Leave

4.6K 419 56
                                    

"Gelombang terus membawamu menjauh dari dermagaku. Membuatku bisa merasakan angin malam yang mulai terasa dingin kini. Aku tak sanggup lagi, tak sanggup lagi aku melawan dinginnya malam seorang diri. Biarkan aku melepasmu, biarkan aku pergi darimu."

.
.
.

Suara derap langkah berlari memenuhi lorong rumah sakit malam itu. Pukul sembilan lebih delapan belas menit dan keadaan rumah sakit sudah mulai terlihat sepi. Bau steril yang menusuk hidung yang berbaur dengan suara deru nafas pemuda itu membuat suasana yang begitu tegang. Itu adalah Tay Tawan yang berlari menuju kamar yang ia ketahui dari receptionist tadi.

Tawan tidak tahu kenapa ia merasa begitu tegang dan khawatir secara bersamaan. Bukan untuk pertama kalinya ia mengalami hal seperti ini. Ia pernah mengalami ini ketika Punpun mencoba bunuh diri karena ayahnya terlalu menuntutnya-membuatnya tertekan-dan kemudian menemukan kekasihnya itu dalam keadaan yang begitu mengkhawatirkan. Itu pun juga sudah lama; sekitar dua tahun lalu-saat mereka masih berada di sekolah menengah atas. Tapi kali ini terasa berbeda. Jauh lebih membuatnya takut.

Tawan hampir terjatuh ketika ia berbelok kearah kiri dan menginjak tali sepatunya yang lepas. Tawan mengumpat untuk itu dan kemudian berhenti sesaat untuk membenarkan tali sepatunya. Tawan menghembuskan nafasnya berat ketika matanya bisa melihat kamar dengan papan besar dengan tulisan IGD diatasnya. Tawan menggigit bibirnya ketika ia kembali melangkahkan kakinya menuju ruang perawatan yang terlihat cukup sepi. Itu ia lakukan untuk mengurangi rasa gugup dan juga khawatirnya.

Disetiap langkah kakinya, Tawan kembali ingat dengan apa yang baru saja ia dengar beberapa jam yang lalu ketika pihak rumah sakit menghubunginya dan mengatakan tentang Newwie yang kecelakaan dan tidak memberitahu siapapun tentang keluarganya. Tawan bisa menebak jika pihak rumah sakit mengira Newwie adalah anak dibawah umur mengingat wajahnya yang terlihat seperti anak kecil.

Sejujurnya Tawan hampir saja kehilangan dirinya sendiri ketika ia mendengar kalau Newwie kecelakaan. Apa Newwie-nya baik-baik saja? Tawan tahu bagaimana cengengnya Newwie. Dia akan menangis ketika teriris pisau dan mengatakan jika darahnya keluar banyak sekali.

Tawan hembuskan nafasnya berat sambil mencoba menguatkan dirinya sendiri untuk masuk dan kemungkinan menemukan Newwie didalam sana penuh dengan luka. Tawan putar kenop pintu itu pelan hingga terdengar bunyi cuara 'klek' darisana. Tawan buka pintu itu secara perlahan, dan kemudian melangkahkan kakinya untuk masuk. Tawan melongok ke kenan dan ia menemukan Newwie disana. Duduk disalah satu kursi dengan keadaan yang baik-baik aja tanpa luka ataupun perban di tubuhnya. Tubuh berisi itu duduk dikursi dengan tangan yang menopang pada lengan pemuda lain yang lebih tinggi darinya. Memegang erat lengan itu dengan mata yang terpejam dan bibir mereka yang saling menyatu.

Mencengkeram tangannya erat ketika ia tahu itu. Rasanya kesal sekali ketika ia melihat miliknya disentuh oleh orang lain. Newwie yang hanya untuk dirinya sendiri harus memberikan sebuah ciuman di bibirnya untuk laki-laki lain. Tawan tahu siapa laki-laki itu. Itu adalah laki-laki yang sama dengan orang yang ia temui di butik ibunya ketika Punpun mengajaknya untuk fitting baju pernikahan. Itu adalah Kayavine. Mahasiswa pindahan dari Amerika yang ia tahu menaruh perhatian pada Newwie-nya.

Tawan tidak bisa melihat itu terlalu lama. Tidak untuk membiarkan laki-laki itu menyentuh miliknya jauh lebih dari ini. Tawan mencengkeram tangannya erat - erat, menahan amarahnya disana. Melangkahkan kakinya dengan kasar dan menimbulkan suara dari sana dan membuat ciuman dua orang itu terpisah. Tawan tersenyum sinis, mengambil pundak Kayavine yang berakhir dengan mengarahkan tinjunya kewajah tampan itu.

"Brengsek! Jangan pernah berani menyentuh Newwie, bajingan! Dia milikku!" dan Tawan menarik pergelangan Newwie tanpa perduli dengan rengekan Newwie dibelakangnya.

Unfaithfull loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang