PART 1 - Kehidupan Annisa

18 1 2
                                    

Seorang anak SMP sedang sibuk menali tali sepatu warna hitamnya dengan tergesa-gesa. Terdengar sang ibu sudah memanggil namanya untuk segera naik ke dalam mobil, karena mereka memiliki tujuan yang sama sehingga berangkat setiap hari selalu bersama. Ya, tepat sekali. Sang ibu dari anak bertas punggung coklat itu adalah guru di tempat dia mengenyam pendidikan menengah pertamanya.

"Ayo nisa. Kamu bisa pakai sepatu didalam mobil sayang." ucap ibu Annisa dengan lembut tetapi mengandung unsur ketegasan didalamnya.

"Iya ibu, tunggu sebentarrrrrrr." teriak Annisa dari dalam tempat rak sepatu diletakkan.

Annisa langsung lari terbirit-birit karena takut ditinggal oleh sang ibu. Ya walaupun begitu, Annisa belum pernah ditinggal sang ibu ketika berangkat sekolah. Karena jelas saja sang ibu tidak akan tega meninggalkan sang anak semata wayang. Akan berangkat dengan apa dia ke sekolah, sebenarnya ada motor tapi Annisa tidak bisa menggunakannya. Ya Kalian tahu lah kenapa. Ya, betul sekali. Karena kedua orang tuanya sangat 'overprotektif' kepada Annisa, hal ini karena mereka tidak mau terjadi apa-apa kepada sang anak. 

Dulu pernah terjadi hal yang kurang enak untuk diingat. Waktu itu, annisa sedang berlatih untuk mengendarai sepeda ketika kelas 1 SD. Dengan didampingi sang ayah dan disemangati oleh sang bunda, Annisa giat berlatih setiap hari tanpa mengenal lelah. Sampai suatu hari dia bisa mengendarai sepeda sendiri tanpa perlu didamping sang ayah lagi. Tanpa diketahui oleh Annisa, ternyata ada seekor kucing didepannya yang membuat dia secara otomatis langsung menekan rem depan dan belakang secara bersamaan. 

Kejadian itu membuat Annisa luka sobek di dahi dan lecet-lecet dibeberapa tempat lainnya. Hal ini membuat kedua orang tua Annisa panik bukan main, karena sang anak tidak menangis hanya saja darah mengalir dari dahi sang anak. 

Mulai dari situ Annisa memiliki trauma terhadap sepeda dan kucing. Takut untuk menaiki sepeda kembali dan takut untuk menyakiti kucing, karena Annisa adalah pecinta kucing. Dengan berjalannya waktu Annisa bisa menyembuhkan trauma itu. 

Kejadian itu sedikit banyak memberikan pelajaran untuk mereka bertiga, oleh karena itu orang tua Annisa lebih protektif kepada anaknya walaupun sang anak sendiri tidak menyukai kata manja dan dilarang ini itu. Maklum lah masih ABG jadi rasa penasarannya mulai tumbuh. 

Sebenarnya orang tua Annisa memperbolehkan sang anak untuk melakukan apa saja yang dia sukai ataupun yang ingin dia ketahui. Hanya saja harus berada dibawah pengawasan mereka, hal ini disebabkan ketidak inginan adanya kelalaian yang selanjutnya berakibat fatal atau lebih fatal lagi.

Apalagi dalam hal pergaulan, terutama berteman dengan laki-laki. Hahahahah kedua orang tuanya sudah seperti menyeleksi calon pendamping hidup untuk anaknya. Begitu ketat dan banyak tahapan seleksinya. Hanya laki-laki yang sudah teruji saja yang bisa berteman dekat dengan Annisa, itu pun juga tidak bisa dibilang seperti itu. Karena tidak ada yang sampai berani mengantarnya pulang sampai rumah. Paling hanya bertemu disekolah atau mengerjakan tugas kelompok bersama dirumah salah satu dari mereka.

Ya begitulah kehidupan Annisa. Mau tidak mau dia hanya bisa menurit dengan ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan tanpa bisa diganggu gugat lagi. Lagi pula Annisa menyadari bahwa ini semua dilakukan oleh kedua orang tuanya untuk kebaikan dia sendiri.

YAKIN, KAMU YAKIN?Where stories live. Discover now