Secercah cahaya matahari masuk ke kamar yang pengap itu.
Seorang gadis terbangun dari tidurnya. Ia mengucek-ngucek matanya
Ia keluar dari tempat tidurnya, berjalan menuju kamar mandi. Ia mencuci muka lalu melangkah perlahan menuju ruang makan."Jenna, Jenn sayang sudahkah kau membereskan tempat tidurmu?" Ibunya bertanya sambil memasak di belakang
"Sudah ma." Ia menjawab pelan
"Sekarang cepatlah ambil sapu dan sapu rumah ini."
Jenna mengambil sapunya dan melakukan pekerjaan sehari-harinya.
Ia segera menyelesaikan tugas itu, melakukan semuanya,
seperti biasa.
Ia turun dari mobil ke lobi sekolah,
seperti biasa.
Ia masuk kelas dan belajar,
seperti biasa.
Lalu ia pulang. Ia mengganti bajunya, berjalan kearah meja belajarnya,
seperti biasa.
Tapi saat ia memegang pulpennya dan meletakkan kertasnya, ada yang tidak biasa. Yak, pikirannya. Kata-kata indah mengalir menuju kertas itu. Setiap kata ia tulis dengan hatinya. Ia jatuh cinta pada setiap kata-kata itu. Saat ia selesai menulis puisinya yang kesekian, suara itu muncul lagi.
"Apakah tugasmu sudah kau kerjakan? Ingatlah terkadang musik dan hal lain yang kau suka dapat menghancurkan konsenterasimu." Ibunya masuk ke kamarnya.
"Oh ya, akan kukerjakan." Jenna mengambil buku dan mengerjakan latihan-latihan yang sudah ia lakukan untuk kelima kalinya.
Setelah itu, suara itu terdengar lagi.
"Jenna, cucilah piring-piring itu." Ibunya memerintahkannya lagi.
Mulutnya diam, namun Ia berjalan keluar. Sesampainya ia diluar kamarnya, pemandangan sehari-hari yang ia telan sepuluh kali sehari. Rumah yang rapi, ibunya yang bekerja di meja makan, televisi tua milik kakeknya yang berakhir dirumah ibunya.
Ia berjalan menuju dapur dan mulai mencuci.
Ditengah kebosanannya kata-kata pun keluar.
"Ma, gimana kalau misalnya dunia ini cuma hal yang orang mau kita pikirkan, agama cuma hal yang dibuat orang supaya hidup kita terstruktur, dan Tuhan..." Ia menelan ludahnya menyadari apa yang baru ia katakan.
"Jenn, kalau iman kamu belum kuat sebaiknya kamu berhenti membaca buku-buku filosofi itu." Ibunya berkata pelan.
"Ah, iya." Ia kembali diam dan menyuci tangannya.
Sudahlah Jenna, jangan berpikir, jangan melakukan hal-hal yang menentang peraturan, jalanilah kehidupanmu seperti biasa, ikuti perintah. Itu bukan berarti kamu robot, itu berarti kamu adalah manusia yang berfungsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang
Teen FictionDimana arah yang harus dituju? Ia tersesat, jiwanya terkunci, teriakan terdengar dari hatinya. Ini bukan rumah, ini bukan apa yang disebut tempat yang aman. Sepi Sepi Sepi Sepi Sepi Sepi Sepi Sepi Sepi Sepi Sepi Sepi Sepi Sepi Sepi Sepi Sepi Sepi Se...