 jam loh ya." Ancam Auri seraya melompat menuju kamar mandi.

"Terserah adek. 15 menit ga turun ayah sama bunda tinggal." Ancam Bunda Ana seraya terkekeh.

"Ihhhh Bundaaa." Teriak Auri di dalam kamar mandi.

15 menit kemudian Auri pun turun dengan tergesa-gesa. Takut ditinggal Ayah Bundanya. Pasalnya kapan lagi bisa jalan keluar bareng Ayah nya. Sebab Ayah Yuda jarang sekali pulang ke rumah. Beliau kerja di luar kota yang menyebabkan jarang sekali pulang ke rumah.

"Ayaahhhhh." Seru Auri seraya berlari memeluk ayahnya.

"Adek...hmmm wanginya anak gadis ayah. Udah gede aja ya anak ayah." Ayah Yuda membalas pelukan anak gadisnya yang manja itu.

"Iya dong Yah kan di kasih makan sama Bunda. Ayah sih jarang pulang jadi pas pulang tau tau tinggi adek udah nambah." Rajuk Auri pada Ayahnya.

"Ehm ehm ehmm yang disini di lupain." Dehem abangnya Auri, Avisha Bertoldi Adam.

"Loh Abaangggg. Abang juga pulang? Ko ga ngabarin adek?" Auri berpindah memeluk abangnya yang sudah 1 bulan tidak pulang. Karna Adam harus kuliah juga di luar kota.

"Kejutann hehe." Bang Adam pun membalas pelukan adik tercintanya lalu mengecup kepalanya dengan lembut.

"Anak gadis Bunda udah gede masih aja manja." Kekeh Bunda Ana mengelus lembut rambut Auri yang tersisir rapi.

"Biarin dong Bunda. Kan ade kangen Ayah sama Abang." Auri mengambil roti lalu mengolesinya dengan selai coklat kesukaannya.

"Iyaiyaa dehh yang penting adek bahagia Bunda juga bahagia."

"Hmmmm bunda gombal." Ledek Auri.

***

"Abaangggg... ayoo kita berangkat. Emang abang ga ikut ke mall?" Auri mengetuk pintu kamar abangnya lalu masuk ke kamarnya.

"Abang capek dek. Adek bertiga aja ya sama Ayah Bunda. Ngantuk banget abang ga kuat."

"Tapi adek mau jalan sama abang juga." Auri memasang wajag sedih nya.

"Abang libur lama dek. Nanti kita dating ya. Abang beneran cape nih. Yang adik abang kan pinter." Bujuk Adam pada adiknya.

"Yaudah deh. Tapi beneran ya bang dating. Abang yang traktir."

"Iya adek. Gih berangkat."

"Oke abang. Dadahhh. Selamat istirahat. Muaachhh" Auri mengecup pipi abangnya.

"Adeeekkk ayo keburu siang ini panas." Teriak bunda Ana dari luar.

"Iya Bunda." Auri pun menuruni tangga dengan berlari.

"Semoga adek bahagia bisa jalan sama ayah dan bunda ya dek." Gumam Adam seraya memperhatikan betapa bahagianya sang adik mau jalan bertiga dengan ayah dan bundanya setelah sekian lama ditinggal kerja di luar kota.

****
"Ayah... Adek mau beli buku Yah." Ucap Auri layaknya anak kecil yang meminta dibelikan sesuatu oleh Ayahnya. Sedangkan Ana tersenyum haru melihat anaknya bahagia saat ini.

"Ayoo apa sih yang ngga buat Adek. Beli buku semau adek. Tapi inget harus yang bermanfaat." Ingat Pak Yuda pada anak gadis semata wayangnya.

"Siap Ayah. Bunda ayo temenin adek." Auri menarik tangan bundanya. Walaupun kini Auri telah memasuki kelas 12 namun sifatnya yang seperti anak kecil sering ia perlihatkan dihadapan Ayah Bunda dan Abangnya. Tapi kalau sudah di sekolah hmmm jangan tanya Auri ini selalu terlihat dewasa dan kuat.

Sending Some LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang