TERLAMBAT MEMINANGMU

6K 197 13
                                    

Aku berlari dengan nafas memburu. Otakku seakan berhenti berpikir, dada sesak, penuh, semua sesal dan sedih berkecamuk jadi satu. Kususuri jalanan kampus yang masih basah karena hujan kemarin malam. Aku benar-benar kalut, bingung. Pikiranku mulai bergumam sendiri dengan batinku.

"Beginikah jadinya? Beginikah rasanya mengakhirkan harapan?

Beginikah rasanya menghentikan cinta yang sudah terlanjur dalam?

Aku harus berkata apa? Bertanya pada siapa?"

Jalanan ini tentu saja takkan memberi jawab. Sore menuju senja yang selalu indah ini tentu saja takkan menenangkanku. Aku tak bisa berbuat apa-apa selain kekalutan yang luar biasa menghinggapi dada.

"Haruskah melepasmu cinta? Melepas segala rasa yang tumbuh subur merekah hingga kini dan entah kapan berakhirnya?

Haruskah ku bunga jauh-jauh penggal harap yang entah kenapa masih membuatku sesak ketika kutahu aku tak bisa memilikimu cinta?

Haruskah aku membalikkan semua waktu agar perasaan ini tidak pernah ada di dalam diri? Atau setidaknya...

Ahh... Allah... mungkinkah kau izinkan aku mengembalikan kekosongan jiwa agar yang terisi hanya KAMU?

Hanya KAMU ya Rabb...

Hanya KAMU...

Hanya KAMU yang kucinta. Mungkinkah ya Rabb?"

Dadaku semakin sesak. Air mata lagi-lagi dengan tak sopannya keluar tanpa pernah mau kuperintahkan. Aku laki-laki, dan kini aku menangis.

"Aku benci dengan perasaan ini. Benci dengan keadaan ini.

Aku sadar aku harus bangkit. Tak boleh lemah hanya karena kehilangan kesempatan merealisasikan harapku.

Aku tak boleh kalah, hanya karena imaji yang sedari dulu kubangun akhirnya pergi dan menghilang tanpa bekas. Aku benci dengan semua perasaan yang telah porak-poranda ini. Aku harus bangkit. Tak boleh seperti ini."

Kukuat-kuatkan hatiku agar tetap seperti dulu. Tenang dan segar. Namun percuma. Setiap larian kecilku mengelilingi kampus hijau ini, membuatku semakin tergugu. Pikiranku tak bisa untuk kuhentikan dalam mengingat Sang Permata Jiwa. Semua kenangan seperti tergambar jelas di benakku. Kenangan tentangnya semua menyeruak tanpa tahu betapa aku sakit ketika mulai mengingatnya.

Cinta... atau entah apa namanya. Kenapa begitu mempengaruhiku hingga semua alam rasionalku pergi entah kenapa. Maryam Syakila, sosok itu, yang mengisi penggal harapku hingga detik ini terus saja berkeliling di alam pikirku.

"Sedalam inikah perasaanku? Separah inikah aku tenggelam dalam cinta yang semu?

Jika memilikimu bukanlah takdirku, maka tolong berilah aku kesempatan untuk pergi darimu. Sejenak melupakan apapun tentangmu.

Aku ingin amnesia sejenak, tak pernah mengenal siapapun terutama kamu dari hidupku. Ini terlalu menghempaskan. Merebut semua rasaku.

Aku mati, mati rasa.

Dalam kekakuan, kebekuan, namamu masih saja ada. Harus ku kata apa, jika memang segalanya begitu dalam terasa? Harus kubilang apa, Cinta?"

Aku membodoh-bodohkan diriku sendiri setelah melewati lebih dari 3 kilometer. Berlari tanpa arah. Pikiranku tertuju kembali mengenang kisah usaha untuk melamar Maryam Syakila selama 2 pekan ini.

"Mohon maaf, apakah Zahra bisa membantuku mencari tahu perihal Maryam Syakila? Bukankah dia sahabatmu sejak SMA?" Sapaku kepada Zahra, sahabat dekat Maryam semenjak SMA. Setahuku mereka memang masih dekat hingga sama-sama melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia (UI). Kukirim WhatsApp singkat ini kepadanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mencintaimu Dalam Doa (MDD) - Ranking #1 INSPIRASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang