PART 1

101 4 0
                                    

"Baru pulang mas?" Tanya Naya ketika terdengar bunyi klakson mobil didepan.

Naya berjalan menuju ke arah Arsen kemudian mencium tangan Arsen.

"Iya nay, kerjaan banyak banget. Belum lagi Sekertaris aku ngundurin diri, jadi ya harus aku yang ngehandle semua pekerjaan" jawab Arsen sambil melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya itu.

"Terus, mas rencananya mau cari sekertaris baru kapan?" Tanya naya samb berjalan beriringan dengan Arsen.

"Belum tau, mungkin besok. Biar Alden yang nyari, aku terima beres aja"

"Idih, mentang-mentang bos" cibir Naya.

"Biarin" Jawan Arsen cuek.

"Mau aku bikinin apa mas? Kopi? Atau Teh?" Tawar Naya.

"Nggak usah, Aku mau langsung mandi aja. Gerah banget"

"Yaudah aku siapin airnya dulu ya"

Setelah Naya berlalu ke kamar mandi untuk menyiapkan Air Hangat. Arsen berbaring di kasur. Memejamkan matanya. Berharap penat yang dia tanggung berkurang. Baru beberapa menit memejamkan mata, Arsen mendengar suara Naya memanggilnya bahwa air sudah siap. Arsen-pun langsung berjalan menuju kamar mandi.

"Kamu jangan capek-capek ya, ntar baby kita juga ikutan capek" Ucap Arsen sambil mengelus lembut perut Istrinya.

Naya sedang mengandung anak Pertama mereka. Usianya baru menginjak 2 bulan. Betapa bahagianya Arsen saat mendapat kabar bahwa istrinya,Naya sedang mengandung buah hati mereka.

"Iya mas. Udah buruan kamu mandi. Udah bau banget tau" cibir Naya sambil menutupi hidungnya.

"Bau-bau gini juga kamu suka kan" goda Arsen.

Bukannya menjawab. Naya langsung berjalan menuju lemari untuk menyiapkan baju yang akan dipakai Arsen.

20 menit kemudian.

Ceklek.

Terdengar decitan pintu kamar mandi yang terbuka. Rupanya Arsen sudah menyelesaikan ritual mandinya. Arsen berjalan menuju kursi meja rias dimana baju yang dipilih Naya diletakkan disana.Berjalan lagi menuju Walk In Closet untuk mengganti pakaiannya.

Selesai berganti pakaian, Arsen berjalan meuju kasur dimana istrinya berbaring. Oh, rupanya Istrinya tertidur. Mungkin kelelahan mengurus rumah. Karena tidak ada pembantu. Diamatinya wajah Naya yang selalu cantim dalam keadaan apapun. Naya yang sangat dicintainya. Naya, Hidupnya. Mendekatkan bibirnya ke kening Naya. Dikecup dengan lembut. Menyalurkan segala kasih sayang. Arsen ikut berbaring di sebelahnya. Memeluk Naya. Dan lewat beberapa menit. Mata Arsen sudah terpejam. Bermimpi bersama Naya.

I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang