22

1K 109 1
                                    

Langit hitam pekat kini hadir menggantikan langit biru yang cerah. Matahari telah menyelesaikan tugasnya dan sekarang giliran sang bulan bersama bintang.

Gadis berambut coklat muda itu sedang berada di kamar temannya. Bukan, gadis itu bukan temannya melainkan sahabatnya.

Ya sahabat yang rela berkorban dengan menukar nyawanya sendiri. Sulit rasanya untuk tersenyum kembali seperti dulu, sang Kapten sudah memperingatkannya untuk tidak terlalu memikirkan hal ini.

Dia tau itu tapi rasa bersalah itu terus hadir, air mata yang berusaha di bendungnya akhirnya pecah juga. Hingga sebuah elusan di punggungnya membuatnya langsung memeluk orang itu erat.

"sudahlah Petra" ucapnya

"hiks aku...hiks rasanya sulit sekali Hanji" balasnya.

"ayo kau harus kembali ke kamarmu dan beristirahat " ucap Hanji sambil melepaskan pelukannya.

Petra menggelengkan kepalanya
"aku akan tetap di sini dan menemani Sakura " balasnya bersikukuh

"baiklah tapi jangan paksakan dirimu. Jangan sampai dia memarahimu lagi, aku pergi dulu selamat malam " pamit Hanji.

"iya, selamat malam " balas Petra, dia tau maksud Hanji. Tentang 'dia' terutama.

Setelah kepergian Hanji Petra berjalan ke arah ranjang sederhana milik Sakura dan duduk di samping ranjang itu membiarkan lututnya berada di atas lantai kayu yang dingin.

"Sakura apa kau tau, aku tersiksa di sini tau. Jadi cepatlah bangun dan hibur aku dan juga ambil rasa bersalah ini " lirihnya sambil menggenggam tangan Sakura.

Dia melirik ke arah jam ternyata sudah hampir tengah malam pantas saja Hanji memintanya untuk istirahat.

"apa kau tau? Dia kini mulai bersikap baik padaku. Pribadinya yang terkenal tegas dan kalem beruban hangat dan itu membuatku nyaman "

Petra mengusap lembut tangan halus itu dan melirik ke arah bulan sekejap lalu beralih menatap wajah Sakura.

"aku tau ini tidak benar dan tidak seharusnya tidak terjadi"

Dia akhirnya menenggelamkan wajahnya di atas ranjang.
"tapi aku sadar bahwa aku tidak bisa membohongi hatiku bahwa aku menyukainya. Selamat malam Sakura " ucapnya lalu mata orange itu perlahan tertutup dan akhirnya gadis itu mulai memasuki alam mimpi.

...

Pria itu duduk termenung di kursinya di depannya ada setumpuk kertas yang baru saja selesai di kerjakannya beberapa menit yang lalu. Hingga suara decitan pintu yang terbuka membuat pandangannya teralih.

"ku kira kau sudah tidur " ucap Hanji

"aku punya insomnia jadi aku bukan tipe orang yang mudah tertidur. Dan bagaimana aku bisa tidur jika semua tugas sialan ini terus mengganggu hah?!" marahnya.

"hey tenanglah lagipula itu hanya beberapa kertas" balas Hanji sambil tersenyum kikuk.

"sedikit kau bilang. Asal kau tau tumpukan kertas itu hampir membuatku gila " bantahnya.

"baiklah baiklah. Aku minta maaf karena sudah merepotkanmu dan aku ucapkan terima kasih karena sudah membantuku menangani kertas ini " ucap Hanji berusaha mengakhiri pertengkaran mereka.

"ya "

Gadis berkacamata itu bersandar pada dinding dan melirik ke arah sang lawan bicara, "tak bisa ku percaya sudah 4 bulan dia koma " ucapnya.

"ya, sebagian dari kita masih saja merasa kehilangan sampai sekarang "

"iya terutama anggota Squadmu, hah dia itu. Sudah beberapa kali aku melihatnya menemani Sakura semalaman"

"benarkah? " tanyanya yang di balas anggukan kepala dari Hanji.

"dia terlalu memaksakan diri. Aku sudah beberapa kali meminta Mikasa untuk memindahkannya ke kamar saat dia tertidur " jawab Hanji.

Levi yang mendengarnya hanya bisa diam, dia juga sudah beberapa kali memergoki gadis itu berada di kamar Sakura tengah malam. Sempat terpikir baginya untuk menemui gadis itu tapi dia selalu mengurungkan niatnya karena dia pikir gadis itu butuh waktu.

Dan yang bisa dia lakukan adalah mengamati gadis itu dari jauh.

"kau harus ungkapkan apa yang ada di dalam hatimu. Ingat, kesempatan tidak akan datang dua kali. Saat penyerangan Female Titan waktu itu ,kau hampir kehilangan gadis itu untuk selama selamanya " ucap Hanji memperingatkan tentang hari yang akan menjadi hari ketiga terburuknya.

Setelah kehilangan ibunya Kuchel Ackerman dan juga kehilangan kedua teman temannya Farlan dan Issabel.

Mengingatnya saja sudah membuatnya kesal. Bagaimana tidak, dia menyaksikan di depan matanya Issabel dengan kondisi tubuh yang mengenaskan dengan kepala yang terpisah dari raganya dan juga Farlan yang tubuhnya setengah hancur bahkan ususnya berceceran keluar.

"aku tau. Sebaiknya kau kembali ke kamarmu " usir Levi lalu dia melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya sendiri.

"aku harap kau bahagia bersamanya " gumam Hanji pelan kemudian pergi ke kamarnya.

Levi melangkahkan kakinya mantap ke sebuah kamar, Hanji benar kesempatan tak akan datang dua kali. Tapi dia sedang menunggu saat yang tepat untuk mengatakannya.

"sudah ku duga " gumamnya sambil melirik ke arah posisi tidur sang gadis.

Levi memandang wajah gadis yang sedang tertidur selama 4 bulan itu. Seketika kata kata terakhirnya terus berputar di kepalanya mencoba untuk terus mengingatkannya.

'jika dalam waktu 6 bulan aku tidak sadar itu artinya aku mati '

"masih tersisa dua bulan dan ku harap dia sadar " gumamnya.

Pandangannya kini beralih ke arah sosok yang ada di sebelah kanannya dalam posisi tertidur. Senyum tipis yang jarang dia berikan kini hadir di wajahnya.

Dia mengusap lembut rambut coklat muda itu lalu beralih ke arah tangannya.
Mengusapnya lembut mencoba untuk memberi kehangatan pada tangan dingin itu.

"jadilah seperti dulu Petra " ucapnya lalu menggendong gadis itu ala bridal style.

Petra yang tampak nyaman dalam gendongan Levi terlihat tersenyum dalam tidurnya membuat Levi mau tak mau ikut tersenyum tipis.

Dia membuka pintu kamar gadis itu dengan kakinya dan merebahkan gadis itu di ranjang sederhananya lalu mulai menutupi tubuhnya dengan selimut.

Levi mengusap lembut pipi Petra dan memandang wajah cantik itu. Rasanya seperti mimpi dia akan kehilangan gadis itu selama lamanya jika saja Sakura tidak menolongnya.

"selamat malam Petra " ucapnya lalu berjalan ke arah kamarnya.

I Am Give Up✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang