Di subuh buta, ibunya membangunkan Jaemin, membuatnya menggelung menampik guncangan yang ibunya berikan.
"Jaemin kita harus berangkat sekarang, jika tidak kita akan sampai tengah malam di London." suara ibunya memasuki gendang telinga Jaemin membuatnya langsung terduduk di kasur.
"Baik aku akan cuci muka dulu bu." balas Jaemin dengan suara serak dan muka bantalnya.
Ibunya mengangguk lalu membawa keluar koper besar milik Jaemin dan menaruhnya di ruang tengah.
Beberapa menit kemudian Jaemin mendatangi ibunya dengan wajah yang lebih bersih dan berpakaian rapi.
"Ayo taksinya sudah menunggu." ucap Sicheng.
Jaemin membawa tas kecil dipunggungnya dan menarik kopernya menuju taksi yang parkir di depan rumah. Sicheng sendiri hanya membawa koper berukuran sedang mengingat ia hanya menemani Jaemin beberapa hari di Inggris.
"Tidurlah dulu, ibu akan membangunkanmu ketika sudah sampai tujuan." kata sang ibu lalu membawa kepala Jaemin ke pundaknya.
Tiga hari lalu, saat Jaemin bilang ingin pergi ibunya langsung menyiapkan segala hal. Jaemin ingin bertanya bagaimana ibunya mendapat uang secepat itu, padahal biaya ke Inggris itu tidak murah. Tapi ibunya bilang semua sudah diatur dan ia hanya perlu menurut.
"Jaemin bangun sayang." panggil ibunya lembut membuat Jaemin mengerjapkan matanya.
Jaemin keluar dari taksi, matanya menangkap sebuah rumah unik. Ia sekarang berada di atas bukit, sekarang mungkin pukul 6 pagi karena matahari mulai naik.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah membayar taksi, Sicheng dan Jaemin mendekat ke pintu depan rumah minimalis itu. Sicheng lantas mengetuk pintu dan pada ketukan ketiga pintu terbuka, menampilkan seorang pria manis.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.