Lukisan

1 1 0
                                    


Angel menatap lukisan di depannya yang menampilkan pemandangan kota Seoul yang gemerlap. ada objek samar yang tergambar dari jendela gedung yang menatap kelangit.

"Kau begitu menyukai lukisan ini?" tanya seorang pria berambut ikal di sampingnya.

Angel masih fokus menatap lukisan tidak menjawab. Pandangan matanya seperti terhipnotis dengan objek samar itu.

"Apa yang kau tangkap dari lukisan ini?"

"Gemerlap... Sebuah kota pada umumnya. Hal yang terjadi pada manusia kota". Angel menengok kearah pemuda itu.

Pemuda menyipitkan matanya. "Kesepian," ucap Angel.

"Menurutmu begitu?"

"Ya. Mungkin kau ingin menjelaskannya padaku?"

"Tidak. Biarkan kau meyakini makna itu. Representasi pelukis sudah tak berlaku lagi jika karyanya sudah dinikmati orang lain".

"Mmmhhh.... Baiklah. Boleh aku bertanya?"

"Apa?"

"Kenapa perempuan ini menatap langit?" tanya Angel sambil menunjuk salah satu objek.

Pria itu tersenyum.

"Mungkin melihat bintang. Atau menahan air mata. Kau harus tanya pada perempuan itu Angel".

@@@

Angel menarik gaunnya yang panjang menjauhi kerumunan. Hari itu terpaksa Angel menghadiri acara pernikahan anak salah satu kolega perusahaan. Yang diinginkannya sekarang hanya tidur. Tubuhnya sudah sangat letih dan kakinya pegal.

"Akhirnya... Sepatu sialan," umpat Angel sambil membuang sepatunya.

Stileto setinggi sepuluh centi itu terlempar tepat di samping balkon. Angel berjalan sampai dipinggir balkon. Matanya menatap suasana malam yang penuhi lampu penerangan di sekitar gedung.

Angel merentangkan tangannya menikmati setiap hembusan angin.

"Di sini dingin. Kenapa kau kemari?" Angel menolehkan kepalanya ke belakang sambil terus merentangkan tangan. Dia melihat Hyun menghampirinya.

"Menikmati hembusan angin. Rasanya seperti aku bisa terbang bebas," ucap Angel kembali melihat kearah depan.

"Benarkah? Seperti apa rasanya terbang" bisik Hyun tepat di telinga Angel.

Angel bisa merasakan Hyun merentangkan kedua tangannya tepat dibelakangnya. Menggenggam tangan Angel lalu leher kanannya terasa berat. Hyun menaruh kepalanya disana.

"Titanic, bukankah itu sudah sangat tua?" tanya Angel masih memandang ke depan.

"Ya, tapi kau menyukainya kan?" tanya Hyun balik sambil mengeratkan genggamannya.

"Sudah tidak," ucap Angel sambil menggeleng.

"Kenapa?"

"Mereka berpisah Hyun. Itu menyedihkan... Aku tak suka sad ending," jawab Angel.

"Seperti kisahmu. Itu sebabnya kau tak menyukainya lagi?" tanya Hyun tanpa rasa bersalah.

Angel melepas genggaman tangan itu dan berbalik menatap Hyun. Mata itu saling menatap.

"Endingnya sama. Namun kisah kami berbeda".

"Hanya kau yang mencintainya, dia tidak. Dia menganggapmu teman tidak lebih seperti yang kau ingin kan. Sungguh menyedihkan".

"Ya, menyedihkan. Bisa kau tinggalkan perempuan menyedihkan ini. Aku butuh ketenangan," ungkap Angel dengan sarkas.

"Baik. Aku akan pergi. Aku cuma ingin bilang kau memang tak bisa memilih dengan siapa kau jatuh cinta. Bukan salahmu hal ini terjadi. Kadang cinta tak semudah itu. Tapi kau berhak bahagia. Permisi".

Angel mendengar langkah kaki yang menjauh. Angin berhembus membuat tubuhnya menggigil. Rasanya kosong, ntah karena ruangan itu. Atau hatinya.

Setitik air mata jatuh di pipi kiri Angel. Matanya memandang langit.

"Takdir apa yang Tuhan putuskan untukku?"

Revisi tanda baca doang.... Keren juga gua bisa nulis begini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 16, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Di AntaraWhere stories live. Discover now