Perasaan

17 0 0
                                    

"Endra" Panggilnya pelan.

"Hm?" Lelaki di sampingnya menjawab.

"Rupanya bebas itu asik ya." Ia tersenyum.

"Kamu udah bebas kok." Lelaki itu tersenyum balik.

"iya?" Tanyanya lagi.

"Iyalah. Emangnya kamu dibikin homeschooling? Gak bisa punya teman?"

"..."

"Eh, aku di sini turunnya, Duluan ya Jen!" Sosok itu pun meninggalkannya.

"iya." Jenna menjawab pelan.

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Jenna berbaring lemas di kamarnya. Entah kenapa ia merasa lelah sekali hari ini, padahal dia sama sekali tidak ada kegiatan.

Ia mengambil bukunya, sepertinya sekarang lebih baik ia belajar saja.
Ia membuka buku sosiologinya, lagi pula tiga hari lagi seleksi untuk OSN SMA.

Belum berapa lama membaca, air matanya tiba-tiba menumpuk di pelupuk matanya.

Sialan. Pikir Jenna. Ia pun mengambil ponselnya.

Ia membuka media sosialnya yang sebenarnya tidak perlu dicek karena tidak ada notifikasi. Ia mulai menggeser ke segala arah, kemudian melihat foto temannya dan komentar di bawahnya.

Lucu ya.. Pikirnya.
Semua komentarnya memuji.

"Cantiknyaa...."
"Imut...💕"
"let's goo 🔥🔥"

Iri.
Kata yang terlintas di benaknya.
Ia juga ingin begitu.

Membuka hal-hal itu malah membuatnya semakin sakit.

Ibunya memasuki kamar.
"Jenn, tidur ya. Yuk beresin kamarnya." Ibunya segera menutup pintu.

Iya tersenyum dan berdiri membereskan kamarnya. Ia merapikan tempat tidurnya dan membereskan buku pelajarannya. Akhirnya berbaring dengan tenang, dengan mata melihat ke arah langit-langit.

Air dari matanya akhirnya mengalir, membasahi bantal empuknya.

Aku marah

Ini tidak adil.

Dunia mulai buram, aku lelah.

Selamat tidur.

Tak berapa lama sang gadis tidur bersama air matanya. 

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Ia tiba-tiba membuka matanya.

Terbangun.

Ia berusaha kembali ke alam mimpi, namun itu usaha yang sia-sia. Matanya tak mau bekerja sama.

Gadis itu duduk. menatap lurus kedepan, buram. Air matanya yang mengering menutup pengelihatannya.

Ia segera berjalan ke kamar mandi dan mencuci mukanya, lalu kembali ke kamar dan duduk di pinggiran tempat tidurnya. Apa yang harus ku lakukan? Ia melihat ke arah jam...

01.04, Tengah malam.

Ia segera membuka laptopnya, menghidupkan lampu belajarnya, dan mengambil buku sketsanya. 

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Setengah jam berlalu. Sangat sepi. 

Ia mengambil gambar sketsanya dan mengunggahnya di media sosialnya.

Tiba-tiba ia melihat notifikasi di ponselnya dan segera membukanya.

Enrico_ : (Membalas cerita anda) Tidur woii

Jen.aa   : Nggak mau

Enrico_ : Anak kurang asi gini nih.

Jen.aa   : Bapakmu kurang asi.

Enrico_ : Btw, gambar ku udah buat? 

Jen.aa   : Gambar apa asw, capek watashii

Enrico_ : Yang aku sama temenku itu loh.

Jen.aa   : Owh, aku gambar sekarang deh, lagi bosen juga.

Jen.aa   : (Mengirimkan gambar) gimana?

Enrico_ : Katanya aku sama Mel kalo berdiri sebelahan lucu..

Jen.aa   :  ??

Enrico_ : Buat aku sebelah Mel, kamu nih gak peka.

Jen.aa   : Oooo ok itu kamu sebelah Mel kok

(read)


Senyum di wajahnya menghilang. Ia meletakkan ponselnya dan berbaring.

Jadi Ia hanya melihat itu.

Ia tidak.. Aku tidak...

Sesuatu di dalamnya hancur. Rasanya diperas. Air matanya kembali menggenang.

Aku biasa

Aku tidak spesial.

Seperti itu

Hanya manusia tanpa cahaya untuk bersinar.






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang