[4]

3.9K 723 155
                                    

VOTE & COMMENT JUSEYO

Suara langkah kaki yang tergopoh membuat Jaemin menegang, mereka sudah masuk rumah orang sembarangan di tengah malam, bagaimana jika mereka diteriaki maling?

Clack

Lampu menyala, Jaemin dapat melihat sekarang tempatnya berdiri adalah sebuah rumah dengan suasana nyaman, televisi berlayar tipis dan sebuah sofa panjang yang empuk berwarna hitam, ornamen yang terpajang di sepanjang dinding menandakan kalau si pemiliki rumah senang keliling dunia.

"Kalian sudah datang?" suara seseorang mengaggetkan Jaemin yang tengah mengamati ruangan itu.

Jaemin menoleh ke arah tangga, melihat lelaki yang sedang turun itu.

"Istirahatlah kalian pasti lelah, kita bicara besok pagi." ucap pria yang Jaemin yakini adalah tuan rumah.

Pria itu menjentikkan jarinya sebelum naik kembali ke atas, lalu terdengar bunyi pop pelan dari arah belakang dan suara kaki kecil yang berlari.

Jaemin menganga saat ia melihat makhluk di depannya, rasa kantuknya hilang diganti dengan rasa penasaran.

"Itu peri rumah, mereka bekerja untuk membersihkan rumah dan segala macamnya." Haechan menjelaskan sembari menahan kantuk.

"Tuan Taeyong dan tuan Ten anda bisa menempati kamar biasa, silahkan." ujar si peri rumah lalu menjentikkan jarinya dan pintu kamar di dekat tangga terbuka sendirinya.

"Tuan Sicheng juga bisa menggunakan kamar anda yang biasa." Sicheng mengangguk lalu berterimakasih, mengusak kepala Jaemin sekilas lalu mengucapkan selamat malam dan melangkahkan kakinya menuju pintu kamar di sebrang perapian.

"Tuan Haechan dan temannya, silahkan tempati kamar atas." kata si peri rumah lagi ramah.

Haechan mengangguk lalu menarik Jaemin untuk naik ke atas memasuki salah satu kamar yang Jaemin yakini adalah milik Haechan selama mereka menginap disini. Ranjangnya king size jadi cukup untuk mereka berdua.

Tanpa basa-basi Haechan menghempaskan tubuhnya ke kasur dan Jaemin melakukan hal serupa.

"Bubuk floo adalah pilihan terburuk untuk bepergian." ucap Haechan seraya memejamkan matanya.

Jaemin menoleh.

"Memang ada berapa cara untuk pergi bagi penyihir?" tanya Jaemin penasaran.

"Banyak, harusnya aku meminta berangkat pakai portkey saja kemarin." Haechan menggerutu hingga suara memelan secara teratur, ia tertidur.

Jaemin terkekeh, badannya sudah sangat letih, jadi ia menaikkan selimutnya sampai sebatas dagu dan mulai terlelap menyusul Haechan ke alam mimpi.

Waktu sudah menjelang siang ketika Sicheng membangunkan Jaemin.

"Ibumu betul-betul menyenangkan, dia membangunkanku dengan lembut. Ughh coba aku, mommy akan meneriakiku lalu menyeretku turun dari ranjang dengan ayunan tongkatnya." gerutu Haechan ketika Jaemin baru keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap.

Jaemin hanya terkekeh mendengar ocehan Haechan.

"Cepat mandi Echan, kita harus segera berangkat." ucap Jaemin.

Haechan akhirnya beranjak dari kasurnya dan segera menuju ke kamar mandi dengan handuk di pundaknya.

Jaemin keluar kamar dan turun ke lantai bawah ikut bergabung bersama yang lain untuk sarapan. Tak lama Haechan turun dengan rambut yang masih basah, pakaiannya masih kusut dan kaus kaki yang belum terpasang sempurna.

Hocus - FocusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang