I Found You

4.8K 404 26
                                    

“Tidak peduli dengan tingginya gelombang, tidak takut akan derasnya badai yang menghadang dan tidak goyah meski harus menghantam kerasnya batu karang. Semua itu akan tetap aku arungi. Karena kini aku tersadar, kau bukanlah lagi dermaga bagiku. Aku menemukan tujuanku.”

.
.

Pepatah pernah mengatakan, 'Kau akan mengetahui sesuatu akan terasa berharga ketika hal itu menghilang.' Atau kata-kata yang sering muncul untuk puisi basi yang biasa orang patah hati katakan tentang, 'ketika seseorang menghilang, semua kenangan tentangnya akan terputar seperti roll film.'

Dan sepertinya hal itu yang tengah Tawan rasakan saat ini.

Tawan baru mengerti arti kehilangan. Dan kehilangan ternyata mampu membuatnya merasakan sakit tepat dihatinya.

Kini Tawan harus membiasakan dirinya untuk menerima kenyataan bahwa ia tidak lagi melihat Newwie disampingnya. Ia harus membiasakan dirinya untuk tanpa Newwie yang tersenyum padanya atau mengomel tetang kebiasaan buruknya atau tentang apapun itu. Pemuda manis itu benar-benar menghilang dari hidupnya.

Ini sudah hampir tiga minggu Tawan tidak melihat sosok manis itu. Dirinya benar-benar menghilang dan tidak ada yang tahu kemana ia pergi. Tawan tidak menemukan Newwie di kampus mereka bahkan apartemen miliknya juga kosong.

Jangan berfikir jika Tawan tidak mencari sosok manis itu. Ia sudah mencari lelaki itu kemana pun yang Tawan mampu. Bahkan ia memberanikan diri bertanya pada Gun, walaupun yang berakhir dengan Tawan harus di usir saat ia baru berdiri di kamar apartemen pemuda mungil yang bermulut tajam itu dan pulang tanpa hasil apapun.

Tidak untuk ia mengetahui keberadaan lelaki manis itu.

Tawan tahu jika ia benar-benar brengsek dan memanfaatkan kebaikan hati Newwie untuk keegoisannya sendiri. Ia menyadari perasaan cinta dari Newwie dan Tawan tidak mampu untuk membiarkan dirinya memilih;

Punpun ataupun Newwie.

Memejamkan matanya, mencoba membuat hatinya merasa lebih baik. Kehilangan Newwie rasanya seperti kehilangan sebagian dari hidupnya. Tawan tidak lagi melihat senyum manis laki-laki menggemaskan itu. Tidak lagi merasakan belaian lembut dari jemari tangannya. Tidak lagi mendengar suaranya yang membuat Tawan menjadi tenang. Rasanya Tawan seperti kehilangan hidupnya sendiri. Itu menyakitkan.

"Tay?"

Tawan membuka matanya saat ia mendengar suara Piglet—kakaknya—yang duduk disampingnya dan kemudian memegang pundaknya. Perempuan cantik itu tersenyum kearahnya.

"Mau berbagi cerita denganku?"

Tawan menautkan alisnya bingung. Menatap sang kakak dengan tatapan penuh tanya. "Apa maksudmu P?" Tawan mencoba memastikan.

"Kau mencintai Punpun?" Piglet mengambil jemari adiknya untuk ia genggam, "Hanya perlu jawab iya atau tidak."

Tawan termenung beberapa saat. Mencoba mencari jawaban untuk pertanyaan kakaknya itu. Tawan pun sampai saat ini masih bertanya pada dirinya sendiri tentang pertanyaan itu. Masihkan ia mencintai Punpun?

Tawan memikirkan ini berkali-kali. Mencoba mengetahui arti Punpun baginya dan mengerti perasaan sesak yang ia rasakan saat ia kehilangan Newwie. Rasanya berbeda. Dan Tawan baru menyadari itu tepat ketika ia kehilangan orang yang ia cintai itu.

Tepat saat ia kehilangan Newwie.

Mendesah, "Ya, aku mencintai Punpun." Jawab Tawan, "Sebelum aku mengenal orang lain."

Piglet mendesah berat, ia tahu ini rumit sekali. "Lalu?"

"Dan sekarang aku kehilangan orang yang aku cintai karena tidak bisa untuk memilih." Tawan tersenyum kecut, "Dia pergi. Dan aku tidak bisa mencegahnya."

Unfaithfull loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang