RE-FALL ; Athalena (EH-JK)

(2). Madevasaka

Kita diciptakan untuk saling membuat pengalaman dan kenangan, terlalu manis hingga terlalu sulit bagiku untuk melepasmu meski itu suatu keharusan.

.

🍃💐🍃

.

"Kuliah kamu gimana? Lancar?"

Pemuda berambut coklat yang sejak tadi fokus pada game di handphone nya hanya melirik sekilas.

"B aja sih, kenapa nanya-nanya?"

Jelas saja, wanita cantik dengan kerutan-kerutan lembut diwajahnya yang tadi bertanya mengernyit kesal.

"Nanda! Yang sopan kalau bicara sama mama"

Pemuda Madevasaka itu berdecak pelan, kemudian langsung melempar handphone nya ke meja.

"Nggak usah manggil gitu, jijik"

"Junanda!"

Mata pemuda itu menajam. Memandang sang ibu dengan sorot penuh kebencian.

"Ngapain pake acara ngurusin segala. Kaya biasanya aja deh, Ma"

Wanita paruh baya itu menghembuskan napas pelan.

Jemarinya yang baru akan menyentuh surai putranya ditepis seketika.

"Nanda harus ngerti, mama sibuk nak"

Junanda mendecak remeh.

Sorot matanya kembali menajam.

"Ngapain pulang? Udah puas main-main sama bajingan mama?"

"JUNANDA!"

Mendengar bentakan sang bunda, pemuda berkaos putih itu ikut naik pitam.

"Kalian pikir selama ini aku nggak tau hah? Mama selingkuh, papa juga selingkuh. Kenapa kalian nggak cerai aja sekalian?! Ribet banget jadi manusia"

Dalam hitungan detik, bahu wanita setengah abad itu terkulai lemas seketika.

Salahnya yang terlalu sibuk dengan semua embel-embel pekerjaan.

Salahnya yang jarang pulang walau hanya seminggu sekali.

Salahnya karena tak pernah memastikan apa yang putra nya makan setiap malam.

Salahnya yang tak pernah memberikan pengajaran seorang ibu pada putranya.

Salahnya yang terlalu terlena akan kenikmatan dunia.

Semua salahnya.

Jadi wajar saja jika putra semata wayang nya membenci nya hingga ke ubun-ubun.

"Maafin mama nak"

Junanda memutar bola matanya tak peduli.

"Telat."

Napas wanita itu tercekat, jelas.

Dia pikir hanya dengan memastikan putranya hidup lebih dari berkecukupan bisa membuatnya bahagia.