oh my

65 26 0
                                    

Setelah selesai bercanda ria juga beridiskusi soal drama, akhirnya kami semua kembali pulang kerumah masing-masing, pun saya yang harus sesegera mungkin kembali kerumah sakit untuk menjenguk bang ariq.

Soal menjadi tokoh utama, semoga lawan mainku tidak menyebalkan

"pulangnya bareng saya", suara itu lagi

"ngga, saya mau pulang sendiri" terserah dia mau mengikuti atau bagaimanapun dibelakangku

"perginya saya itu dengan alasan chand, coba kamu dengar dulu", langkahnya masih seirama namun tetap menjaga jarak dengan berjalan dibelakang chand

"oh kamu maunya kita ngobrol sambil jalan ya", dia masih bicara sendiri

"okelah, saya mulai ya. Seperti terakhir bertemu, alasannya ayah mau saya sekolah di luar negeri, belajar bisnis untuk memegang beberapa kerja samanya, biar saya bisa menghasilkan uang, saya juga sudah dewasa chand"

"pulang ke bekasi bukan alasan utama, saya mau ketemu chand setelah beberapa tahun, dan kamu tumbuh dengan sangat baik juga cantik chand"

Langkah chand berhenti, ia membalikkan tubuhnya menghadap laki-laki itu

"apa yang baik, ibu meninggal karena sakitnya, ayah selalu sibuk dengan berkas juga hubungan kerjanya, bang ariq tertekan karena kepergian ibu dan memilih mengakhiri hidupnya", dikta terkejut seperti  ada tombak yang menancap di pundaknya, puteri kecilnya tidak sedang baik-baik saja

"tuhanku baik, bang ariq masih diberi hidup itu yang bisa kamu sebut saya tumbuh dengan baik, dikta"

"dan satu, perginya kamu menciptakan chand yang baru, ini aku, sekarang aku menjadi yang tak mudah percaya juga luluh, aku tumbuh dengan baik dikta", kalau kamu pikir chand mengatakan dengan cucur air mata, tidak sama sekali

"maaf chand", dikta tidak bisa berkata selain maaf

"setelah kamu pergi, aku sudah memaafkan kepergianmu juga kepercayaanku, sekarang pergi", dikta masih diam chand sudah tak reda langkahnya membawa dia pergi meninggalkan dikta yang masih diam ditempatnya, membiarkan chand pergi

Chand rapuh tapi sudah mati rasa soal pedih berhadapan dengan dikta, dulu sulit sekarang tidak sama sekali, 'dikta jahat dan harus dijauhi' itu yang ada dipikiran chand sekarang, terserah mau dibilang makin keras kepala atau apapun terserah.

Ia mencari metromini ke arah bekasi kota untuk kerumah sakit abangnya berada, duduk didekat kaca dan mendengar lagu fall for you dengan headsetnya.

"drama banget si gua jadi manusia", dia membuka headsetnya tidak mau jadi manusia novel, bukan seperti ini cara ia melepas penat, buka chand banget.

Metromini hanya berisikan dirinya, ibu hamil di depan, bapa-bapa pulang kerja yang tertidur, mba-mba yang sepertinya baru pulang main dari mall di bekasi barat, juga supir serta kenek itu tidak melaju terlalu kecang, angin bekasi menenangkan, terserah mau dibilang ke bekasi harus pakai roket atau apapun itu, tidak usah mampir karena bekasi sudah penat sekarang.

"mau kemana neng?", tanya kenek yang sedang menariki ongkos para penumpang

"rumah sakit di jalan kartini bang", ujarku menyerahkan selembar goceng

"oalah, serem amat masih pake seragam, malem-malem ke rumah sakit lagi, nanti diculik loh"

"penculik mana yang berani nyulik manusia ga napak kaya saya", si abang rada melotot dan melirik kakiku

"abangnya yang gampang diculik", ujarku bercanda

"et si eneng, saya kira beneran dedemit", si abang tertawa dan kembali mundur ke pintu metromini.

'salah ngga ya omongan ku tadi', hatinya terus mempertanyakan soal kejadian tadi, tapi menurutnya dikta harus tau, bukan minta dipedulikan, tapi ya supaya dikta merasa bersalah dan pergi.

"jalan kartini yo penumpang jalan kartini silahkan turun" abang-abang kenek berteriak sembari mengketuk-ketukan koin pada pintu metromini, teriak kenceng padahal sudah malem, kalau diperumahanku sudah digrebek pak rt mungkin ya

Chand berdiri dan keluar "hati-hati eneng ga napak", sang supir langsung menengok ke arahku

"hahaha si abang gampang diculik", kenek itu menertawai rekan kerjanya, makin malam makin gajelas.

Chand memasuki rumah sakit, memang bukan jam jenguk sekarang jadi keadaannya sudah sangat sepi, ditemuinya suster yang merawat bang ariq
"chand, aku mau kasih tau kamu sesuatu, sini",

chand menghampiri suster tersebut yang memang berjarak dengannya
Setelah dekat, sang suster menarik pergelangan chand dan membawanya ke arah ruangan tempat abangnya dirawat.

"kenapa sust?", chand bingung juga takut setelah didepan pintu kamar abangnya

Sang suster langsung membuka pintu ruang rawat dengan pelan, abangnya masih tertidur seperti kemarin kemarin.

Chand menaikkan sebelah alisnya bingung, menatap suster yang membawanya mendekati bang ariq.

Dan tiba-tiba bang ariqnya membuka mata tersenyum menatap chand, chand hanya melongo, "tuhan tuhan tolong chand tuhan" matanya memejam

"chand, bang ariq janji gaakan berulah lagi chand, chand bang ariq sayang ade abang", abangnya bersuara meski pelan namun terdengar.

Chand bingung harus apa, ia menatap suster seperti meminta saran harus apa dia sekarang, tubuhnya benar-benar mematung, suster hanya tersenyum dan melakukan kontak mata menyuruh chand memeluk abangnya.

Pelan-pelan chand meraih tubuh yang terbaring sadar, kelamaan sang abang menarik tubuh adiknya untuk cepat dipeluk.

"sejak kapan lu jadi drama gini si chand", bang ariq tertawa

"abaaaaaaang", chand mengeratkan pelukan dan menangis di pelukan abangnya melebihi anak kecil

"sshhht, chand ih ganggu pasien yang lain", bang ariq menepuk nepuk pundak chand

"abang jangan tidur selama kemarin bang, chand sayang abang, abang ga sendiri bang"

chand masih meraung terharu, tubuh yang kemarin selalu terbaring mendengar ceritanya tanpa merespon kini bisa memeluk dirinya seerat ini, dunia tidak kejam, chand cuma butuh belajar.

SENYAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang