Hari ini, hari yang paling di takutkan yozora akhirnya tiba hari dimana pengumuman kelulusannya dari SMP akan di serahkan kepada orang tuanya.
Detik berganti,menit berlalu dan jarum jam mulai berputar tanpa henti yozora sangat takut jika mengecewakan ibunya meski kemungkinan itu sangat kecil karna ia selalu mendapat peringkat 10 besar di kelas.
Sejak bangun tadi perasaanya sungguh tak karuan dia hanya berguling guling di kasur atau berjalan kesana kemari tanpa tujuan. Seluruh badannya berasa panas dingin dan wajahnya sangat pucat.
Yang ada di pikiran yozora hari ini adalah jika nilai jelek pasti akan ada pengajian dari mamanya seharian penuh siap siap saja HP dan TV jadi bahan pembahasan utama belum lagi jika di banding bandingkan dengan anak tetangga.
Kadang yozora juga bingung kenapa orang tua selalu saja membandingkan prestasi anak nya padahal yozora yakin semua anak tentu sudah berjuang sekeras mungkin.
Orang tuanya membanding bandingkan seolah ingin sekali menukar tambahkan anaknya dengan anak tetangga.
Andai keadaan berubah dan yozora juga bisa membandingkan mama nya dengan mama mama tetangga yang tidak pernah menggelar pengajian akbar setelah pengambilan rapot.
"Atau mama di loak saja ya, siapa tau habis itu aku dapet mama baru di tempat loak hehe" tiba tiba terbesit pikiran gila di otak yozora
"Astagfirullah kenapa aku malah ketularan gendeng kayak kak mirza, perasaan aku belum pup jadi ngga mungkin kewarasan ku kesentor di toilet kayak punya kak mirza "
Dan akhirnya...
"Sayang..."
panggilan itu berhasil membuat jantung yozora ingin melompat keluar dari rongga dada nya. Dia langsung berlari menuju Suara mama yang kini berada di depan pintu kamarnya."Mama gimana hasilnya bagus enggak ma, aku dapet peringkat berapa ma, ngecewain mama apa engga, maaf ya ma kalo ngecewain aku udah berusaha sebisanya kok ma, mama jangan marah kalo nilai nya jelek ya ma ma jawab dong ma jawab" cerocos yozora
" iya sayang pelan pelan gimana mama mau jawab kalo kamu ngomong terus" ucap mamanya yang kini sedang mengusap rambut putrinya dengan lembut
"Hehe iya deh maaf ya jadi gimana hasilnya ma?"
"Anak mama ga perlu khawatir nih hasilnya"
Mama mengulurkan buku yang di dalam nya berisi hasil ujiannya tersebut dengan wajah datar, dan membuat yozora semakin resah.
"Wooaahhhh beneran ini ma? Seriusan ini? Mata ku ngga nipu kan? Aku peringkat 1 pararel?"
Yozora berteriak girang akhirnya tidak ada pengajian akbar hari ini dan tidak perlu meloakkan mama nya eh maksudnya senang karna nilai nya bagus.
"Iya selamat ya sayang kamu emang selalu bikin mama bangga jadi mau hadiah apa nih?" tanya mama sambil menatap wajah yozora sambil tersenyum.
"Emmm aku mau...."
Brakk
Tiba tiba pintu di buka dan munculah pria super gendeng yang tidak lain dan tidak bukan adalah mirza. Yang tanpa permisi langsung berkoar koar
"Makan makan aja tan gimana? Kebetulan nih calon menantu tante yang gantengnya kebangetan belum makan"
"mama tuh nanya ke aku bukan ke tutup botol oli iya kan ma?"
"Eh emang disini ada bola bekel ya tan?" tanya mirza yang bikin hhiiiihhh
"Gak ada hubungannya kak mirza-_-"omel yozora
"Ya kayak kita ini zo udah lama saling mencintai tapi tanpa hubungan" ungkapnya sambil memegang dada seolah merasakan sesak yang luar biasah.
Baru saja yozora ingin melempar vas bunga ke arah mirza, namun mamanya mencegah lalu mengucapkan
"Ya sudah ini, mama kasih uang buat makan makan tapi mama nggak bisa ikut karna ada arisan"
"Mama kok jahat sih masa mama tega biarin aku jalan berdua sama simpanse gendeng itu ma"
wajah yozora langsung berubah kecut."Lah nggak boleh ganti nama orang sembarangan sayang lagian kamu kan temenan sama mirza sejak kecil jadi mama nggak khawatir kan ada yang jagain"
"Dan tambahan lagi , aku kan calon menantu tante iya kan tan hehe"
mirza mengedipkan sebelah mata nya ke arah tante shinta (mamanya yozora)
"Apa menantu? Ogah mending aku nikah sama tayo ma dari pada sama kak mirza" yozora mendengus sebal
"Mama bingung kalian ini sejak kecil kok ribut mulu. Yodah gih berangkat sana jangan pulang malem."
Shinta melirik yozora yang dari tadi hanya bergeming.
"Zooo sayanggg..." panggil shinta penuh penekanan yang langsung di mengerti yozora bahwa jika tidak segera di turuti mamanya akan ngomel sampe abad depan.
"Iya mama, aku berangkat"
***
Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit akhirnya sampai di sebuah restoran, mereka turun dari mobil, lalu duduk di meja nomer 13.
"Mau makan apa kak? biar aku pesenin sekalian."
"Elu mau makan apa?"
"Steak"
"Kalo gitu gue pesenin daging anjing dengan sayur koll"
"Au ah kak pesen aja sendiri dari tadi bikin tensi naik aja"
"Ya kalo naik tinggal turunin aja gitu kok di bikin ribet"
"Ya Tuhan jaga lah lisan hamba agar tidak berkata kasar. Aamiin"
andai bukan di tempat ramai tentu mirza sudah di babat habis oleh yozora.
"Aamiin, hehe ya udah sebagai calon suami yang berhati setulus malaikat, abang mirza aja yang pesenin tunggu bentar ya sayang jangan kangen ya"
"Najis!!!"
Belum sampai 15 menit setelah kedatangan mirza kembali. Pesanan sudah siap di meja. Yozora menghabiskan makanannya dengan tenang tidak seperti mirza yang menghabiskan makanan seperti belum makan seminggu. Sangat rakus
"Zo gue tunggu di mobil ya uangnya elu yang bawakan, jadi elu yang bayar"
"Oke, duluan aja kak"
Setelah mirza keluar dari restoran yozora memanggil pelayan untuk membayar bill.
"Jadi berapa mbak?" tanya yozara sembari mengeluarkan dompet dari tasnya
"Meja 13 atas nama mbak kasiyem ya?"
"Hah!? Nama saya yozora mbak bukan kasiyem"
"Tapi di sini atas nama mbak kasiyem lagian meja nya juga benar nomer 13 kok mbak"
Yozora tak perlu ragu lagi siapa dalang yang dengan berani merubah namanya dengan nama kasiyem.
Setelah selesai dengan urusan bill yozora buru buru ke parkiran restoran dan langsung masuk mobil mirza dan..
"KAK MMIIIRRRZZAAAA!!!!!!"
#Author
Hayo loh mirza bakal diapain wkwkw
Konfliknya baru akan mulai di part selanjutnya
Jangan lupa vote dan komentarnya ya temen temen
Maaf kalo ada kesalahan
KAMU SEDANG MEMBACA
Mangetsu
Teen Fiction"Gadis penikmat capucinno itu...berhasil membuat rinduku terus meraung raung dari kedalaman sana, dan aku berhasil membuatnya jatuh dalam harapan, sementara aku sendiri masih ragu apakah bisa memberi kepastian atau penghianatan. hingga akhirnya...