2. Aqil Aca Vivin

10 0 0
                                    

"Dahh Abang, nanti sore jadi ya dating." Auri melepas seatbeltnya.

"Iya Dek. Pulang jam berapa nanti sekalian abang jemput."

"Yuhuyyyy jam 3 bang."

"Okelahooo dek." Auri membuka pintunya saat hendak turun tangannya ditahan oleh Adam.

"Apa bang adek mau turun 5menit lagi bel bunyi." Auri mendengus.

"Inii ..." Adam menunjukkan pipinya. Sedangkan Auri mendengus lagi.

Cup... Auri mengecup pipi kanan kiri abangnya. Adam pun membalas mengecup kening Auri dan mengelus lembut rambutnya yang lurus dan berwarna hitam pekat.

"Rambut adek udah panjang ini." Adam menarik-narik rambut Auri yang sangat halus.

"Hehe sengaja. Yaudah Au masuk ya bang. Abang hati-hati di jalan." Auri mencium tangan Abangnya.

"Iya adek juga semangat sekolahnya yaa. Tetap pertahanin juara umumnya loh dek." Adam memberi semangat pada adiknya.

"Siap abang." Jawab Auri seraya menggerakan tangannya untuk hormat. Adam hanya tersenyum dan bergumam dalam hati seraya memperhatikan Auri masuk gerbang dengan ceria "Abang ga tau gimana nasib adek kalau tau semuanya."

****
Auri memasuki gerbang sekolahnya sesaat setelah mobil Adam melaju meninggalkan area sekolah. Auri berjalan menuju kelasnya dengan ceria, tak jarang Auri tersenyum pada siswa yang berjalan berbalik arah dengannya. Banyak sekali siswa siswi SMA Matahari yang menyukai Auri. Selain cantik dan rendah hati Auri juga siswa yang sangat cerdas diangkatannya. Wajahnya yang putih, hidung mancung, mata belo, bulu mata yang lentik serta alis yang sudah berbentuk dengan indah. Satu lagi rambutnya yang lurus hitam panjang dan berkilau menghiasi wajahnya yang sudah sempurna. Tapi dibalik kesempurnaannya Auri pun memiliki kekurangan yaitu tinggi badannya pas-pasan.

"Hai Aqil." Sapa Auri pada teman sebangkunya sekaligus sahabatnya Aqila Zahratunnisa.

"Eh kirain lu ga masuk dek." Jawab Aqil mendongakkan kepalanya. Ya Aqil lebih senang memanggil dek mengikuti orangtua Auri.

"Masuklah kan hari ini ada ulangan. Cuma tadi biasa telat bangun lagi. Abis nonton film di hooq mayan gratisan." Kekeh Auri pada sahabatnya itu seraya menyimpan tasnya dibangkunya.

"Kebiasaan. Nonton film bokep pasti." Curiga Aqil memicingkan matanya.

"Enak aja ya nggaklah mana ada di hooq. Eh btw Aca sama Vivin belum dateng juga?" Tanya Auri menunjuk bangku kosong dibelakangnya. Ya Aca dan Vivin adalah panggilan kesayangan Auri untuk sahabat laki-lakinya yaitu Aksa Delvin Arion dan Kevin Riksa Pratama.

"Udah tadi, cuma langsung ngantin. Mengisi perut sebelum energi berkurang saat ulangan." Ejek Aqil pada kedua sahabat laki-lakinya itu.

"Ohhh." Auri mengangguk-nganggukkan kepalanya sambil tertawa.

Tak lama bel pun berbunyi. Guru mata pelajaran pertama memasuki kelas 12 IPA 2 diikuti Aksa dan Vivin dibelakangnya.

"Eh gila lu ya Sa Vin, lu manggil dia?" Bisik Rio saat Aksa dan Kevil berjalan menuju kursi paling belakang. Yang Rio sebut dia itu adalah guru Kimia terkiller seantero sekolah. Tapi tidak bagi Auri dan Aqil. Bagi mereka semua guru sama saja. Bahkan mereka lebih suka guru killer daripada guru yang leha-leha tidak masuk kelas seenaknya.

"Kagak ketemu dijalan tadi. Niat mau bolos keburu ketauan. Ya ga." Jawab Aksa seraya menyenggol bahu sahabatnya Kevin. Kevin pun hanya mengangguk lemas.

"Mampus mamam tuh bolos." Ucap Auri memutar badannya menghadap Aksa dan Kevin.

"Ehhh ada Aunya Aca. Kirain ga masuk." Aksa mengacak rambut Auri yang tersisir rapih dan memakai bandana kebangsaannya.

"Ih apasih Aca. Berantakan kan jadinya." Auri mendengus kala rambutnya diacak oleh Aksa.

"Lah dia mana berani ga masuk kalau ada ulangan gini. Ibaratnya nih lagi diinfus juga dia nekat masuk kali Ca." Kevin mengejek kenekatan Auri yang sama sekali tidak berani bolos saat ulangan. Sedangkan Aksa hanya manggut-manggut membenarkan perkataan Kevin.

"Apa sih Vivin sirik aja. Emang Vivin sering bolos." Auri kembali mengejek sahabatnya itu.

"Bolos itu indah kali Au. Jangan serius-serius amat hidup mah." Ucap Kevin mengelak.

"Ya berhenti ngobrol siapkan kertas selembar kita mulai ulangan hari ini." Seluruh siswa kelas 12 IPA 2 dikejutkan dengan suara yang tegas dan killer itu. Ya beliau adalah Pak Budi.

Setelah 2 jam pelajaran mereka bergelut dengan soal-soal kimia yang sangat rumit. Siswa IPA 2 pun mengibas-ngibaskan tangannya. "Anjir bau otak kebakar." Celetuk Rio siswa terabsurd di kelas IPA 2. Semua siswa pun tertawa terbahak-bahak mendengar celetukan Rio.

"Bau otak lu." Balas Auri seraya melangkahkan kakinya menuju keluar kelas diikuti sahabat-sahabatnya.

"Eh mau kemana Au?" Tanya Aqil saat tau sahabatnya membelokkan badannya tidak sesuai arah ke kantin.

"UKS." Jawan Auri singkat.

"Ngapain?" Tanya Aca heran. Pasalnya ini jam istirahat waktunya untuk mengisi energi lagi.

"Jaga lah." Ya Auri adalah salah satu anggota eskul PMR. Auri akan melipir ke UKS setiap hari Rabu pada jam istirahat.

"Makan dulu kali Au. Baru jaga. Kalau anggota PMR nya sakit karna Magh kan malu sama pasien." Celetuk Aca pada Auri.

"Iya lagipula pas lu jaga ga akan langsung ada pasien kan Au gak lama paling 10 menit makan doang ayok." Ajak Kevin. Sedangkan Aqil menarik tangan Auri untuk ke kantin. Auripun hanya mampu mengikuti ketiga sahabatnya itu.

****
"Mau kemana Bang udah rapi?" Tanya Bunda Ana saat melihat anak sulungnya sudah siap untuk pergi.

"Mau jemput adek Bun. Mau dating udah lama ga jalan berdua. Kemarin udah janji." Adam menghampiri Bundanya yang sedang duduk di sofa seraya membaca majalah.

"Lah kemarin Abang bukannya ikut kok."

"Selain cape Abang juga sengaja biarin adek jalan bertiga sama Ayah Bunda. Kebahagiaan adek kebahagiaan Adam juga Bun. Bunda ngertilah maksud Abang." Jawab Adam seraya memainkan kunci mobil ditangannya.

"Adek udah besar Bang. Udah saatnya dia tau semuanya." Bunda Ana membenarkan duduknya menghadap Adam dan mengusap lembut tangannya.

"Abang belum setuju Bun. Biarin Adek sekolah dulu kuliah dulu yang bener. Abang ga mau prestasinya turun Bun. Abang ga mau liat adek terpuruk sampe bikin prestasi dan keceriaannya menurun. Ga tega abang Bun." Adam mengutarakan pendapatnya.

"Iya Bunda tahu. Apa gak terlalu lama Bang. Bunda takut Adek malah tau dari orang lain."

"Semoga ndak Bun." Adam menenangkan kegundahan Bunda dengan mengelus lembut tangan Bunda. Tak lama terdengar suara panggilan dari hp Adam.

"Hallo Assalammualaikum dek." Sapa Adam dibalik telepon.

"Walaikumsalam. Adek udah mau pulang 5menit lagi Bang. Abang jadi jemput kan?"

"Jadi Adek. Ini abang mau berangkat tunggu depan gerbang sebentar ya Dek."

"Oke abang. See you." Adam mendapat kecupan dari balik telpon Auri. Sedangkan Adam hanya menggelengkan kepalanya.

"Yowis Adam berangkat dulu ya Bun. Adek bentar lagi keluar kelas."

"Iya Bang. Hati-hati."

"Siappp. Assalammualaikum Bun." Adam mencium tangan Bundanya tidak lupa pipi kanan dan kiri Bundanya.

Sending Some LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang