10. The Conductor

1.5K 209 123
                                    

Menolong orang yang tidak dikenal bukanlah kewajiban. Namun, kemanusiaan seseorang akan dipertanyakan ketika mampu mengabaikan. Entah pada akhirnya hal buruk yang akan menimpa, manusia memang cenderung menuruti hati nurani, dan akhirnya terjerumus pada masalah pelik yang membebani diri sendiri.

.

oOo

.

Wanita dengan mahkota kecil di puncak kepala itu memperkenalkan diri dengan nama Agnina Satya Boga. Bukan penduduk asli Yadenie, dan mengaku sebagai warga Kerajaan Fuwalu. Sebuah kerajaan tetangga yang cukup akur dengan Yadenie.

Usai ditolong sedemikian rupa oleh rombongan Rozen, Agnina meminta untuk segera pergi ke kota. Tidak ingin berlama-lama berada di dekat Kartaoka. Entah apa alasannya, ia tidak membeberkan dengan detil.

Namun, melihat bagaimana wajah pucat Agnina, para penyihir remaja itu pun tidak ingin keras kepala bertanya. Mungkin memang Agnina punya pengalaman buruk di Kartaoka, dan belum ingin mengungkapkan secara gamblang pengalamannya pada orang asing. Meskipun orang asing tersebut sudah bersedia menolong tanpa banyak pamrih.

Satu yang ditekankan Gekko ketika berbicara kepada Agnina, yaitu supaya wanita itu tidak membahas identias asli teman-temannya yang merupakan penyihir.

Agnina mengiyakan, tetapi sebagai kompensasi, dia ingin diantar sampai Fuwalu dengan selamat. Agak keterlaluan memang, hampir-hampir tidak tahu balas budi. Untung saja tujuan perjalanan mereka sama, sehingga rombongan penyihir dan seorang manusia itu mengamini kesepakatan tersebut.

Dari perjalanan malam yang cenderung tenang, juga berkat Agnina yang mengerti jalur tercepat sekaligus aman dilewati, mereka pun tiba di tepi kota lebih cepat.

Seperti biasa, matahari di Athanasia memang lambat terbit, sehingga ketika sampai di Kota Yadenie, langit masih begitu gelap. Belum terlihat garis merah di sebelah timur, bahkan gemintang berkelip-kelip seperti tak tahu waktu. Meskipun begitu, Gekko sudah menyarankan untuk segera meminum ramuan penyamar aroma. Berjaga-jaga jika ada naga yang sudah berkeliaran di jam-jam lelap.

"Dari mana kalian mendapat obat seperti itu?" tanya Agnina penasaran. Lensa kuningnya bergerak mengikuti arah botol ramuan yang digilir.

"Bukankah sudah kukatakan untuk tidak bertanya terlalu jauh?" Suara Gekko menjawab keingintahuan Agnina.

"Maaf." Wanita itu hanya memalingkan wajah, tidak ingin menatap mata Gekko secara langsung. Takut diomeli, lebih tepatnya takut dimusuhi. Sebab dari pertama bertemu, Gekko selalu berkata ketus padanya. Ia merasa dibenci.

"Tidak perlu merasa bersalah, Agnina. Meskipun ucapan Gekko benar, tapi dia tidak membencimu. Cara bicaranya memang begitu."

Agnina lekas menatap Alice, yang baru saja berusaha menghiburnya. Ia cukup terkejut karena Alice seolah mendengar isi hatinya, tetapi ia juga tak kuasa menahan senyum. Diberikannya sedikit lengkungan manis untuk Alice, dan untungnya dibalas dengan tidak kalah manis.

Gadis yang ini sangat pengertian.

Akhirnya, ketika langit sudah cukup terang, Agnina mengajak rombongan ke pasar terdekat. Ia ingin segera mengenakan pakaian yang layak.

Meskipun tak merasa kedinginan, jubah yang diberikan Gekko masih tak cukup menutupi tubuhnya secara keseluruhan. Lagi pula, jubah tersebut terlalu pendek, sedangkan tubuh Agnina hampir setinggi Rozen. Bisa dirasakannya angin berembus di sekitar paha, menggelitik hingga ke bagian yang sebenarnya sensitif. Jika sudah begitu, pipi Agnina akan merona seolah tanpa penyebab.

THA : Athanasia of DrakousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang