bagian tiga

666 102 13
                                    

"APA YANG KAU LAKUKAN BRENGSEK?!"

Wonwoo menghempaskan tangannya, membuatnya terlepas begitu saja dari genggaman tangan Mingyu yang memang sudah tidak sekuat tadi.

"Kita perlu bicara Wonwoo,"

"Apa lagi yang harus dibahas bodoh, ini sudah berjal-"

"Kau!" potong Mingyu, membentak, membuat pria berobsidian hitam itu langsung terdiam kaku. "Kau perlu biacara Wonwoo! Kau perlu menjelaskan semuanya, kau pengkhianat dan kau harusnya sadar tentang hal itu! kau bahkan bisa bersikap seperti ini sekarang, oh ayolah Wonwoo, jangan bercanda! Apa aku terlihat sebodoh itu di matamu?! Hah? Wonwoo! tatap mataku ketika bicara!"

Suara Mingyu menggema, membuat beberapa burung yang telah lama bersarang di gudang belakang sekolah ini berterbangan keluar dengan tergesa-gesa, meinggalkan mereka dalam kesunyian setelahnya.

"Nayoung..." ucapan Wonwoo menggantung, dia menunduk dalam, kurang nyaman dengan situasi ini. "Dia jelas menyukaiku Mingyu, dan kau bilang, perjanjian itu hanya perjanjian satu tahun yang lalu, bukan?"

Mingyu terperangah. "Kau bodoh Wonwoo, kau benar-benar bodoh,"

"Apa mak-"

"Apa selama tiga hari ini kau melihat aku menggandeng gadis lain seperti kau menggandeng Nayoung? Apa kau tidak bisa melihatnya Wonwoo? Apa kau bodoh?"

"Berhenti mememanggilku bodoh, idiot!"

"Kau memang bodoh Wonwoo!"

"Kau yang memulainya Mingyu! Kau yang bodoh! Kenapa kau tidak kencani saja orang yang kau suka itu hah?"

Mingyu terdiam. Gantian kini dia yang menunduk dalam, membuat Wonwoo manatapnya tak sabar. "Ini benar-benar gila Mingyu, kau mau Nayoung? Kau masih menyukainya? Kau tingg-"

"Aku menyukaimu Wonwoo!"

Gedung itu kembali bergema, dan setelahnya menjadi hening untuk beberapa saat. Mingyu mengusak rambutnya gemas.

"Ini benar-benar gila Jeon Wonwoo! Aku tidak tahu bagaimana cara kerjanya tapi aku sungguh menyukaimu, Wonwoo. Aku benar-benar menyukaimu sampai rasanya tidak bisa ditahan lagi!"

"Tu-tunggu.." Wonwoo menatapnya tak percaya.

"Ta-tapi. Ba-bagaimana bisa? Maksudku..." ucapan pemuda berambut hitam itu kembali menggantung.

Mingyu lantas mengusap wajahnya kasar, kemudian mengumpat pelan. Dia telah membawa hubungan ini ke arah yang lebih rumit: dan dia sadar dengan kesalahannya ini. Tidak ada jalan untuk kembali, mulutnya memang terkadang tidak bisa berjalan seperti apa maunya—tetapi ini harus tetap diselesaikan. Pemuda pirang itu kembali menatap Wonwoo ragu.

"Dengar bodoh. Ini memang terlihat konyol, bukan? Aku tidak tahu bagaimana awalnya ini terjadi. Satu tahun bukan waktu yang singkat dan dalam kurun waktu yang selama itu aku hanya mampu menatapmu karena perjanjian sialan yang kita buat, dan mungkin.. yah kau bisa menyimpulkan sendiri Wonwoo,"

"Aku sedang tidak ingin berpikir brengsek," Wonwoo menunduk. "Ini terlalu rumit."

"Wonwoo.." panggilan Mingyu membuatnya kembali mendongak. "Lupakan.. lupakan semua yang aku ucapkan. Kau menyukai Nayoung, hanya tinggal menikmatinya, kau sudah mendapatkannya Wonwoo, persetan dengan perjanjian itu. Kau baik-baik saja, aku pun sama. Oke?"

Mingyu tersenyum, mengacungkan jempolnya. Tapi Wonwoo kesal, senyuman itu bohong dan pemuda itu membencinya. Ini harus diakhiri, Wonwoo tidak ingin hidupnya hancur hanya karena pemuda-berambut pirang buatan-itu mengungkapkan ketertarikannya.

"Dengar. Mingyu..."

Wonwoo meraih pundah pemuda yang lebih tinggi darinya itu.

"Huh?"

"Persetan dengan Nayoung! Aku tidak pernah menyukainya. Kau yang bodoh Mingyu, Aku merebutnya hanya karena kau menyukainya tidak ada alasan lain!"

Hah? Tunggu..

"A-apa? Kau bilang apa tadi?"

"Nayoung dan semua gadis yang pernah kau sukai, aku tidak pernah benar-benar menyukainya."

Suasana menjadi hening setelahnya, sebelum kemudian bel tanda istirahat berakhir terdengar dengan nyaring mengisi kekosongan di antara mereka.

Wonwoo mendengus kesal, lantas memilih mengibaskan tangannya di depan wajah pemuda pirang yang tak kunjung buka suara dan hanya mematung seperti orang bodoh itu.

Oke. Mingyu sungguh kehilangan kata-kata dan sekarang dia berusaha keras untuk tetap menahan tawanya, meskipun tidak sanggup. Karena-sungguh demi apapun-ini benar-benar konyol, bagaimana bisa dia tidak menyadari hal sepenting itu selama ini? sepertinya Mingyu telah menjadi benar-benar bodoh karena Wonwoo terus mengutukinya selama hampir sepuluh tahun lebih.

"Hei...

"Apa kau pikir ini lucu?"

Wonwoo merenggut.

Pemuda pirang itu pun segera menghentikan tawanya. Kemudian mengusap ekor matanya yang sedikit berair dan menggeleng lemah. "Tentu saja tidak Wonwoo.. tapi serius, sejak kapan kau mulai merasakannya?"

Wonwoo menggaruk belakang lehernya. "Aku pikir dari sejak kau menumpahkan jus tomat buatan ibuku dan menggantikannya dengan jus jeruk yang bahkan tidak pernah aku sukai... hingga saat ini."

"Tapi itu... sepuluh tahun yang lalu.."

Dan pada akhirnya, ada satu hal yang bisa Mingyu pahami atas semua kejadian yang telah terjadi sampai dengan saat ini. Tentang dirinya dan juga Wonwoo.

"Serius Wonwoo. Aku benar-benar manusia paling bodoh di bumi ini."

"Yeah, tentu saja. Aku memanggilmu bodoh bukan tanpa alasan."

"Tapi bagaimana bisa kau menahannya selama itu?"

"Kau pikir aku siapa huh? Aku Jeon Wonwoo, tentu saja."

"Serius Wonwoo. Aku benar-benar merasa dicintai sekarang."

"Aku yakin kau tidak sepenuhnya menyukaiku bukan? Aku benar-benar menyedihkan."

"A-apa?! Hei tidak! Aku benar-benar menyukaikmu. Sungguh. Aku bahkan mungkin sudah sedari lama menyukaimu, tapi aku baru menyadarinya satu tahun yang lalu! Aku serius, sangat sangat sangat menyukaimu Jeon Wonwoo. Kau ingin aku membuktikannya?"

"Woah, Kim Mingyu. Apa yang kau lakukan! Tidak tidak, aku tidak ingin berciuman sekarang, menjauh dariku sialan!"

Wonwoo mendorong Mingyu menjauh darinya, mereka kemudian bertatapan untuk waktu yang cukup lama.

"Aku benar-benar menyukaimu Jeon Wonwoo."

"Yeah. Aku tahu itu."

Mingyu tertawa dibuatnya dan Wonwoo hanya tersenyum kecil, tapi Mingyu tahu: bahwa beban di pundak keduanya kini telah hilang, meskipun Wonwoo tidak membalas ungkapan perasaannya sekalipun. Mingyu hanya perlu menunggu dan tidak harus meminta, karena dia hanyalah Wonwoo. Teman sepuluh tahun lebih-nya.

"Hei. Apa kita masih bisa masuk ke kelas sekarang?"

"Bisa. Tapi kupikir, pergi berkencan akan terasa lebih menyenangkan untuk saat ini."

"Deal!"

-End-

[Meanie] Teman Sepuluh Tahun Lebih ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang