4. Cry

5 0 0
                                    

"Bunda!!!!!!" Sesampainya di rumah Auri berteriak mencari Bundanya.

"Iya Nak, Bunda di kamar." Teriak Bunda dari arah kamar. Auripun berlari menuju kamar Bundanya lalu melemparkan tasnya ke sembarang arah. Auri menangis dalam pelukan Bundanya.

"Kamu kenapa dek? Pulang sekolah ko nangis. Bukannya kamu hari ini ada kerja kelompok pagi tadi kamu bilang?" Bunda mengelus lembut punggung Auri agar bisa segera berhenti menangis. Tangisan Auri bukan tangisan biasa. Melainkan tangisan layaknya orang yang sedang sakit hati. Sakit....

"Ng..ng..ngga Bunda." Auri menjawab pertanyaan Bundanya masih dengan keadaan menahan tangis. Bunda tak banyak bicara sebelum Auri berhenti menangis.

"Kenapa? Berantem dengan temanmu?" Bunda bertanya setelah Auri merasa tenang.

"Ngga Bunda." Auri berbohong.

"Lantas? Nilaimu jelek?" Bunda bertanya lagi.

"Ngg... iya Bunda." Auri tetap berbohong. Ia tak mau Bunda nya tau. Cukup Auri saja yang tau.

"Gak apa. Nanti dicoba lagi. Adek kan cerdas. Bunda yakin adek bisa lebih baik lagi. Okeee." Bunda menghapus sisa-sisa air mata yg turun di pipi Auri.

"Makasih Bunda. Adek sayang Bunda. Sayang banget." Auri kembali memeluk Bundanya.

"Bunda juga sayang adek Auri." Bunda membalas pelukan Auri.

****
Flashback on

"Auri kau dipanggil Pak John." Auri dipanggil Devin ketua kelas di kelasnya.

"Sebentar Dev, aku ganti baju dulu. Yu Qil." Auri baru selesai olahraga dan sebelum menemui Pak John Ia lebih memilih untuk mengganti pakaiannya terlebih dahulu. Agar setelah selesai jam olahraga ia tak akan telat karna harus ganti baju dulu.

"Cepatlah jangan lama, nanti Pak John marah padaku." Kata Devin dengan gaya bicara khas orang Batak.

"Alah kau ini selama2 nya ganti baju cuma 10 menit." Auri membalas dengan menggunakan bahasa Batak. Temannya yang berada di sekitar merekapun ikut tertawa.

"Ahh ya sudah jangan lama kau." Devin mengibaskan tangannya dan duduk kembali ke bangkunya.

"Okee."

Auri dan Aqil bergegas pergi ke kamar mandi untuk segera mengganti pakaiannya. Di jalan Auri dan Aqil bertemu dengan Aksa dan Kevin.

"Au Qil mau kemana?"

"Ganti baju lah." Kata Auri menjawab pertanyaan Aksa.

"Masih lama elah. Kantin yuk!!" Ajak Kevin.

"Ihhhh Au dipanggil Pak John jadi harus buru-buru. Nanti nyusul sama Aqil."

"Ngapain sih tumben? Lu abis bikin salah apa?" Kata Kevin kepo.

"Mana Au tau. Yaudah ah Au buru-buru. Bye." Auri menarik tangan Aqil untuk pergi ke toilet.

"Aneh Sa baru kali ini gue denger si Auri dipanggil guru BP." Kevin masih heran kenapa bisa Auri dipanggil. Karna seumur hidup Kevin bertemang sama Auri baru kali ini dengar Auri dipanggil guru BP. Sedangkan Aksa hanya mengangkat bahu tanda tidak tau menau.

***

"Permisi Pak.." Auri menyapa Pak John yang sedang berbicara dengan siswa juga.

"Eh yaa. Auristella?" Tanya Pak John.

"Iya Pak."

"Silahkan duduk." Pak John mempersilahkan Auri dan Aqil untuk duduk di depannya. Sedangkan siswa tadi bergeser dengan sendirinya.

"Ada yang ingin bapak bicarakan."

"Iya silahkan Pak." Auri menganggukkan kepalanya. Suasana sepi membuat Auri dan Aqil merinding.

"Ayahmu kerja apa Stella? Ehh saya panggil Stella saja yaa namamu susah belibet saya." Auri saling melirik dengan Aqil lalu tersenyum.

"Iya gapapa Pak. Ayah kerja di perseroan bus Pak." Auri tersenyum.

"Suka pulang? Kalau pulang berapa hari sekali?" Pa John seperti sedang mengintogerasi Auri.

"Sebulan sekali Pak." Auri tetap menjawab dengan sopan. Sedangkan Aqil hanya menjadi pendengar saja.

"Di rumah berapa hari?"

"Paling lama 3 hari Pak. Paling sebentar ya sehari. Mohon maaf memangnya kenapa ya Pak?" Auri sudah mulai aneh dengan pertanyaan guru BP nya itu yang sudah menuju hal privasi.

"Oh jarang pulang berarti yaa. Hmmm ini ada salam dari adik kelasmu namanya Cahaya."

"Oh. Salam dalam rangka apa nih Pak?" Tanya Auri penasaran. Sedang siswa yang berada disamping Auri mengulurkan tangannya mengajak bersalaman. Auri pun membalasnya.

"Ini Cahaya. Katanya ayahmu sama dengan ayahnya." Ucap Pak John ambigu.

"Hah maksudnya gimana Pak? Saya kurang paham." Auri masih belum memahami apa yang dikatakan Pak John barusan.

"Iya ayahmu menikah lagi dengan ibunya Cahaya. Memang kamu ga tau?"

Beberapa detik kemudian air mata Auri menetes begitu saja membasahi pipinya. Sedangkan Aqil hanya mampu tertegun setelah mendengar apa yang Pak John katakan barusan.

"Ayah gak pernah bilang Pak. Mungkin dia salah orang." Auri menatap Cahaya dengan sinis.

"Nah kamu punya foto ayahmu? Coba kamu liatkan ke dia barangkali salah orang." Auri mencari foto ayah nya dan memperlihatkan pada Cahaya.

"Iya ini ayah saya juga kak." Cahayapun bersuara.

"Ngga mungkin. Ayah gak pernah bilang Pak. Bunda juga gak pernah bilang."

Auri menangis histeris lalu berlari menuju kelasnya. Auri meminta ijin untuk pulang cepat karna beralasan sakit. Auri pulang dengan naik taksi dengan keadaan menangis. Ya agar tidak banyak ditanyakan oleh bundanya. Auri melipir ke taman dekat rumahnya untuk menenangkan hatinya yang sedang shock. Setelah ia tenang dan jam sudah menunjukan waktunya pulang sekolah Auripun pulang ke rumahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sending Some LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang