Ssst, Tetangga Baru

12 0 0
                                    

Bruk!!

"Aku pulang."
Kulempar tasku ke sembarang arah dengan brutal. Masa bodoh kena orang apa enggak, orang aku lagi di rumah sendiri.

Iyah, sendiri. Tulisan di pintu masuk rumah menjadi pertanda bahwa ibuku lagi keluar arisan, dan pake uang tabunganku buat arisan. Hah! Arisan aja gak modal!

Tapi aku badmood bukan hanya karena itu. Alasan lainnya adalah karena kutahu kenyataan bahwa pelukan yang kuterima sebelum pingsan di sekolah tadi hanyalah ilusi.

Kok bisa tahu? Ya iyalah! Bangun-bangun aku sudah ada di atas kasur UKS ditemani anak ekstra PMR. Dia bilang bapak penjual cilok sekolahan, sebut saja pak Jeno, menemukanku pingsan di kamar mandi. Dia manggil anak PMR, digotong lah tubuhku ke UKS. Udah selesai.

Haaaaahhhhhh.......

Trus, gegara guru bk ku gak masuk yang gantiin guru penjas super killer satu sekolahan. Berujunglah diriku hanya berduaan dengan lapangan. Ngapain lagi, yah aku dihukum lah! Padahal, sudah bilang kalau aku anak baru yang baru saja masuk sekolah untuk mengikuti MOS, tapi tak ada ampun bagiku.

Haaaaaahhhhhh....

Dasar! Guru tiri! Apalah dayaku yang tak bisa mengutuknya.

Pulangnya hpku mati, jadi gak bisa minta dijemput. Akhirnya, gak ada yang jemput, lalu aku naik bis. Ditengah perjalanan ada demo besar-besaran, dan bisnya tidak bisa melanjutkan perjalanan. Terpaksa aku berjalan kaki melewati lembah, mengarungi sungai, mendaki bukit dan gunung. Hingga akhirnya, bertemulah aku dengan ojek. Baru naik, mesinnya sudah mogok, minta uang buat benerin lagi.

Gak modal!

Haaaaaahhhhhh....

Sesampainya di rumah, uang tabunganku amblas.

Haaaaaahhhhhh.....

Ingin ku teriak~~~~

Teparlah daku di atas sofa yang tidak empuk ini sambil meratapi nasib.

1 jam kemudian...

Hah, bosen!

Yap, gimana gak bosen? Daritadi aku hanya tepar di atas sofa sambil barnapas. Akhirnya, kuputuskan untuk menyalakan tv dan melihat program-program tv yang semoga saja bisa menghibur.

Tit!

TV menyala dan....

Ayo kawanku mari kita pergi~
Mau kemana kita?
Ke jonggol~
Mau kemana kita?
Ke Jonggol~

O'o, apa kalian melihat sweper disana?
Dimana?

Alah, banyak nanyak.

Tit!

Ganti channel....

Judi~
Judi~
Oh judi~

Alah, nih program apaaan?

Tit!

Ganti channel...

Di dangdut akademi~

Ah, kelihatannya lumanyan bagus.
.
.
.
.
.
Inginku teriak~

Tit!

Tv mati....

Program tv gak bermutu!

Haaaaaahhhhhh....

Mending tepar manjah....

Tok!! Tok!! Tok!!

"Permisi..."

Hm, bahkan mau tepar manjahpun daku tak bisa.

Kuhampiri pintu dengan rasa malas yang luar biasa. Siapapun dia, ia telah datang pada waktu yang tidak tepat. Oh, aku tak akan minta maaf jika nanti perilaku tak sopan terhadap tamu yang satu ini.

Ceklek...

Pintu terbuka, seseorang tersenyum ramah padaku. Cogansih, mirip Jisung NCT Dream, tapi karena sudah terlanjur badmood. Yah, mukaku datar aja.

"Ada perlu apa?"
Tanyaku padanya dengan memasang muka yang berkata...

Tolong tabok wajah ini jika Anda melihatnya.

"Om swasti astu, saya tetangga mbok yang baru."
Meski wajahku sangat datar, dia sama sekali tak terusik dengan hal itu dan masih tersenyum ramah padaku seraya memberiku makanan sebagai tanda perkenalan.

"Terima kasih. Lo orang Bali?"
[ Kalau lagi badmood ngomongnya pake gue-elo.]
Jawabku dengan masih berwajah datar, kemudian mengambil makanan yang dia berikan. Yah, aku tak akan minta maaf karena tidak membalas senyum ramahnya.

"Inggih."
Katanya dengan masih tersenyum ramah. Daku salut, auraku negatif gini, daritadi gak ada sopan-sopannya. Eh, dia masih tetap ramah dan sopan. Coba kalau orang lain yang datang, dia pasti akan menabok wajah daku saking ngeselinnya.

"O h."
Jawaban singkat yang mengesalkan terucap dari bibirku. Namun dia biasa saja, sama sekali tidak merasa kesal. Justru aku yang kesal karena dia gak pergi-pergi.

"Aku masuk dulu, terima kasih."
Setelah mengatakan itu, aku masuk kedalam rumah dan menutup pintu perlahan.

"Tunggu, mbok!"

Ok, perkataannya berhasil membuatku berhenti menutup pintu lalu membukanya lagi.

"Kenapa?"

"Itu, mbok bisa tidak membenarkan kran air di rumah saya."

"Kalau tidak merepotkan."
Sambunya lagi.

Ku menghela nafas..

Haaaaaahhhhhh....

"Benerin kran sih bisa, dulu sering bantuin ayah benerin kran. Tunggu sebentar, kuambil peralatannya dulu."

"Terima kasih."
Senyumnya semakin lebar setelah mendengar jawabanku. Dia memang manis...

Bersambung...

[PS: Mbok adalah sebutan perempuan yang tidak dikenal dalam bahasa Bali. Kalau orang Jawa biasa memanggil dengan 'mbak' biar sopan.]

Jujur, sebenarnya ini adalah cerita yang paling saya sukai dari semua cerita yang sebelumnya saya buat.

Kenapa? Karena salah satu part disini terinspirasi dari kisah nyata. Makanya feelnya dapet banget buat saya.

Semoga kalian yang membaca juga suka.

Enjoy read;-)

PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang