Ketika Waktu Berjalan

20 2 0
                                    

A

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A

ku tumbuh menjadi seorang gadis pekerja keras. Aktif dalam berorganisasi, bertanggung jawab, dan dapat dipercaya. Eits, aku tidak sedang kampanye.


Dan berkat kerja kerasku itu, aku berhasil masuk ke sekolah SMA terfavorit di seantero kota Surabaya. Yah, meski dengan nilai pas-pasan.

Ting! Ting! Ting!

Bel berbunyi dari dalam gerbang sekolah. Aku yang awalnya berjalan dengan santai kini lari terbirit-birit ke arah gerbang.

Alamak! Telat aku!

Kulihat jam tanganku yang menunjukkan pukul 07.30. Bukannya panik karena telat, jam itu adalah pertanda rejeki bagiku. Hari ini adalah hari Senin, waktunya untuk upacara bendera, dan karena aku telat, jadi gak usah ikut upacara.

YEEEEEESSSSS!!!!

Kemarin, aku gak sengaja mendengar perkataan guru-guru bahwa guru bk sekolah hari ini lagi gak masuk.

YEEEEEESSSSS!!!!!!!

Rejeki nomplok!

Dengan tenang dan santai aku menunggu gerbang terbuka. Saat menunggu, tak sengaja kulihat seorang pria mengenakan baju hitam dengan topi hitam yang menutupi wajahnya keluar dari kamar mandi belakang sekolah.

Aku penasaran pada apa yang dilakukan pria itu. Jadi aku beranjak dari depan gerbang, berjalan menuju kamar mandi.

Ada pagar kecil yang menghalangiku untuk memasukinya. Tapi itu bukan masalah, cukup dipanjat sedikit dan selesai! Aku berhasil masuk ke dalam kamar mandi.

Aneh, tak ada yang mencurigakan disini.

Aku meraba-raba setiap benda yang ada disana untuk memastikan. Tapi nihil! Tak ada sesuatu yang aneh disana. Sudahlah, mungkin dia hanya lewat. Akhirnya, aku menyerah dan melangkah pergi meninggalkan ruangan itu. Hingga aku tak sengaja tersandung sesuatu.

Bruuuk!

Duh, terkutuklah apapun yang membuatku jatuh!

Kutundukkan kepalaku untuk melihat hal yang membuatku jatuh. Lantai rupanya. Sekilas lantai itu terlihat seperti lantai biasa. Namun bau amis yang tercium dibawahnya membuatku tertarik untuk mengangkat lantai tersebut.

Tak butuh banyak tenaga, lantai itu terangkat. Nampak sebuah cekungan kecil berbentuk persegi dengan sebuah kotak di dalamnya. Aku terkejut saat melihat benda yang ada di dalamnya, itu...

Pisau? Darah? Sarung tangan?

Satu kata yang terlintas di kepala ku...

Pembunuhan?

Tunggu, kalau ini pembunuhan. Lalu, dimana korbannya?

Semua hal yang kutemukan terlalu janggal bagiku sehingga menyita semua perhatianku. Tanpa sadar, seseorang menjejalkan sapu tangannya ke hidungku dari belakang.

Perlahan, aku menutup mata. Namun sebelum itu terjadi, aku sempat merasakan ada yang memeluk tubuhku. Kemudian, semuanya menjadi gelap dan hangat.

Entah kenapa, kehangatan ini membuatku teringat dengannya. Pohon tangguh yang telah melindungi ku. Jika benar itu dia, kuharap ini bukan mimpi.


Bersambung...

PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang