Enambelas

582 100 2
                                    

.

.

.

####

"YAH! APA-APAAN KAU?"

Kau meringis ketika mendengar suara cempreng itu menerobos gendang telingamu.

"Aku ada perlu dengannya," balasmu singkat lalu menarik Vernon pergi.

Saat kau dan Vernon pergi, kau dapat mendengar cibiran dan makian dari grup pemandu sorak yang sedang Vernon manjakan. Tapi sekarang kau benar-benar butuh sahabatmu yang satu itu.

"Y/N, ada apa denganmu?"

Entah sudah berapa kali Vernon bertanya seperti itu tapi kau sama sekali tidak merespons. Kau hanya melanjutkan langkah kakimu entah ke mana sambil terus menarik tangan Vernon.

Vernon pun punya batas sabar. Ia tidak suka dengan sikap tutup mulutmu. Setidaknya dia berharap kau lebih manusiawi dengan menjelaskan apa dulu masalahmu, bukan menariknya asal seperti koper. Vernon juga lelah karena kau terus memilih jalan ke atas. Menapaki ratusan anak tangga.

Ketika Vernon menarik tangannya lepas dari genggamanmu, gerakannya cukup kencang dan membuat dirimu kaget. Sebab gerakan refleks itu, kau nyaris jatuh dari tangga.

Kau dan Vernon terkejut. Refleks tubuh Vernon tak cukup cepat untuk mencegahmu jatuh dari tangga.

Tapi untungnya,
ada orang lain yang bergerak cepat.

Orang itu menahan punggungmu dari bawah. Melingkarkan lengannya di pinggulmu dengan erat.

Kalian bertiga terdiam, masing-masing tak menyangka akan ada insiden seperti itu.

Kau menoleh ke belakang untuk berterima kasih pada orang yang telah menolongmu, tapi nyatanya kalimat itu tak pernah terucap.

Mulutmu langsung tertutup rapat.

Terkejut untuk kesekian kalinya.

"Lain kali hati-hati," ucap si penolong itu dengan senyumnya, Jeon Wonwoo.

Lagi-lagi kau mendapatkan senyum Wonwoo. Wonwoo tersenyum. Sebab itu kau sama sekali tidak berkutik.

Hingga akhirnya Vernon yang menggantikanmu berterima kasih pada Wonwoo. Laki-laki itu mengangguk kemudian pergi, melewatimu begitu saja. Tanpa menoleh untuk menatapmu lagi.

"Kau masih menyukainya?" Vernon menatapmu dengan alis terangkat. Menebaknya dengan tepat.

Ya, siapa pun bisa menebaknya dengan benar saat sikapmu benar-benar tidak bisa dikontrol ketika ada Wonwoo.

Vernon menghela napasnya. "Kuharap kau segera melupakannya, toh sekarang kau sudah punya Mingyu."

Kau nyaris muntah mendengar itu.

"Kakimu baik-baik saja?" tanya Vernon lagi ketika ia khawatir dirimu terluka karena gerakannya tadi.

Kau mengangguk cepat lalu teringat masalah besarmu. "Stalker itu!" kau hampir berteriak. "A-aku mendapatkan surat darinya. Di lokerku."

"Sungguh?" Vernon berharap kau hanya bercanda.

"Sungguh. Dia mengatakan kalau dia menyukai harum mawar di tubuhku."

Mata Vernon membulat sempurna dan ringisan ngeri keluar dari mulutnya. "Astaga, Y/N. Kita harus melaporkan ini ke polisi."

Andai saja akan semudah itu. Harapan pergi ke polisi langsung musnah saat kau tahu kau tidak punya bukti yang kuat. Lagipula surat itu sudah kau buang dan kau pun tidak tahu di tempat sampah yang mana kau membuangnya.

Existence - SVT Hip Hop Team ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang