Sempurna bila dikatakan rusak, cacat bila dikatakan indah. Hari-hari semakin kelam dan mengelam. Sayang amat disayangkan, jendelaku kini kini bukan pandangan hijau lagi. Warnanya kelabu, tembok kokoh berlapis semen.
Persis rasanya, seperti saat surat itu pertama datang ke rumahku, 7 tahun silam. Lucu sekali mengingatnya, sampai hampir terbatuk aku tertawa. Surat anonim berwarna merah jambu, dengan judul simpel namun terkesan 'norak'. Kupikir kata pertamamu untuk mengawali surat adalah 'halo' atau basa-basi lainnya, ternyata mitos.
Kau berbeda. Sampai surat anonim ke 12 pun masih begitu anehnya. Namun aku tahu, makhluk manapun selalu mengalami perubahan. Tragis, perubahanmu kusadari semu. Kita memiliki terlalu banyak kesamaan, sampai aku lupa dimana itu perbedaan. Benar-benar lupa.
Penulis surat anonim merah jambu, terima kasih atas ribuan aksaramu.
Salam maaf kutitipkan, karena aku tidak akan mengirim surat itu lagi.
09.05.2017
XXIII.ILII
#sajakbaratlaut
.
.
.
.
.
.
Sumber: @yulfiashela (ig)