Jaemin kini duduk di sebelah Haechan dalam sebuah bus yang akan membawanya ke pusat kota. Matanya terus bergulir menatap pemandangan diluar sana. Ia tak percaya jika ia benar-benar sudah ada di Inggris.
"Biar kutebak, pertama kalinya ke luar negeri?" tanya Haechan di samping kirinya.
Jaemin mengangguk antusias, membuat Haechan terkekeh.
Butuh waktu sekitar 30 menit dari rumah Hyunjin ke pusat kota. Kini mereka semua sudah turun dan berjalan ke arah sebuah stasiun kereta. Jaemin pikir mereka akan melanjutkan perjalanan dengan kereta namun dugaannya salah, karena sang ibu dan paman ten yang memaksa ingin di panggil paman, - padahal Jaemin ingin memanggilnya dengan sebutan bibi- mengajaknya menyebrang ke arah deretan pertokoan.
"Nah ini dia, Leaky Cauldron." ucap Ten bersemangat.
Jaemin melihat sebuah bar kecil dan terlihat kumuh di apit oleh sebuah toko burger disisi kiri dan sebuah toko musik besar disisi kanan. Tapi orang-orang yang melintas seolah tak melihat ada bar itu, mata mereka bergulir dari toko burger ke toko musik seolah di tengahnya adalah lahan kosong.
"Toko itu takkan terlihat oleh muggle." jelas Haechan yang sepertinya tahu arti tatapan Jaemin.
"muggle?" tanya Jaemin bingung.
"Mereka yang bukan penyihir kami menyebutnya begitu." jawab Haechan.
Jaemin mengangguk mengerti. Lalu mereka masuk ke dalam bar itu. Jaemin melihat ke sekeliling, di sudut beberapa wanita tengah duduk sembari bermain kartu dan berbotol-botol sherry yang sudah kosong. Di bar utama ada beberapa pria yang sepertinya tengah membicarakan soal Quidditch atau apalah itu, Jaemin tak mengerti.
"Halo Mr.Cha, kami membawa anak-anak untuk ke Diagon Alleys." sapa Ten ramah pada seorang lelaki paruh baya di belakang bar.
Orang yang dipanggil Mr.Cha itu tersenyum lalu mengangguk mempersilakan Ten ke sebuah pintu bercat hitam.
Lalu semuanya masuk ke pintu itu, sejauh yang Jaemin lihat itu hanyalah bagian belakang dari bar tersebut. Hanya ada sebuah tong sampah bersandar pada dinding bata yang tingginya melebihi atap bar itu sendiri.
Ten lalu mendekat, mengeluarkan sebuah tongkat dari kemejanya lalu mengetukkan tongkatnya tiga kali pada tembok. Dinding batu bata yang di ketuknya bergetar, ditengahnya mulau terdapat lubang kecil yang makin lama makin membesar membuat tembok batu bata kini bergantin dengan gerbang keemasan, dengan tulisan Diagon Alleys terpampang besar diatasnya. Jaemin menganga takjub, mulutnya tanpa sadar menyebut 'Woah' pelan melihat deretan pertokoan yang menjual barang aneh di depan matanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.